...DILLON...
...(NED, RAY, GERRY & DILLON )...
...Ray sudah terlihat rapih dipagi hari dengan stelan kemeja putih dengan bagian lengannya yang dilipat separuh, Ray tak memakai jas hitamnya, Ray hanya menentengnya....
Ray berjalan menuju arah dapur untuk sarapan dan terlihat Gerry sudah duduk di meja makannya. Seperti sudah biasa, Ray tak peduli dengan apa yang dilakukan Gerry.
"Pagi Ray." Ucap Gerry sembari fokus mengupas kulit apel.
"Pagi."
"Sudah tak perlu membuat sarapan lagi Ray, Aku sudah mengupaskan satu apel untukmu, cepat duduk sini dan makanlah."
"Thanks Gerr."
Mereka berdua menikmati sarapan paginya hanya dengan sebuah Apel. Ya, mereka berdua sama sekali tidak memiliki pembantu. Mereka hanya menyewa pembantu sekali dalam seminggu hanya untuk membersihkan seluruh rumah mereka.
"Ray hari ini aku tidak bisa masuk kerja, Aku ingin minta cuti satu hari."
"Cuti, memangnya kamu mau kemana Gerr?"
"Aku harus memperbaiki mobilku, mesinnya sudah mulai rusak."
"Ya. Baiklah."
Setelah sarapan bersama, Ray berangkat duluan dan berpamitan pada Gerry, 10 menit setelah Ray meninggalkan rumah, Gerry juga pergi dengan mobilnya.
Ray yang seharusnya pergi bekerja ke kantor, Ia malah pergi ke DSC pagi itu. Dan saat pagi DSC belum dibuka karena DSC dibuka tepat pukul 3 sore dan tutup pukul 3 dini hari.
Setibanya Ray disana Ray bertanya pada salah satu chef restorannya bernama Lea.
"Lea, apa kamu sudah menyiapkan sarapan dan memberikannya pada Hugo? Semalam aku sudah memerintahkan kalian untuk membuat makanan 3 kali dalam sehari, dan berikan makanan itu pada Hugo." Tanya Ray dengan tatapan mata tajam.
"Ya, Kami sudah mengantarnya pada Hugo."
"Baiklah. Ingat jangan sampai lupa dengan pesanku ini."
"Baik Pak Ray."
Ray pun menaiki lift dan langsung menuju ruang DSC. Ray memasuki ruangan pribadinya dimana ia mengurung Amara disana.
Ray membuka pintu kamar itu dengan lockcardnya. Setelah membukanya Ray melihat Amara masih tertidur dengan musik box yang terus menyala disampingnya.
Ray berjalan mendekati Amara dan mengambil musik box itu, lalu mematikan musiknya. Ray tiba-tiba memperlihatkan senyuman kecilnya didepan musik box itu, lalu ia meletakannya kembali disamping tempat tidur.
Kemudian Ray membungkukan badannya dan melihat dengan dekat wajah Amara. Namun Ray tiba-tiba teringat Bella dan dengan cepat ia menjauh dari Amara, langkah Ray membuat Amara terbangun dari tidurnya.
"R-Ray..." Rintih Amara.
"C-cepat bangun Rafllesia Arnoldii." Ucap Ray dengan juteknya.
"Jadi maksud kamu aku bunga bangkai? Ya ampun perkataanmu itu sangat menyakitiku Ray..."
Amara terlihat menampakan wajah murung setelah Ray mengatakan bahwa dirinya Rafllesia Arnoldii. Karena Rafllesia Arnoldii terkenal dengan baunya yang tak sedap.
"Tidak, aku tidak berfikir seperti itu, kamu yang salah paham. Aku menyebutmu Rafllesia Arnoldii karena kamu satu-satunya dan hanya ada satu didunia." Jawab spontan Ray.
Dan jawaban spontan Ray itu membuat Amara dan Ray sama-sama terdiam. Bahkan Amara tiba-tiba ingin tersenyum namun Amara berusaha menahannya.
"M-maksudku Bella, karena Bella hanya ada satu didunia ini, bukan kamu." Ucap Ray lagi gugup.
Perkataan Ray itu benar-benar aneh dan membingungkan Amara.
"Bella, siapa Bella?"
"Bukan urusanmu, cepat makan. Restoranku sudah menyiapkan makanan yang enak untukmu secara gratis, tapi kamu tak memakannya."
