...BAB 01...
...~♡♡♡~...
'Egoiskah jika akupun ingin bahagia? Apa aku memang tidak pantas untuk bahagia? Jika aku tau bahwa cinta akan sesakit ini, mungkin sebaiknya aku tidak perlu jatuh cinta'.
...ו••♡•••×...
...~17 Tahun yang lalu~...
Waktu menunjukkan pukul 10 malam, waktu istirahat untuk sebagian besar orang yang lelah dengan aktivitas sepanjang hari yang menyibukkan, namun di sebuah rumah di pinggir kota ini terdengar suara gaduh.
"Plakk" suara tamparan keras di wajah Sahara yang tersungkur jatuh kelantai, ia terlihat pucat namun bercucuran air mata.
"Kamu ke luar kota tanpa membawa apapun.. tapi kenapa? kenapa kamu pulang dengan kondisi perut membesar seperti ini?" ucap Danu ayah Sahara tersulut amarah.
Sahara yang sedari tadi diam, hanya terus meneteskan air mata nya, karena ia tidak tau bagaimana ia harus menjelaskan kepada kedua orang tua nya, apa yang ia alami selama di kota.
"Sudahlah pak, jangan menggunakan emosi, kita bicarakan baik baik, agar Sahara juga bisa cerita". ucap Inah menenangkan suaminya itu.
"Jawablah nak, kenapa kamu kembali dengan kondisi begini? bagaimana kami bisa tau, kalau kamu hanya diam sedari tadi" ucap Inah lembut, sambil membantu Sahara untuk duduk karena sedari tadi ia belum bangkit dari lantai akibat tamparan keras dari Ayahnya.
"JAWABLAH SAHARA!" bentak Danu.
"Kami tak butuh air matamu, kami butuh penjelasan mu" lanjutnya.
Sahara terus diam dan butiran bening tak henti hentinya terus menerus mengalir dari mata yang terlihat lelah itu.
"Pranggg" suara vas bunga pecah yg dilempar Danu ke lantai karena emosi melihat putri sulungnya terus diam dan menangis.
"Anak seperti nya bukannya membuat orang tua bangga, malah membawa aib bagi keluarga kita"
"Pergilah Sahara, aku tak sudi melihat wajahmu lagi, seharusnya kau tak perlu kembali dengan membawa Aib untuk keluarga ini, mulai sekarang KAU BUKAN PUTRIKU LAGI!".
Ruangan tersebut menjadi hening mendengar ucapan Danu barusan.
"Pak, ibu tau bapak sekarang sedang emosi, tapi seharusnya kita dengar dulu penjelasan dari Sahara, bagaimanapun dia tetaplah anak kita, putri kita satu satunya" bujuk Inah kepada suaminya.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan Bu, semua sudah jelas, lihatlah kondisinya, apa wanita tak bersuami pantas pulang dengan penampilan seperti ini?".
"PERGILAH SAHARA, KAMU TIDAK PUNYA TEMPAT LAGI DIRUMAH INI!". Dengan emosi Danu pun meninggalkan ruangan tamu yang berantakan itu dengan menuju ke kamarnya.
"Pak.." ucap Inah berlarian mengejar langkah suaminya dengan penuh harapan agar suaminya bisa merubah keputusannya barusan, namun nihil.
"Brakkk" Danu membanting pintu kamar, dan menguncinya dari dalam.
Inah kembali ke samping putrinya dengan wajah kecewa..
"Sahara sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Inah dengan lembut.
"Ti.. tidak.. tidak Bu aku tidak bersalah... tidak.. Ini bukan.. ini bukan yang kuharapkan.. Bukan.. bukan Bu.. bukan seperti ini.. harusnya tidak begini.." ucap Sahara terbata-bata dan sedikit histeris
"Nak kmu tidak apa apa?" tanya Inah khawatir
"Bu.. bukan aku Bu.. Akupun tidak menginginkan ini Bu.. Hiks.." Sahara terus menangis.
Inah yang melihat anaknya terus saja menangispun hanya bisa mendekap Sahara di pelukannya.
"Sudah nak, berhenti lah menangis, ayahmu mungkin hanya emosi sesaat, kamu tau betul betapa dia sangat menyayangimu" ucap Inah mengusap lembut rambut Sahara.
"Ma..Maaf.. Maafkan Sahara Bu... hiks".
"Tenangkan lah dulu dirimu, semua akan baik-baik saja".
"Tidak.. tidak Bu.. bapak sangat marah.. bapak tidak akan memaafkan Sahara.. hiks".
"Ibu akan mencoba membujuk bapakmu, untuk sementara sebaiknya kamu tinggal dulu di rumah tantemu, berhenti lah menangis" mengusap air mata putri sulungnya.
Sahara terus terdiam, ia tau betul bagaimanapun Aib yang ia bawa akan sulit untuk dimaafkan.
"Dan untuk sementara sebaiknya kamu tinggal di rumah tante Rani, kamu mau kan nak?" tanya Inah lembut.
Sahara hanya mengangguk tanda mengiyakan permintaan ibunya.
"Sekarang sudah larut jadi tetaplah disini, besok pagi ibu akan mengantarmu ke rumah tante Rani" ucap Inah.
Sahara mengangguk kembali. Namun di benaknya Sahara memikirkan hal lain, namun iya tidak mengatakannya kepada sang ibu.
...ו••♡•••×...
Malam yang begitu panjang, di tengah derasnya guyuran hujan seorang wanita cantik dengan perut yang sudah mulai membesar, ia terus berjalan dalam sunyinya malam. Seolah malam yang gelap dengan guyuran hujan yang cukup deras itu menggambarkan perasaannya. Ia merintih, ia menagis, namun hujan menyatu dengan nya.
"Kau bilang kau mencintaiku, tapi kenapa kamu meninggalkanku? Aku sudah membuang semuanya, bahkan mimpi mimpiku aku buang untukmu, tapi kenapa kau yang malah membuang ku? Sekarang kemana lagi aku harus kembali, bahkan orang tuaku pun tidak lagi menginginkanku."
"Kemana aku harus membawa anak ini? haruskah aku menggugurkan nya? atau haruskah aku membawanya pergi bersamaku (untuk selamanya)? Kenapa? kenapa harus begini? bukan seperti ini yang kamu janjikan. Tidak, Bukan seperti ini yang aku harapkan. Aku lelah, Aku benar-benar lelah.."
"Brukkk"
…
...ו••♡•••×...
...~17 Tahun kemudian~...
Mentari bersinar dengan terangnya, di sebuah kamar sederhana berwarna merah muda, seorang gadis remaja terlelap dalam tidur panjangnya, ia tak kunjung bangun dari tidurnya meskipun mentari telah bersinar terang memantulkan cahaya yang masuk ke kamar tersebut melalui sela sela gorden kamarnya.
Aisyah Asyifa atau dipanggil Aiss, adalah putri tunggal dari pasangan Fais dan Diana, gadis remaja berusia 17 tahun yang baru menginjak bangku kelas 11 SMA itu memiliki wajah yang kecil dengan pipi chubby, dan bulu mata lentik, membuatnya terlihat cantik bahkan saat tertidur.
Jam menunjukkan pukul 07:02 pagi namun gadis tersebut belum kunjung bangun.
"Tok tok tok.. Aisyahh.. Aisyah.. Bangun sayang, nanti kamu telat loh" suara Diana mengetuk pintu kamar anaknya.
Aisyah kemudian tersadar dengan suara lembut itu yang senantiasa menjadi alarm paginya. "Hemm.. Nanti mah, 5 menit lagii.." ucapnya.
"Tok..tok..tok.. mama dobrak nih kamarnya, bangun sayang!!" menggedor pintu agak keras dari sebelumnya.
"Bentar lagi mahh, Ais masih ngantuk.." ucapnya sambil menutup kembali selimut ke kepalanya.
"Udah telat sayang, hari ini kamu piket loh!!" teriak Dian dari luar kamar.
Seketika Aisyah tersadar kalau hari ini dia piket di kelas.
"Buset.. Ais telat.. AAAHHH udah jam 7, ihh mama gak bangunin sih" menatap jam dengan muka cemberut, terburu buru bangun dari kasurnya lari menuju kamar mandi.
"Lah kok mama yg salah?" Diana bingung
"Tau ah.. Ais ngambek" Teriak Aisyah dari kamar mandi.
Diana geleng-geleng kepala dengan kelakuan putrinya itu.
...ו••♡•••×...
20 Menit kemudian…
-Dimeja Makan-
Sepasang suami istri sedang menikmati sarapan paginya, namun seketika suasana berubah dengan teriakan seorang gadis yang tak lain adalah putri mereka.
"Pa.. Ais dah siap, yok cepet berangkat" teriak Aisyah berlarian turun dari tangga.
"Uhuk.." Fais pun tersedak makanan karena suara tersebut.
"ini pah airnya" Diana dengan segera memberikan air putih ke suaminya.
"Aiss, papa kamu lagi sarapan, jangan ngagetin gitu dong" tatapan tajam ke anaknya yg sudah sampai di dekat meja makan.
"Aiss udah telat mahh, yok pah berangkat" ucap Aisyah merengek ke papanya.
"Yaudah, kayaknya putri ayah lagi buru- buru" berdiri dari tempat duduknya, mengelus lembut rambut putrinya.
"Papa kamu belum selesai sarapan sayang, kamu juga belum sarapan" ucap Diana ke putri nya yang keras kepala.
"Papa udah selesai kok mah" meyakinkan istrinya.
"Nah papa aja udah, klo Aiss sarapannya di mobil aja ya Maml, byee mama, sayang mama banyak-banyak" Ucapnya mengambil roti yang sudah di olesi selai coklat oleh mamanya tadi, dan langsung berlari ke mobil.
"Dasar Aiss tiap hari buat heboh.. Huft yasudah.. Hati-hati yah sayang" Diana pusing dengan kelakuan putrinya, kemudian memberikan tas kantor suaminya.
"Mirip sama mamanya haha" ucap Fais menggoda istrinya.
"Bukannya lebih mirip papa yah?" ucap Diana membalas.
"Cantik nya mirip mama" balas Fais, membuat memerah pipi diana.
"Paaaaaaaa!! ihh lama bangett, buruan pahhhh..!" teriak Aisyah dari mobil.
"Iyya Iyya.. papa kesana!" ucap Fais, kaget dengan teriakan Aisyah.
"Hem.. Berangkat sana pah, nanti Ais protes lagi" jengkel Diana yang terus digangu oleh sang anak.
"Yaudah papa berangkat dlu yah mah, Assalamualaikum" pamitnya pada sang istri.
"Waalaikumsalam" balas Diana.
...~♡♡♡~...
.......
.......
.......
...BAB 02...
...~♡♡♡~...
-Di Sekolah-
Jam telah menunjukkan pukul 07: 47, di kelas XI IPA 1 terlihat seorang pria sedang membersihkan papan tulis sebelum mata pelajaran pertama di mulai. Dengan tatapan yang amat sangat dingin ia melirik salah satu bangku yang masih kosong. Pria itu adalah Ezra Aditya Abrisam Ketua kelas XI IPA 1.
Disisi lain, tepatnya di dekat bangku kosong tersebut, ada dua orang siswi yang sedang duduk santai sambil mengobrol, menunggu jam pelajaran pertama dimulai.
"Waduh si Ais kemana sih, padahal dia yg piket hari ini" ucap Iren sahabat Aisyah.
" Mana saya tau, emang kebiasaan telat tu anak klo lagi piket, mana piketnya bareng Ketua kelas lagi.." balas windy, yang tetap fokus menikmati cemilan yang ad di tangannya.
"Kebiasaan ya jangan dibiasainlah, ehh mau dong!" Ucap Iren, sambil mengambil paksa cemilan di tangan Windy.
"Aahh.. beli sendiri dong, gak modal banget" kesal dengan ulah sahabat nya itu.
"Kamu kan belinya kebanyakan, gak takut gendut apa Win, jdi mending aku bantu habisin daripada mubasir hehe" balas Iren santai.
"Halah gk niat banget (sebal). eh.. Btw ketua kelas kita tampan juga yah.." ucap Windy menatap seksama laki-laki yang telah duduk di kursi paling depan itu, setelah membersihkan papan tulis.
"Si Ezra?" tanya Iren.
"Ya iyalah mermut, emang ketua kelas kita siapa klo bukan si Ezra?" jawab Windy.
"Owh, heran aj lu tiba-tiba nanyain. Kalo soal muka sih Ezra cakep, tpi sifatnya gak banget, udah cuek, tegas, dan dingin kek kulkas di tambah kata-katanya sadis banget" balas Iren tanpa sengaja dengan suara yg lumayan keras.
"Husstt.. suaranya jangan kekencengan, si Ezra nanti denger" ucap Windy sambil menyumpal mulut sahabatnya itu dengan roti.
"Cowok cool mah punya daya tarik tersendiri, semakin susah di dapetin semakin menarik" lanjut Windy yg sedari tadi menatap Ezra.
"Puihh.. apaan sih Win jangan main sumpal dong" ucap Iren membuang roti dimulutnya.
"Lagian si Ezra gak mungkin denger, dia mah selalu pake headset di kelas. dan Buat apa menarik klo gk bsa dimiliki hhh" lanjut Iren, menertawakan kehalusan temannya.
Dan obrolan dua sejoli itupun terus berlanjut.
Sebenarnya sedari tadi Ezra mendengar betul apa yang di bicarakan dua orang itu, tapi iya pura-pura tidak peduli, dan ia kembali melirik bangku kosong di baris kanan tengah itu dengan wajah datarnya.
Lantas kemana Aisyah sekarang berada?
Jam sudah menunjukkan pukul 08:00 dan Bel sekolah pun telah berbunyi menandakan Mata pelajaran pertama akan segera di mulai.
Dikoridor dekat ruangan guru terlihat seorang gadis sedang terburu-buru menuju kelasnya.
'Huft.. beneran telat nih, pagi-pagi jalanan udah macet banget, mudah-mudahan guru blm masuk'
Ucap Aisyah dalam hati sembari berlari menuju kelas, kebetulan jalan ke kelas XI IPA 1 melewati koridor ruang guru.
"Brukk" Aisyah yg buru-buru tanpa sadar menabrak seseorang yg keluar dari ruangan guru, Aisyah pun terjatuh dengan buku berserakan dikarenakan resleting tasnya yang hanya tertutup sebagian.
"Awwww.." Aisyah meringis kesakitan.
"Oi Jangan kek hantu napa tiba-tiba nongol" lanjutnya masih sempat memaki, padahal dia sendiri yang salah.
"Kamu gak apa-apa?" Tanya pria yang di tabrak Aisyah tadi, sambil mengulurkan tangan ingin membantu Aisyah berdiri.
"Ya sakit lah bambang, org jatoh kek gini masih aj ditanya!" omel nya, tapi tetap menerima tangan sang pria untuk berdiri.
Kemudian Aisyah langsung memungut isi tasnya yg berserakan di lantai, dibantu oleh pria yg ia tabrak.
"Ini buku kamu" ucap pria itu menjulurkan buku Aisyah yang ia pungut.
"Ok thanks" ucap Aisyah langsung mengambil buku nya dan berbalik pergi, karena memang sudah telat.
"Sama-sama" Balas pria itu walaupun sudah tidak di dengar oleh Aisyah Karena sudah cukup jauh.
'Dia yang nabrak, dia yang jatuh, dia juga yang marah-marah, cewek aneh' ucap pria tersebut dalam hati, sambil tersenyum tipis melihat punggung Aisyah yang sudah semakin jauh.
"Nak Rafa, sini ibu antar ke kelas baru kamu" ucap Bu Santi yang barusan keluar dari ruang guru.
"Eh.. Baik Bu" Balas Rafa yg sedikit kaget tersadar dari lamunannya tadi.
Saat ingin berjalan mengikuti Bu Santi, Rafa melihat buku di dekat tembok, kemudian mengambil buku tersebut. Dibuku tersebut tertera nama Aisyah Asyifa.
'Hem, sepertinya ini buku cewek yang tadi. Nama yang bagus' ucapnya dalam hati.
Ia kemudian memasukkan buku tersebut ke tasnya, dan kemudian mengikuti langkah Bu Santi menuju ke kelas barunya.
...ו••♡•••×...
Aisyah yang sampai ke kelas segera duduk dengan suara nafas yg memburu karena kecapean. "Hosh.. hosh.."
"Aiss.. kemana aja lu, ngos-ngosan kek gitu, telat lagi, padahal hari ini piket, kasian ketua kelas piket sendirian" tegur Windy menepuk punggung sahabatnya yang baru sampai dan terlihat sangat kelelahan.
Kebetulan Windy duduk tepat di belakang Aisyah, sedangkan Iren duduk di samping kiri Windy, tepatnya sejajar dengan Erza, hanya selisih 2 kursi, karena Ezra duduk di kursi paling depan.
"Win.. kau punya air gak? hosh.. hosh" Tanyanya tanpa menjawab pertanyaan dari temannya itu.
"Yaelah ditanya malah nanya balik.. Nihh (memberikan air minum ke Ais)"
"Capek uy, abis lari maraton" ucap Aisyah sambil meraih air dari Windy dan meneguknya. "Uhh.. segeerr" lanjutnya.
Erza yang duduk di depan kembali melirik Aisyah dengan muka datar khasnya, entah ia marah karena kesal harus piket sendirian karena Aisyah datang terlambat, atau karena ...??
Tak lama kemudian Ibu Santi masuk ke kelas, bersama dengan Rafa.
"Pagi anak-anak" sapa Bu Santi ramah
"Pagi Bu.." jawab murid serentak, begitu pun dengan Aisyah walaupun ia menjawab dengan malas dan tetap melanjutkan minum air yg diberikan Windy tadi, tapi tak lama matanya terbelalak melihat pria yang ia tabrak tadi bersama dengan Bu Santi.
"Uhuk.. uhuk.. uhuk.." suara Aisyah tersedak air minum karena kaget.
Seketika satu kelas terfokus ke Aisyah karena suara batuknya barusan, begitupun Rafa.
'Hem..Ternyata satu kelas' tutur Rafa dalam hati.
"Aisyah kamu kenapa?" tanya ibu Santi.
"Em.. uhuk.. gpp Bu, kesedak air aja" Jawabnya canggung karena seisi kelas menatap nya, terutama tatapan Erza yang datar dan mengintimidasi.
'Huh. si Ezra knp sih mukanya gitu mulu ih, kayak mo makan org aja' tutur Aisyah dalam hati, tak nyaman dengan tatapan datar Ezra.
"Baiklah kalau begitu, anak-anak kenalkan hari ini kalian punya teman baru, dia adalah anak pindah dari kota S, Rafa silahkan perkenalkan diri kamu" lanjut Bu Santi.
"Hai teman-teman perkenalkan nama saya Rafael Setyawan, kalian bisa panggil Rafa, Saya pindah ke sini dikarenakan ingin mandiri sejak dini, dan sedikit membantu usaha orang tua yang ada di kota ini. Semoga kita bisa berteman dengan baik (tersenyum)"
Perkenalan Refa yang singkat dan di akhiri dengan senyuman manis dari Rafa membuat murid cewek di kelas menjadi heboh.
