My Dream Is Mine

My Dream Is Mine

01. Awal sebuah kisah

...BAB 01...

...~♡♡♡~...

'Egoiskah jika akupun ingin bahagia? Apa aku memang tidak pantas untuk bahagia? Jika aku tau bahwa cinta akan sesakit ini, mungkin sebaiknya aku tidak perlu jatuh cinta'.

...ו••♡•••×...

...~17 Tahun yang lalu~...

Waktu menunjukkan pukul 10 malam, waktu istirahat untuk sebagian besar orang yang lelah dengan aktivitas sepanjang hari yang menyibukkan, namun di sebuah rumah di pinggir kota ini terdengar suara gaduh.

"Plakk" suara tamparan keras di wajah Sahara yang tersungkur jatuh kelantai, ia terlihat pucat namun bercucuran air mata.

"Kamu ke luar kota tanpa membawa apapun.. tapi kenapa? kenapa kamu pulang dengan kondisi perut membesar seperti ini?" ucap Danu ayah Sahara tersulut amarah.

Sahara yang sedari tadi diam, hanya terus meneteskan air mata nya, karena ia tidak tau bagaimana ia harus menjelaskan kepada kedua orang tua nya, apa yang ia alami selama di kota.

"Sudahlah pak, jangan menggunakan emosi, kita bicarakan baik baik, agar Sahara juga bisa cerita". ucap Inah menenangkan suaminya itu.

"Jawablah nak, kenapa kamu kembali dengan kondisi begini? bagaimana kami bisa tau, kalau kamu hanya diam sedari tadi" ucap Inah lembut, sambil membantu Sahara untuk duduk karena sedari tadi ia belum bangkit dari lantai akibat tamparan keras dari Ayahnya.

"JAWABLAH SAHARA!" bentak Danu.

"Kami tak butuh air matamu, kami butuh penjelasan mu" lanjutnya.

Sahara terus diam dan butiran bening tak henti hentinya terus menerus mengalir dari mata yang terlihat lelah itu.

"Pranggg" suara vas bunga pecah yg dilempar Danu ke lantai karena emosi melihat putri sulungnya terus diam dan menangis.

"Anak seperti nya bukannya membuat orang tua bangga, malah membawa aib bagi keluarga kita"

"Pergilah Sahara, aku tak sudi melihat wajahmu lagi, seharusnya kau tak perlu kembali dengan membawa Aib untuk keluarga ini, mulai sekarang KAU BUKAN PUTRIKU LAGI!".

Ruangan tersebut menjadi hening mendengar ucapan Danu barusan.

"Pak, ibu tau bapak sekarang sedang emosi, tapi seharusnya kita dengar dulu penjelasan dari Sahara, bagaimanapun dia tetaplah anak kita, putri kita satu satunya" bujuk Inah kepada suaminya.

"Tidak ada yang perlu dijelaskan Bu, semua sudah jelas, lihatlah kondisinya, apa wanita tak bersuami pantas pulang dengan penampilan seperti ini?".

"PERGILAH SAHARA, KAMU TIDAK PUNYA TEMPAT LAGI DIRUMAH INI!". Dengan emosi Danu pun meninggalkan ruangan tamu yang berantakan itu dengan menuju ke kamarnya.

"Pak.." ucap Inah berlarian mengejar langkah suaminya dengan penuh harapan agar suaminya bisa merubah keputusannya barusan, namun nihil.

"Brakkk" Danu membanting pintu kamar, dan menguncinya dari dalam.

Inah kembali ke samping putrinya dengan wajah kecewa..

"Sahara sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Inah dengan lembut.

"Ti.. tidak.. tidak Bu aku tidak bersalah... tidak.. Ini bukan.. ini bukan yang kuharapkan.. Bukan.. bukan Bu.. bukan seperti ini.. harusnya tidak begini.." ucap Sahara terbata-bata dan sedikit histeris

"Nak kmu tidak apa apa?" tanya Inah khawatir

"Bu.. bukan aku Bu.. Akupun tidak menginginkan ini Bu.. Hiks.." Sahara terus menangis.

Inah yang melihat anaknya terus saja menangispun hanya bisa mendekap Sahara di pelukannya.

"Sudah nak, berhenti lah menangis, ayahmu mungkin hanya emosi sesaat, kamu tau betul betapa dia sangat menyayangimu" ucap Inah mengusap lembut rambut Sahara.

"Ma..Maaf.. Maafkan Sahara Bu... hiks".

"Tenangkan lah dulu dirimu, semua akan baik-baik saja".

"Tidak.. tidak Bu.. bapak sangat marah.. bapak tidak akan memaafkan Sahara.. hiks".

"Ibu akan mencoba membujuk bapakmu, untuk sementara sebaiknya kamu tinggal dulu di rumah tantemu, berhenti lah menangis" mengusap air mata putri sulungnya.

Sahara terus terdiam, ia tau betul bagaimanapun Aib yang ia bawa akan sulit untuk dimaafkan.

"Dan untuk sementara sebaiknya kamu tinggal di rumah tante Rani, kamu mau kan nak?" tanya Inah lembut.

Sahara hanya mengangguk tanda mengiyakan permintaan ibunya.

"Sekarang sudah larut jadi tetaplah disini, besok pagi ibu akan mengantarmu ke rumah tante Rani" ucap Inah.

Sahara mengangguk kembali. Namun di benaknya Sahara memikirkan hal lain, namun iya tidak mengatakannya kepada sang ibu.

...ו••♡•••×...

Malam yang begitu panjang, di tengah derasnya guyuran hujan seorang wanita cantik dengan perut yang sudah mulai membesar, ia terus berjalan dalam sunyinya malam. Seolah malam yang gelap dengan guyuran hujan yang cukup deras itu menggambarkan perasaannya. Ia merintih, ia menagis, namun hujan menyatu dengan nya.

"Kau bilang kau mencintaiku, tapi kenapa kamu meninggalkanku? Aku sudah membuang semuanya, bahkan mimpi mimpiku aku buang untukmu, tapi kenapa kau yang malah membuang ku? Sekarang kemana lagi aku harus kembali, bahkan orang tuaku pun tidak lagi menginginkanku."

"Kemana aku harus membawa anak ini? haruskah aku menggugurkan nya? atau haruskah aku membawanya pergi bersamaku (untuk selamanya)? Kenapa? kenapa harus begini? bukan seperti ini yang kamu janjikan. Tidak, Bukan seperti ini yang aku harapkan. Aku lelah, Aku benar-benar lelah.."

"Brukkk"

...ו••♡•••×...

...~17 Tahun kemudian~...

Mentari bersinar dengan terangnya, di sebuah kamar sederhana berwarna merah muda, seorang gadis remaja terlelap dalam tidur panjangnya, ia tak kunjung bangun dari tidurnya meskipun mentari telah bersinar terang memantulkan cahaya yang masuk ke kamar tersebut melalui sela sela gorden kamarnya.

Aisyah Asyifa atau dipanggil Aiss, adalah putri tunggal dari pasangan Fais dan Diana, gadis remaja berusia 17 tahun yang baru menginjak bangku kelas 11 SMA itu memiliki wajah yang kecil dengan pipi chubby, dan bulu mata lentik, membuatnya terlihat cantik bahkan saat tertidur.

Jam menunjukkan pukul 07:02 pagi namun gadis tersebut belum kunjung bangun.

"Tok tok tok.. Aisyahh.. Aisyah.. Bangun sayang, nanti kamu telat loh" suara Diana mengetuk pintu kamar anaknya.

Aisyah kemudian tersadar dengan suara lembut itu yang senantiasa menjadi alarm paginya. "Hemm.. Nanti mah, 5 menit lagii.." ucapnya.

"Tok..tok..tok.. mama dobrak nih kamarnya, bangun sayang!!" menggedor pintu agak keras dari sebelumnya.

"Bentar lagi mahh, Ais masih ngantuk.." ucapnya sambil menutup kembali selimut ke kepalanya.

"Udah telat sayang, hari ini kamu piket loh!!" teriak Dian dari luar kamar.

Seketika Aisyah tersadar kalau hari ini dia piket di kelas.

"Buset.. Ais telat.. AAAHHH udah jam 7, ihh mama gak bangunin sih" menatap jam dengan muka cemberut, terburu buru bangun dari kasurnya lari menuju kamar mandi.

"Lah kok mama yg salah?" Diana bingung

"Tau ah.. Ais ngambek" Teriak Aisyah dari kamar mandi.

Diana geleng-geleng kepala dengan kelakuan putrinya itu.

...ו••♡•••×...

20 Menit kemudian…

-Dimeja Makan-

Sepasang suami istri sedang menikmati sarapan paginya, namun seketika suasana berubah dengan teriakan seorang gadis yang tak lain adalah putri mereka.

"Pa.. Ais dah siap, yok cepet berangkat" teriak Aisyah berlarian turun dari tangga.

"Uhuk.." Fais pun tersedak makanan karena suara tersebut.

"ini pah airnya" Diana dengan segera memberikan air putih ke suaminya.

"Aiss, papa kamu lagi sarapan, jangan ngagetin gitu dong" tatapan tajam ke anaknya yg sudah sampai di dekat meja makan.

"Aiss udah telat mahh, yok pah berangkat" ucap Aisyah merengek ke papanya.

"Yaudah, kayaknya putri ayah lagi buru- buru" berdiri dari tempat duduknya, mengelus lembut rambut putrinya.

"Papa kamu belum selesai sarapan sayang, kamu juga belum sarapan" ucap Diana ke putri nya yang keras kepala.

"Papa udah selesai kok mah" meyakinkan istrinya.

"Nah papa aja udah, klo Aiss sarapannya di mobil aja ya Maml, byee mama, sayang mama banyak-banyak" Ucapnya mengambil roti yang sudah di olesi selai coklat oleh mamanya tadi, dan langsung berlari ke mobil.

"Dasar Aiss tiap hari buat heboh.. Huft yasudah.. Hati-hati yah sayang" Diana pusing dengan kelakuan putrinya, kemudian memberikan tas kantor suaminya.

"Mirip sama mamanya haha" ucap Fais menggoda istrinya.

"Bukannya lebih mirip papa yah?" ucap Diana membalas.

"Cantik nya mirip mama" balas Fais, membuat memerah pipi diana.

"Paaaaaaaa!! ihh lama bangett, buruan pahhhh..!" teriak Aisyah dari mobil.

"Iyya Iyya.. papa kesana!" ucap Fais, kaget dengan teriakan Aisyah.

"Hem.. Berangkat sana pah, nanti Ais protes lagi" jengkel Diana yang terus digangu oleh sang anak.

"Yaudah papa berangkat dlu yah mah, Assalamualaikum" pamitnya pada sang istri.

"Waalaikumsalam" balas Diana.

...~♡♡♡~...

.......

.......

.......

Terpopuler

Comments

Milktea_ID

Milktea_ID

sayang ais banyak-banyak boleh 😆

2023-02-08

2

Milktea_ID

Milktea_ID

hallo Ais, aku Yuda, salam kenal 😆

2023-02-08

2

Milktea_ID

Milktea_ID

betul kak jangan jatuh cinta 😆😆😆
nyakitin terosss soalnya

2023-02-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!