Fallin Flower
...RAY DARIO...
Hujan mulai turun semua orang yang tengah tabur bunga mulai meninggalkan area pemakaman. Kecuali satu orang, dia bernama Ray Dario. Walaupun hujan sudah mulai turun dengan derasnya tetapi tak menghentikan hatinya untuk tetap berada didekat nisan sang kekasih.
Hari ini adalah hari pemakaman kekasihnya yang bernama Bella, Bella meninggal karena bunuh diri. Bella ditemukan didalam kamarnya oleh Ray dalam keadaan mulut yang berbusa dan obat penenang yang berceceran dikamarnya. Setelah diselidiki Bella bunuh diri dengan meminum obat penenang yang melebihi dosis.
Sebelum Bella bunuh diri, Bella meninggalkan sebuah surat disamping badannya. Dalam surat itu tertulis bahwa Bella sudah sangat lelah dengan keadaanya sekarang, dan diam-diam Bella memiliki depresi, ia sembunyikan itu selama 3 tahun lebih. Bella menyembunyikan depresinya dari semua orang termasuk keluarganya dan juga Ray kekasihnya. Bella juga menuliskan pesan terakhirnya pada Ray agar dia bisa menemukan kekasih yang lebih baik darinya.
"Ray, ayo pulang. Hujan sudah sangat deras dan perkiraan hari ini akan ada badai. Besok kamu bisa kembali lagi kesini." Ucap Gerry pada Ray sembari memberikan satu payung hitam padanya.
Gerry adalah Sahabat Ray sejak kecil, bahkan saking dekatnya mereka, mereka membeli rumah mewah yang saling berdekatan agar mereka tetap bersahabat sampai mereka tua.
Ray mengambil payung hitam yang diberikan Gerry dan meninggalkan area pemakaman. Mereka berdua berjalan menuju mobil Ray, Gerry duduk bersampingan dengan Ray dikursi belakang mobil yang dikendarai oleh supir Ray.
Selama perjalanan Ray terus terdiam sembari menghadap ke arah luar jendela. Gerry tahu pasti Ray sangat hancur karena cinta pertamanya yang sudah bersamanya hampir selama 7 tahun lebih, meninggal tak wajar karena bunuh diri.
Mereka berdua tiba dirumah Ray, ketika mereka tiba dirumah Ray, Ray langsung disambut oleh Ayah dan Ibunya.
Ray terkejut melihat kedua orang tuanya datang kerumahnya, Ray pun langsung memeluk ibunya dan menangis di bahunya.
"Hai om apa kabar, Oh iya sejak kapan kalian tiba?" tanya Gerry pada Ayah Ray yang bernama Dario.
"Baik, baru saja kami tiba, tadinya kami akan menuju pemakaman tapi hujan turun dengan derasnya." jawab ayah Ray.
"Tak masalah om, Baiklah kalo begitu. Om, Tante aku pulang dulu, Ray tenangkan dirimu dan aku akan kembali besok."
"Iya Gerry, terima kasih." jawab Ray sembari melepaskan pelukannya dari ibunya.
Tak lama Badai pun datang hujan deras disertai dengan angin kencang membuat semua yang ada diluar rumah Ray dan Gerry berantakan tertiup angin.
1 minggu sudah berlalu dan kepergian Bella masih terlintas dalam pikiran Ray. Bahkan Ray sering sekali melamun akhir-akhir ini.
Hari ini adalah hari senin Ray sudah memulai kembali aktifitasnya sebagai pemilik perusahaan property Dario grup. Ini adalah tahun ke empat dia memegang perusahan property Dario grup yang ia bangun sendiri. Dan sekarang diusianya yang ke 25tahun Ray mulai sangat sibuk dengan perusahaannya itu.
Hingga dirinya jarang sekali menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri.
Drrrrttt...
Handphone Ray yang disimpan di dashboard mobil berdering nyaring, Ray dengan cepat mengangkat panggilan itu dan menepikan mobilnya didekat sebuah taman. Ketika Ray tengah fokus berbicara dengan klien-nya seorang wanita mengetuk-ngetuk pintu kaca mobilnya.
Tok! Tok! Tok!
Ray pun menutup telepon-nya dan merespon wanita yang sedari tadi mengentuk-ngetuk kaca mobilnya.
Ketika Ray membuka jendela mobil, Ray melihat wanita itu membawa berbagai macam bunga.
"Ada apa? Kenapa kamu terus..."
Belum selesai Ray berbicara wanita itu memotong pertanyaan Ray dan menawarkan bunga-bunga miliknya.
"Hai... Aku ingin menawarkan bunga-bunga ini, lihat semua bunga ini sangat cantik. Aku memetiknya sendiri dari taman dirumahku, apa anda ingin membelinya."
Wanita itu adalah seorang penjual bunga, dia berpenampilan layaknya seperti seorang putri bunga, karena rambut-nya yang terurai panjang diikat separuh dengan bentuk Braided Rose dan diriasi dengan bunga-bunga berwarna kuning disekelilingnya.
Wanita itu terus tersenyum riang gembira sembari menawarkan bunga-bunga indahnya pada Ray. Namun Ray sama sekali tak memberikan raut wajah yang baik pada wanita penjual bunga itu.
"Hello... Bagaimana, apa kamu tertarik membeli bungaku ini?" tanya wanita penjual bunga itu lagi kepada Ray.