"Uuaaahhh, manis bangettt" ucap Iren berbisik ke Windy.
"Menurut aku ketua kelas gak kalah cakep sih" balas Windy tak mau kalah.
"Belain aj terus si kulkas beku" ucap Iren sinis.
"Udah-udah, ngapain berantem hanya karena cowok yg jelas-jelas gk lebih tampan dari Cha Eun Woo" ucap Aisyah menengahi kedua sahabatnya.
"Baiklah Rafa, silahkan kmu duduk ke kursi kosong yang disana" ucap Bu Santi menunjuk kursi kosong di sebelah kanan Windy.
"Baik Bu" Balas Rafa kemudia berjalan ke kursi nya, dan tersenyum saat bertatapan mata dengan Aisyah saat melewati bangku Aisyah.
'Ngapain tu cowok senyam senyum segala, lagian dia bukan Lee mineral kali yang ada manis-manisnya, ih Gaje banget' umpat Aisyah dalam hati dengan wajah sinis melihat Rafa yang tersenyum kepadanya.
Rafa pun duduk di kursinya.
Disisi lain ada Iren yg berusaha mengode Windy
"Win... Win... hust.. hustt.. Winn.." Iren yang sedang berusaha, tapi tidak di gubris sama sekali oleh Windy kemudian melempar pulpen ke meja Windy, dan sedikit mengenai tangan Windy.
"Apa sih beb irenn?" tanyanya pada sahabatnya itu.
"Tukaran tempat yok Win hehe" jawab Iren cengengesan.
"Ogahhh" jawab Windy singkat.
"Dasar Bestod" umpat nya, namun di dengar oleh Bu Santi.
"Iren!, Windy! kalau kalian tidak mau belajar silahkan tinggalkan kelas!" ucap Bu Santi menatap tajam dua sejoli itu.
Iren dan Windy pun diam tak berkutik mendengar peringatan dari Bu Santi.
"Baik anak-anak kita lanjut pelajaran Matematika pekan lalu, dan untuk Rafa karena ia baru pindah, saya harap murid-murid bisa membantu nya mengejar pembelajaran" lanjut Bu Santi.
"Baik Bu" jawab murid serentak.
Pelajaran pun terus berlanjut.
"Kringgg" bel istirahat berbunyi.
...~♡♡♡~...
.......
.......
.......
...BAB 03...
...~♡♡♡~...
Mata pelajaran kedua telah usai, waktu jam istirahatpun telah tiba.
"Kringggg" bel istirahat berbunyi.
Kelas sudah lumayan terlihat sepi, dikarenakan banyak siswa yg sudah meninggalkan kelas menuju ke kantin, untuk mengisi perut mereka.
"Aiss ke kantin yok" ajak Windy sambil merapikan bukunya setelah mata pelajaran berakhir.
"Ayok.. gaskenn" jawab Aisyah memasukkan bukunya ke tas.
"Yaelah ajak gw napa!!" tutur Iren dengan nada kesal.
"Gk perlu di ajak, lu ikut aja, gak usah manja" balas Windy.
"Pilkas kau Win" ucap Iren cemberut.
"Ututuuu bestie ku yang satu ini ngambek, nanti makin jelek tau ngambek mulu" goda Aisyah sambil mencubit pipi Iren.
"Sakit aiiss, aku bukan bocah yah" jawab Iren masih dengan wajah cemberut.
Aisyah dan Windy hanya tertawa melihat ekspresi sahabatnya itu.
Di seberang meja sana terlihat seorang pria sedang memandang Aisyah yang sedang tertawa, kemudian bergegas mendekat dengan ekspresi wajah yang susah ditebak, siapa lagi kalau bukan Ezra si muka datar.
"Bruk" suara penghapus yang sengaja ia letakkan atau lebih tepatnya ia lembar ke meja Aisyah dengan penuh tekanan.
"Apaan sih?" bentak Aisyah yang kaget.
"Udah ketawanya?" tanya Ezra dengan muka datar.
"Emang kenapa hah? yg ketawa jga gw kenapa lu yang sewot" jawab Aisyah dengan agak kasar.
"Kalau udah, hapus papan tulis! terus buang sampah yang udah penuh!" ucap Ezra dengan wajah datar namun mengintimidasi.
"Itu aja?" balas Aisyah yang sadar kalau hari ini dia yang piket.
"Untuk mata pelajaran selanjutnya pun kamu yang harus bersihkan papan tulis!" lanjut Ezra.
"Udah? itu aja?" lanjut Aisyah bertanya.
"Ya!" balas Ezra dengan dinginnya lalu berlalu pergi begitu saja.
"Yah.. malah di tinggal.. dasar cowok aneh" jawab Aisyah kesal dengan sifat Ezra.
"Kamu sih, udah tau piket bareng Ezra malah telat" tutur Windy menambahkan.
"Udahlah aku mau buang sampah dlu" ucap Aisyah pergi.
"Gak kita bantuin tuh?" tanya Iren ke Windy setelah melihat kepergian Aisyah dengan wajah yg susah di tebak.
"Gak usah, moodnya lagi gk baik abis di bentak sama Ezra, mending ke kantin sekalian beliin makanan untuk Aiss" jawab Windy.
"Ok deh, kayaknya dia emang butuh waktu sendiri" jawab Iren mengiakan perkataan Windy.
Rafa yang sedari tadi menguping pembicaraan Aisyah dengan sahabat nya itu pun berdiri dan meninggal kan kelas.
...ו••♡•••×...
Aisyah terlihat membawa tempat sampah ke pembuangan di belakang sekolah, dengan wajah kesal ia terus saja menyumpahi Ezra dalam hati.
"Emang aku punya salah apa sih sma si Erza knp dia selalu aja kayak gk suka sama aku.. ihh" kesalnya, tanpa sadar ia menendang tempat sampah besar di tempat pembuangan.
"Awww..." rintihnya kesakitan, karena sebelumnya kaki nya memang sudah lumayan sakit akibat jatuh saat menabrak Rafa tadi pagi.
"Kamu gk apa apa?" Tiba-tiba suara laki-laki terdengar dari belakangnya, Aisyah pun menoleh.
"Lah.. kamu? ngapain di sini? ngikutin aku yah?" omel nya melihat Rafa ada tepat di belakangnya.
"Nething aja terus.., aku disini Karena kesasar, tau-tau liat cewek ngamuk pake tendang tepat sampah segala.. huftt" Bohong Rafa padahal sedari tadi ia memang membuntuti Aisyah.
"Hah masa Iyya kesasar ke belakang sekolah" tidak percaya dengan ucapan Rafa.
"Aku kan murid baru, jadi wajar" lanjut Rafa meyakinkan.
"Iyyain" jawab Aisyah malas.
"Kamu gpp kan? keliatan sakit gitu" tanya Rafa melihat Aisyah masih memegangi kaki kanan nya yang terlihat sedikit cindera.
"Ya sakitlah Bambang, klo gk sakit, lu kira gw nge cosplay gembel yah malah duduk deket tong sampah" jawab Aisyah sinis.
"Mau aku gendong ke UKS?" tanya Rafa yang khawatir, sekarang posisi Rafa terlihat jongkok, didekat Aisyah yang duduk di sana.
"Gakk, jauh-jauh sana, gw mau berdiri" jawab Aisyah melambai-lambai, mengisyaratkan Rafa untuk sedikit minggir.
"Yakin bisa berdiri sendiri?" tanyanya pada Aisyah.
"Bisa lah" jawab Aisyah meyakinkan.
Rafa pun berdiri dan sedikit bergeser agar Aisyah dapat berdiri.
Aisyah kemudian berusaha untuk berdiri, akan tetapi hampir jatuh karena keseimbangan nya yang gak baik dengan kaki yang terluka, untung lah Rafa langsung menangkap Aisyah yg hampir terjatuh dengan memeluk pinggul Aisyah. Tatapan keduanya pun bertemu untuk sesaat.
"Lepasin ih, dasar mesum" omel Aisyah mendorong Rafa yang masih memegang pinggulnya.
"Malah dikira mesum padahal cuman niat nolongin" bantah Rafa dengan perkataan Aisyah barusan.
"Yaudah, thanks dah nolongin" lanjut Aisyah.
Disudut lain tempat itu ternyata ada sosok pria yang berdiri menatap tajam Mereka berdua dengan tatapan yang sulit diartikan. Siapa lagi kalau bukan Ezra.
Yah dia khawatir dengan Aisyah yang pergi sendirian ke belakang sekolah, jadi ia mengikuti nya, saat Aisyah meringis kesakitan pun ia ingin membantu tapi ternyata Rafa datang lebih cepat.
Ezra pun berbalik meninggalkan tempat tersebut.
"Aku antar sampai UKS yah, takutnya kamu jatuh lagi"
khawatir Rafa yang melihat Aisyah berjalan sedikit pincang.
"Gak usah, pergi sana! ganggu aja" ucap Aisyah risih dengan Rafa yang sedari tadi mengikutinya.
"Gak mau, nanti aku kesasar lagi kalau pergi sendiri" balas Rafa berbohong.
"Terserah, itu urusamu, bukan urusan ku" kesal Aisyah.
Mereka pun terus berjalan bersama sampai kembali ke kelas, karena Rafa yang enggan meninggalkan Aisyah sendiri.
...ו••♡•••×...
-Di Kelas-
Aisyah kembali duduk di bangkunya, dan Rafa sekarang sudah tak terlihat batang hidungnya.
Kedua sahabat Aisyah pun masuk ke kelas dengan beberapa makanan di tangannya.
"Aiss.. karena kamu tadi pergi buang sampah jadi aku sama Iren ke kantin duluan beliin beberapa makanan buat kamu, nihh.." ucap Windy menaruh beberapa makanan di meja Aisyah di bantu oleh Iren.
"Waahh peka jga kau bestie, emang agak laper, tapi kayaknya kalau ke kantin sekarang udah gk sempat" ucap Aisyah kemudian mengambil roti di mejanya yg diletakkan dua sahabat nya itu, kemudian memakannya.
"Ya iyyalah.. Eh ngomong ngomong dari tadi aku gk liat Ezra" ucap Windy mencari keberadaan Ezra yang tak terlihat, terakhir saat berbicara dengan Aisyah di kelas.
"Bodo amat sama si iblis bermuka datar!" balas Aisyah kesal, sambil mengunyah makanan di tangan nya.
"Dari tadi si murid baru jga gak kelihatan" sambung Iren.
Aisyah hanya pura-pura tak tahu, dan enggan menanggapi ucapan dari Iren.
Tak lama kemudian Rafa masuk ke kelas dengan membawa kotak P3K mini di tangannya, lalu meletakkan nya di meja Aisyah.
"Obati kaki mu" ucap Rafa kemudian berlalu ke kursinya tanpa menunggu jawaban dari Aisyah.
Windy dan Iren yang heran dengan situasi ini kemudian bertanya ke Aisyah.
"Kaki mu sakit Aiss?" tanya Windy.
"Terus, kok si Rafi bisa tau kaki kamu sakit??" lanjut Iren curiga.
Tak sempat menjawab pertanyaan dari kedua temannya itu, bell pun berbunyi "Kriinggg" pertanda jam pelajaran ketiga akan segera di mulai.
'Huftt, selamat' ucap Aisyah dalam hati.
...~♡♡♡~...
.......
.......
.......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!