Tiba-tiba saja seseorang datang dengan menekan bel ruang pribadi Ray. Ketika Ray mengecek-nya, ternyata orang itu adalah Gerry. Ray pun panik, dengan cepat Ray membuka sabuk yang ia gunakan dan mengingkatkannya pada tangan Amara.
Ray juga menutup mulut Amara dengan sebuah kain, Amara terus berusaha melepaskan diri dari Ray namun kekuatan tangan Ray begitu kuat sehingga Amara tak bisa melakukan apa-apa lagi. Ray mengangkat Amara dan memasukannya kedalam bathub kamar mandi.
"Ingat, diam dan jangan sampai Gerry tahu kamu ada disini!" Tandas Ray pada Amara.
Ray pun mengunci pintu kamar mandi dari luar, dan bergegas membuka pintu depan untuk menghampiri Gerry yang tiba-tiba datang.
"G-Gerry, ada apa? Kenapa kamu tahu aku ada disini?" Tanya Ray bingung dan sedikit gugup.
"Apa yang sedang kamu lakukan Ray? Aku tahu kamu ada disini karena aku melihat mobilmu terparkir diarea parkir DSC. Aku datang untuk mengecek DSC."
Gerry memberikan tatapan bingung ketika memberikan jawaban pada Ray.
"Wah Lihat ruangan pribadimu ini, sudah lama aku tidak datang kesini. Ray, i-ini baju siapa? Apa semalam ketika kamu terlambat pulang itu karena kamu sedang tidur dengan perempuan?"
"Apa yang kamu katakan, kamu tahukan aku tidak pernah bermain dengan hal-hal seperti itu dari dulu, Meskipun aku punya club."
"Lalu pakaian siapa ini? Dan sepertinya pakaian ini masih terlihat baru, lihat labelnya masih menempel."
Ray pun terdiam, Ray bingung apa yang harus ia katakan pada Gerry.
"I-itu... Itu pakaian Bella, aku hanya ingin merapihkannya, karena sebelumnya aku ingin memberikan semua pakaian itu untuk Bella, tapi Bella dia..." Jelas Ray lirih.
"Ray... Maafkan aku bertanya soal ini lagi. Ya sudah aku pergi dulu, maafkan aku Ray karena menggangumu."
Ray menganggukan kepalanya setelah Gerry meminta maaf karena telah mengganggunya.
Setelah Gerry pergi melalui Lift, Ray dengan cepat mengunci pintu ruang pribadinya dari dalam. Lalu Ray bergegas menuju kamar mandi.
Ray pun membuka kembali pintu kamar mandi, Ray melihat Amara masih tetap berada didalam bathub. Ray dengan cepat membuka sabuk yang ia ikatan ke tangan Amara.
Tiba-tiba Amara menteskan air matanya, ketika Ray tengah membukakan sabuk yang mengikat tangannya. Dan tak sengaja air mata Amara menetes tepat diatas punggung tangan Ray. Ray hanys terdiam melihat tetesan air mata Amara yang mentes dipunggung tangannya.
Setelah ikatan itu terbuka, terlihat tangan Amara memar, tangannya memerah karena Ray mengikatnya terlalu kuat. Ray mengelus tangan Amara perlahan, Ray juga membuka kain yang menutup mulut Amara.
"Jangan menangis, ikatan ini adalah hukuman karena kamu berusaha membunuh dirimu sendiri Bella."
"Bella... Ray aku bukan Bella, kenapa kamu melampiaskan kemarahanmu padaku yang bahkan baru mengenalmu. Tolong lepaskan aku, aku bukan Bella." lirih Amara didepan wajah Ray.
Ray pun tiba-tiba pergi meninggalkan Amara, Ray pergi dengan wajah yang tampak murung, Bahkan disaat seperti itu Ray tak lupa untuk mengunci kembali pintu ruang pribadinya dari luar agar Amara tak bisa lepas.
Terkadang Ray masih saja terus berhalusinasi ketika melihat Amara, Ray berhalusinasi jika Amara adalah Bella. Mungkin Ray berfikir jika ia keras pada Amara yang ia pikir adalah Bella, Amara tak akan membunuh dirinya sendiri. Karena sebelumnya Ray terus memanjakan Bella dan tak pernah keras padanya. Jadi itu membuat Bella melakukan apapun semaunya. Bahkan membunuh dirinya sendiri semaunya.
Perasaan Ray saat ini masih penuh tanda tanya, Apakah Ray mulai mempunyai Rasa pada Amara sebagai Amara. Atau bahkan Ray mulai mempunyai Rasa pada Amara hanya karena Amara memiliki sifat seperti Bella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments