Langit semakin gelap, suasana di tempat penyekapan para penumpang bus terlihat semakin tegang. Raut wajah para penumpang semakin ketakutan, bahkan anak-anak kecil tidak hentinya menangis. Membuat para perampok tidak segan-segan membentak, bahkan melayangkan tangan mereka kepada anak kecil berusia 5-6 tahun.
Sungguh perbuatan keji yang membuat, tatapan seorang wanita di balik persembunyiannya menahan amarah.
Tanpa sadar, salah satu telapak tangannya terluka akibat genggaman kuat di dahan rumput yang berdiri.
"DIAM!" bentak pria bertubuh garang. Saat anak laki-laki kecil masih terus menangis.
Kedua orang tuanya hanya bisa melindungi putra mereka dengan memeluk erat.
"Jangan tuan!" Mohon kedua orang tua anak laki-laki itu.
"Kami mohon, dia hanya kehausan juga ketakutan," jelas sang ayah dengan nada suara bergetar.
"Omong kosong," bentak sang penjahat itu sambil menendang pria bertubuh kurus.
"Jangan tuan, kasihanilah suamiku." Istri pria itu mencoba memohon belas kasih.
"Akh, dasar menyusahkan," ujar pria jahat dan dengan keji menendang wanita lemah bersama putranya dengan kuat.
Anak kecil itu pun semakin menangis, begitu juga sang ibu. Sedangkan suaminya hanya bisa melindungi istri dan anaknya dengan pelukan.
Para penumpang yang melihat kejadian itu semakin beringsut takut, masing-masing melindungi keluarga mereka dengan saling berpelukan.
Entah sampai kapan mereka semua akan disekap di lapangan pinggir hutan lebat itu. Apalagi cuaca semakin tidak baik untuk kesehatan bayi juga anak kecil.
Sedangkan para perampok tampak kesenangan, mereka mendapatkan hasil begitu memuaskan malam ini. Para perampok kini sedang bersenang-senang dengan beberapa minuman keras yang mereka siapkan. Sambil menikmati wajah-wajah ketakutan para penumpang.
Mereka bahkan tertawa senang melihat wajah para penumpang yang semakin ketakutan sambil menahan cuaca dingin, yang menusuk seluruh lapisan kulit.
"Dad!" Bisik pasangan istri kepada suami.
"Ehem!" Sang suami berdehem lirih agar tidak ketahuan oleh para pria jahat di depan mereka.
"Kemana nona Lily? Kenapa dia belum muncul? Mommy sungguh khawatir, dad," bisik pasangan istri. raut wajah terlihat jelas khawatir.
Sang suami melirik ke kanan dan kiri dengan gerakan halus, ia takut para penjahat itu mendapati dan mencurigai keduanya.
"Aku berharap dia baik-baik saja," gumam sang suami.
"OH Tuhan, lindungilah nona Lily." Pasangan istri pun ikut bergumam dengan ungkapan doa tulus.
……
"Hey!" Terdengar bentakan dari pria bertubuh besar yang merupakan pimpinan kelompok perampok.
Pria dengan wajah sangar, memanggil salah satu anak buahnya untuk mendekat.
"Apa ketiganya sudah muncul?" Tanya pria yang seluruh wajahnya dipenuhi tato mengerikan.
"B-belum bos," sahut anak buah dengan mimik takut-takut.
"Brengsek!" Sentak pria garang kencang. Yang membuat para anak buahnya juga penumpang bus terloncat kaget.
"Cari mereka!" Perintah pria garang, tidak lupa tatapan menakutkannya.
Sang anak buah pun dengan segera mengerjakan tugas yang di berikan pimpinan mereka. Disusul beberapa pria memasuki hutan lebat dengan pohon-pohon tinggi berbaris rapi di sana.
Lily yang mengintai sejak tadi kini terlihat menyeringai kembali. Tanpa takut kulit mulusnya akan tergores dan meninggalkan bekas, Lily bersiap untuk menyerang habis para komplotan penjahat dengan bersembunyi di salah satu dahan pohon yang terlihat kokoh.
Lily kini bersiap dengan senjata tajamnya, dengan memantau sengit, penjahat yang berada tepat di bawahnya.
Wanita itu pun membalikkan posisi tubuhnya. Kini bagian kedua kaki berpegang kuat di dahan pohon kokoh dengan tubuh bagian atasnya berada di bawah.