"Tidak. Aku tidak suka bunga." Ray menjawabnya dengan cetus, namun wanita penjual bunga itu terus saja menawarkan bunga-bunganya.
"Jika kamu tidak suka bunga ini, berikan saja bunga ini pada kekasihmu, wanita sangat suka bunga, ini. Ambilah aku pilihkan bunga mawar putih ini untukkmu dan berikanlah pada kekasihmu pasti dia sangat suka."
Ketika wanita penjual bunga itu memberikan beberapa tangkai mawar putih pada Ray. Ray tiba-tiba menyingkirkannya dengan begitu keras, sehingga kelopak dari bunga-bunga cantik itu terlepas dari tangkainya dan berceceran dipinggir jalan.
Ray marah karena wanita penjual bunga itu berkata "berikan bunganya pada kekasihmu" dan pada saat itu Ray masih berduka karena kepergian Bella, sehingga Ray mudah tersinggung dengan ucapannya.
Ray pun pergi begitu saja meninggalkan wanita penjual bunga tanpa meminta maaf. Sedangkan wanita penjual bunga itu mulai menunjukan wajah sedihnya dan mengumpulkan kembali kelopak bunga yang sudah terlepas dari tangkainnya yang berserakan diarea jalan.
Ketika wanita panjual bunga tengah mengumpulkan kelopak bunga mawar putih yang berceceran dijalan, sebuah mobil Lamb*rghini berwarna merah berhenti didepannya.
Pemilik mobil mewah berwarna merah itu pun tiba-tiba keluar dan menghampiri sang wanita penjual bunga. Pemilik mobil itu seorang pria yang tak lain adalah Gerry, dengan jaket kulitnya yang berwarna hitam Gerry menghampirinya.
"Amara, apa yang terjadi? Kenapa bunga ini berceceran dijalan." sahut Gerry sembari membantu wanita penjual bunga mengambil bunga-bunganya yang berceceran.
Tampaknya Gerry sudah mengenal Wanita penjual bunga itu, karena Gerry memanggil wanita penjual bunga itu dengan namanya.
"Gerry terima kasih sudah membantuku."
"Amara ada apa? Apa kamu terjatuh sehingga semua bunga kamu rusak dan berceceran seperti ini?"
"Tidak Gerry, hanya saja seorang pria menjatuhkannya, dia tiba-tiba marah padaku karena aku menawarkan bunga padanya."
"Baiklah, lain kali hati-hati, Amara aku pergi dulu."
Gerry pun pergi meninggalkan wanita penjual bunga yang bernama Amara itu, karena Gerry harus segera sampai keperusahaan milik Ray untuk bekerja dengan Ray.
****
Tepat pukul sembilan pagi Ray dan Gerry sudah ada digedung perusahaan property Dario.
"Hai Ray, sepertinya aku terlambat 10 menit, ada masalah sedikit dijalan tadi, jangan potong gajihku ya." ucap Gerry sembari masuk kedalam ruang kerja Ray.
"Masalah, masalah apa?"
"Sebenarnya hanya masalah kecil, walaupun itu masalah kecil tapi rasanya aku ingin sekali marah, pada orang yang membuat bunga mawar Amara berceceran dijalan."
Seketika Ray terdiam dan membulatkan matanya.
"B-bunga? Bunga mawar putih?"
"Iya Ray, dia seorang penjual bunga didekat taman, taman yang akan menuju kantor kita ini. Tunggu, kenapa kamu bisa tahu itu bunga mawar putih Ray, apa kamu orang yang membuat bunga Amara rusak dan berceceran dijalan?"
Walaupun wajah Ray terlihat sedikit gugup, Ray tetap jujur dan menjawab pertanyaan Gerry dengan santai, seperti seorang yang tak bersalah.
"Ya. Aku yang melakukannya, aku membuat bunga mawar putih itu rusak dan berceceran dijalanan."
Gerry pun memperlihatkan wajah marahnya pada Ray.
"Ya ampun Ray. Kenapa kamu melakukan itu padanya? Kamu tidak tahu dia hidup hanya mengandalkan bunga-bunga itu. Hanya dengan menjual bunga itu dia bisa makan untuk dirinya sendiri atau bahkan untuk keluarganya juga."
"Tapi dia menyinggung perasaanku Gerr!"
"Perasaan, perasaan apa?"
"Dia berkata padaku beli bunganya dan berikan pada kekasihku. Dan saat itu aku langsung marah, kamu tahu kan, Bella sudah tiada. Itu sangat menyinggung perasaanku."
Gerry pun menghela nafasnya dan tak bisa berkata-kata lagi, Gerry merasa jika Ray tak dewasa. Gerry juga tak bisa lagi melontarkan pertanyaan padanya, karena takut Ray akan tersinggung lagi jika berkaitan dengan Bella.
"Bagaimana kamu bisa tahu wanita penjual bunga itu Gerry?"
"Aku mengenal Amara sejak tahu kabar Bella meninggal darimu, dan saat itu posisiku sedang berada dijalan, dan tak sengaja aku berhenti ditaman dan bertemu dengan Amara. Lalu aku membeli semua bunganya dan menaburkan bunga itu tepat dihari pemakaman Bella. Sejak saat itulah aku mengenalnya."
Ray pun terdiam dan tak berbicara lagi, Ray langsung melanjutkan pekerjaan-nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments