BAB 4

Setelah menikmati makan malam, Bu Sukma merapikan meja makan. Menumpuk piring kotor dan mengganti tempat, makanan yang tersisa ke tempat yang lebih kecil.

"Biar Bas bantu bik." Baskara berinisiatif mengangkat piring-piring kotor tersebut dan meletakkannya di tempat cucian piring.

"Udah, biarkan bibik mengerjakan itu. Kamu temani paman saja, kita ngobrol di belakang. Kamu harus lihat kolam ikan paman, baru kemarin diisi koi lagi." Ucap pak Indra.

Meski merasa tidak enak, Baskara terpaksa mengikuti langkah pamannya itu.

Mereka duduk di atas kursi kayu yang sengaja di letakkan di sana. Menghadap ke arah kolam. Terdapat meja bundar berbahan beton sebagai pembatas antara kursi dan kolam tersebut.

"Kurang lampu taman aja ini paman. Lampu ini terlalu terang." Baskara memberi komentar, begitu melihat sekelilingnya.

"Ya, jadi kaya orang punya acara ya." Ucap laki-laki paruh baya itu sembari terkekeh. Wajahnya tampak lebih segar dan lebih cerah dari terakhir mereka bertemu, ketika Baskara hendak mengantar Nilam ke tempat kerjanya.

"Sebenarnya ada apa paman tumben manggil aku kemari?" Akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulut Baskara.

Pak Indra menatap ikan koi yang berenang kesana kemari tanpa henti, seolah tak pernah merasa letih meliukkan siripnya setiap detik.

"Gimana soal Nilam?" Laki-laki paruh baya itu langsung ke inti percakapan.

Ucapan to the point sang paman terang saja membuat mata Baskara melebar. Namun selanjutnya ia menundukkan kepala, teringat akan permintaan sang paman tempo lalu.

"Bas masih merasa belum pantas untuk Nilam, paman."

"Kamu belum setuju dengan permintaan paman itu?"

Baskara masih menundukkan kepala.

"Nilam anak perempuan satu-satunya di keluarga ini. Abang-abangnya sangat menyayangi dia. Begitu juga kakak iparnya. Apalagi kami orang tuanya. Sangat menyayangi dia. Dia anak yang baik, pekerja keras, tapi juga polos dan sangat sensitif. Kami takut, bila dia menikah dengan oramg yang tidak kami kenal, apakah dia akan bahagia? Apakah keluarga suaminya akan memperlakukan dia dengan baik? Apakah dia bisa diterima dengan baik? Sementara kami tidak bisa melindunginya." Sorot mata laki-laki tua itu terlihat tak berdaya.

"Paman, kalau itu yang paman takutkan, bukankah paman tahu bagaimana keluargaku. Bagaimana ibuku yang cerewet juga ayah yang tidak perduli terhadap kami. Aku merasa tidak pantas untuk Nilam."

"Paman tahu. Tapi paman juga tahu kualitas dirimu Bas. Paman berharap, Nilam tidak pergi terlalu jauh. Agar setiap waktu kami bisa melihatnya, kami bisa mengunjunginya."

Baskara berpikir.

Kualitas diriku? Yang mana dari diri ini yang pantas dibanggakan? Hanya seonggok daging, yang diberi nafas dan denyut jantung oleh Tuhan. Yang bahkan oleh keluarganya sendiri hanya dianggap sebagai pelengkap, dan mesin uang. Bila mesin itu menghasilkan, ia akan sering diperhatikan namun bila tidak, jangankan di perhatikan. Dilirik pun rasanya mustahil.

Gunadh tersenyum miris.

"Paman dengar, Utari akan segera menikah?" Ucapan pak Indra memecah lamunan pria 25 tahun itu.

"Yaah begitulah." Ucap Baskara tanpa semangat. Kembali teringat ucapan sang ibu yang memintanya menyiapkan dana untuk acara di rumahnya.

"Orang dari mana calon suaminya?"

"Aku belum tahu paman. Bahkan aku belum pernah bertemu dengannya. Dengan Utari saja aku gak pernah bicara. Ibu selalu menghalangi setiap kali aku ingin bertemu dengan anak itu. Dikiranya aku akan menganiaya dia mungkin." Dengus Baskara. Tanpa sadar telah menceritakan kegundahan hatinya pada sang paman.

"Ada masalah apa?" Suara bernada rendah itu, membuat Baskara semakin ingin mengeluarkan segala beban di hatinya.

"Anak ituu hamil paman. Rasanya aku ingin menghajarnya saja. Tapi ibu selalu menghalangi setiap kali aku ingin mendekatinya. Paman, andai aku tidak bersedia membiayai acara itu, apakah aku berdosa?" Baskara terlihat emosi saat ini.

"Kenapa? Apa kamu tidak punya uang?"

"Bukan masalah tidak punya, tapi cara yang dilakukan itu yang membuat aku enggan."

Lalu mengalirlah cerita Baskara, tentang masalah yang keluarganya hadapi kini.

"Sabar Bas ... Semoga cobaan itu semakin membuat kamu menjadi laki-laki yang lebih kuat. Soal ibumu, paman tidak berani memberi saran terlalu banyak. Beliau adalah orang tua yang sudah melahirkan dan membesarkan kamu. Besar harapannya, kamu menjadi orang sukses yang membuatnya bangga."

Baskara tersenyum miris. Kenapa gelar dan seragam harus dijadikan tolok ukur keberhasilan seseorang?

Bukankah selama ini ia sudah berusaha menjadi anak yang berbakti pada orang tuanya?

Namun itu semua tidak ada artinya bagi sang ibu.

***

"Bu, ini uang untuk biaya nikahnya Utari. Bas gak bisa bantu lebih dari ini." Baskara menyerahkan sejumlah uang pada ibunya.

Bu Rahma segera mengambil uang pemberian anaknya tersebut, lalu menghitungnya.

"Cukup atau gak uang itu, ibu atur sendiri." Ucap Baskara tegas.

Sang ibu menatap baskara dengan tajam.

"Ibu tahu, kamu baru berhasil menjual tanah di desa sebelah. Komisi yang kamu dapat berkali lipat dari uang ini. Kenapa hanya segini yang kamu kasih ke ibu?"

"Itu untuk biaya nikah Utari Bu. Masalah kebutuhan sehari-hari, itu beda akan Bas kasih seperti biasanya.

"Gak bisa gitu dong Bas, uang 5 juta mana cukup untuk acara adikmu!"

"Memang gak akan cukup kalau ibu mau buat acara wah. Tapi akan sangat cukup kalau ibu membuat acara sederhana untuk dia. Ingat Bu, anak-anak ibu bukan Utari saja. Jadi bersikaplah biasa saja. Agar nanti, tidak ada saling cemburu satu dengan yang lain."

Baskara meninggalkan ibunya yang masih terdiam dengan uang 5 juta di tangannya.

Laki-laki itu pergi mencari angin segar, menemui teman-teman di tongkrongannya.

"Widiiiihhhh roman-romannya ada yang mau traktir kita nih." Ucap salah satu teman Baskara yang memiliki tubuh paling besar.

"Gak mungkin kan kita cuman ditraktir Yakult doang?" Sahut teman satunya.

"Eehh diem dulu, dari tampangnya sepertinya Bas lagi ada masalah. Mukanya kaya kain rayon yang belum disetrika. Lecek bangeet." Goda teman yang lain.

"Hahahahaaaaa" Mereka tertawa bersama. Menertawakan Baskara yang masih betah membungkam sejak baru tiba.

Ia mengambil sebatang rokok yang tergeletak bungkusnya, entah milik siapa.

Mengh isap kuat tembakau yang sudah terbakar tersebut, lalu mengeluarkannya perlahan bersamaan dengan nafasnya yang berhembus.

"Ada masalah apa lagi?" Tanya temannya yang tadi mengatainya kain rayon yang belum disetrika.

Baskara menggelengkan kepala. Enggan berbagi cerita tentang keluarganya.

Kemudian ia mengeluarkan selembar uang seratus ribuan yang sudah ia siapkan dari rumah.

"Cuman ada segitu. Terserah mau *Yakult atau *bintang." Ucapnya sembari melempar uang tersebut ke tengah. Posisi mereka duduk melingkar di sebuah *bale tempat biasa mereka pesta miras.

"Segini mau bintang, dapat berapa ini?" Temannya yang bertubuh besar mengambil uang tersebut.

"Aku lagi gak pengen minum. Untuk kalian saja." Sahutnya sambil menyandarkan tubuhnya pada kayu penyangga.

"Ya sudahlah Yakul saja." Temannya yang lain menarik pria yang mengambil uang.

"Kamu mau apa?"

"Coca-cola saja satu." Sahut Baskara.

"Habiskan saja itu. Kalau kalian lapar, sekalian beli makanan juga." Lanjutnya.

Dua temannya pergi dengan berboncengan.

"Ada masalah apa lagi Bas?" Teman Baskara yang sejak tadi memperhatikan dirinya kembali bertanya. Kini mereka hanya berdua duduk di bale itu.

"Biasalah ... Ibu marah saat aku gak kasih uang lebih. ----" Cerita baskara mengalir.

"Menurut kamu, aku harus gimana Lang?" Tanyanya pada teman bernama Gilang.

Beberapa istilah yang aku gunakan, mungkin asing di telinga pembaca. Aku kasih penjelasannya ya ...

*Yakult di sini bukan yakult sungguhan ya, ini istilah lain dari tuak.( bahan dasar gula Jawa.) Kalau diminum dalam jumlah banyak, bisa menyebabkan mabuk.

*bintang di sini maksudnya adalah bir dengan merk bintang.

*bale di sini semacam pos ronda yang biasa dijadikan tempat nongkrong.

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

aku kira emang Yakult 🤣🤣🤣

2023-01-26

0

Mommy QieS

Mommy QieS

tambah ilmu lagi aku kak.😊

2023-01-07

0

Mommy QieS

Mommy QieS

tadi aku kira Yakult beneran kak😁😁

2023-01-07

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 104
105 BAB 105
106 BB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
130 BAB 130
131 BAB 131
132 BAB 132
133 BAB 133
134 BAB 134
135 BAB 135
136 BAB 136
137 BAB 137
138 BAB 138
139 BAB 139
140 BAB 140
141 BAB 141
142 BAB 142
143 BAB 143
144 BAB 144
145 BAB 145
146 BAB 146
147 BAB 147
148 BAB 148
149 BAB 149
150 BAB 150
151 BAB 151
152 BAB 152
153 BAB 153
154 BAB 154
155 BAB 155
156 BAB 156
157 BAB 157
158 BAB 158
159 BAB 159
160 BAB 160
161 BAB 161
162 BAB 162
163 BAB 163
164 BAB 164
165 BAB 165
166 BAB 166
Episodes

Updated 166 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
104
105
BAB 105
106
BB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129
130
BAB 130
131
BAB 131
132
BAB 132
133
BAB 133
134
BAB 134
135
BAB 135
136
BAB 136
137
BAB 137
138
BAB 138
139
BAB 139
140
BAB 140
141
BAB 141
142
BAB 142
143
BAB 143
144
BAB 144
145
BAB 145
146
BAB 146
147
BAB 147
148
BAB 148
149
BAB 149
150
BAB 150
151
BAB 151
152
BAB 152
153
BAB 153
154
BAB 154
155
BAB 155
156
BAB 156
157
BAB 157
158
BAB 158
159
BAB 159
160
BAB 160
161
BAB 161
162
BAB 162
163
BAB 163
164
BAB 164
165
BAB 165
166
BAB 166

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!