Lily sudah berada di belakang tubuh pria berkulit hitam, tanpa berkata-kata, Lily segera mencekal leher pria itu dengan salah satu tangannya yang kosong dan menggores leher pria itu dengan sekali tarikan.
Lily mendorong pria dengan tubuh tinggi besar itu yang sudah tak bernyawa. Jangan menganggap remeh senjata tajam yang dimiliki Lily. Meskipun memiliki ukuran kecil, namun mampu menembus tali tenggorokan.
Suara hempasan tubuh pria itu terdengar nyaring, yang berhasil mengundang perhatian para penjahat lainnya.
Terlihat Lima orang laki-laki berlari ke tempat rekan mereka tadi. Kelimanya pun begitu terkejut saat melihat, rekan mereka sudah terkapar tidak bernyawa dengan luka di leher.
"Sial!" Umpan salah satu dari kelimanya.
"Siapa yang melakukan ini?" Tanya yang lain sambil menyinari wajah rekan mereka yang mati dengan pencahayaan senter ponsel.
"Sepertinya dia terlihat profesional." Komentar penjahat lain. Pria itu melihat luka di leher rekannya.
"Senjatanya bukan sembarangan," celetuk pria yang terlihat berdiri dan memindai sekitar.
Mata menakutkan pria itu menajam, saat melihat pergerakan di balik ranting pohon-pohon kecil.
"Hey! Keluarlah, pecundang!" Bentak pria itu sambil mengarahkan senjata api.
Rekannya yang lain ikut siaga dengan senjata mereka masing-masing, salah satu diantara kelima-nya, maju untuk menyakinkan, apakah itu seorang pengintai.
Belum juga beberapa langkah ia mendekat, kedua temannya di belakang tiba-tiba terhempas ke depan.
Refleks ketiga pria jahat yang tersisa, begitu terkejut. Mereka tidak melihat sosok wanita bermata tajam itu berada di samping mereka.
"Hey! Keluarlah!" Gertak pria bertubuh tegak sambil melepaskan tembakan ke sembarang arah.
"Sial!" Umpannya saat kehabisan peluru.
Kedua rekannya terus menyiapkan posisi dan menelisik tempat gelap itu.
"Berhati-hatilah, dia pasti ada di sini," pesan salah satu dari penjahat itu kepada rekannya.
Sedangkan Lily masih mengintai ketiga penjahat itu dengan tatapan tajam.
Kini tatapan mengerikan itu tertuju kepada, pria yang berada paling belakang. Tanpa menghabiskan waktu banyak, Lily menembak peluru ke arah ketiga pria itu.
Suara tembakan pun terdengar begitu nyaring, membuat para burung terkejut dan masing-masing keluar dari sangkar mereka dan terbang kesana-kemari dengan suara mereka yang berisik.
Suara tembakan itu juga membuat para penjahat lain terkejut, mereka pun refleks memasang siaga.
Pemimpin perampok memberikan perintah kepada salah satu anak buahnya untuk menghabisi anak kecil yang terus menangis.
"Jangan tuan!" Mohon ibu anak kecil sambil mengibah di hadapan pria jahat.
"Menyingkirlah," sentak pria itu sambil menendang punggung sang ibu.
"Tuan, kasihani anak kami," sang Ayah pun mencoba menghalangi pria jahat itu, namun serangan ia dapat tengkuknya, saat pria jahat itu menggunakan punggung senjata laras panjangnya untuk memukul.
Sedangkan anak laki-laki berusia 7 tahun itu kini menangis ketakutan dengan tubuh mengigil. Pria itu sudah bersiap dengan arahan senjata kepada anak tersebut, sambil menampilkan senyum jahat juga diikuti kekehan puas para penjahat lain.
Saat akan menarik pelatuk senjata api, tiba-tiba sebuah belati tajam menancap tepat di pergelangan tangan pria itu.
"Aku!" Pria itu berteriak kesakitan. Senjatanya pun kini jatuh di atas tanah. Para perampok lain, memasang siaga.
"Brengsek!"
"Hey, keluarlah brengsek!" Bentak pimpinan perampok itu.
"Brengsek!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Sumini Ningsih
udah terlatih
2024-06-07
0
Vitamincyu
...
2024-06-04
0
Pendi
bacot thor
2024-05-06
0