CHAPTER 4

...GERRY HAMILTON...

...(RAY DARIO & GERRY HAMILTON)...

"Ingat siapkan makanan yang sehat dan spesial, lalu berikan makanan itu pada Hugo."

Ucap Ray pada salah satu Chef restorannya.

"Baiklah, kami akan menyiapkannya."

"Oh ya untuk malam ini, aku minta seporsi makanan, tolong siapkan makanan kesukaanku."

Lalu dengan cepat chef itu membuatkan makanan favorit Ray. Dan Ray menunggu didapur restoran itu hingga makanannya matang. Setelah makanan yang Ray pesan selesai, Ray membawanya keruang pribadi yang disana ada Amara.

Ketika Ray masuk dan membuka pintunya, Ray melihat Amara masih menangis dan duduk didekat pintu.

"R-Ray..." Gumam Amara yang matanya mulai terlihat bengkak karena terus menangis.

Lalu Ray menyimpan makanan yang ia bawa disebuah meja dan menyimpan beberapa pakaian juga untuk Amara diatas ranjang.

Ray mendekati Amara yang duduk didekat pintu, yang terus menerus menangis sejak tadi.

Ray menjongkokan badannya didekat Amara lalu Ray berbicara perlahan pada Amara dengan tatapan dinginnya.

"Amara, berhenti menangis aku tak akan menyakitimu." Ucap Ray sembari memegang dagu Amara.

Lalu Ray tiba-tiba mengambil makanan yang tadi ia taruh di meja. Ray mencoba menyuapi Amara agar dia makan, namun Amara tak mau membuka mulutnya.

"Cepat buka mulutmu, dan makan makanan ini. Kamu harus makan agar kamu tak kelaparan." Ujar Ray pada Amara.

Namun Amara masih saja tak mau membuka mulutnya.

Ray pun marah dan meletakan kembali makanan itu ke meja.

Tiba-tiba Amara berdiri dan mencoba memukul Ray, Namun Ray tetap tenang walau Amara terus memukulnya.

"Lepaskan aku dari sini! Biarkan aku pergi dari sini! Aku bukan burung yang ingin kamu pelihara didalam sangkar yang menakutkan ini." Teriak Amara sembari terus memukul Ray.

Karena Amara berteriak dengan sangat keras Ray pun mencoba menutup mulutnya dengan tangannya. Tapi sayang Amara menggit tangan Ray dan Ray pun kesakitan. Namun Ray membalas gigitan Amara dengan sebuah pelukan yang begitu erat.

"Tenanglah Amara. Aku tak akan melukaimu, Tenanglah sedikit saja... " Bisik Ray ditelinga Amara dengan lembut, Amara pun sedikit terdiam namun air matanya tetap saja berlinang.

Ray tiba-tiba memberikan kecupan lembut ditelinga Amara setelah Amara mulai tenang. Seketika Amara terkejut setelah Ray memberikan kecupan lembut ditelinganya.

"Setiap kamu berisik dan tak patuh pada perkataanku, aku akan menghukummu dengan bibirku. Aku akan memberikanmu kecupan lagi jika kamu terus merengek."

Bisik Ray lagi ditelinga Amara.

Amara perlahan melepaskan pelukan Ray yang begitu erat memeluknya.

"Lihat semua itu adalah pakaian untukkmu dan kamu tak perlu khawatir, karena setiap tiga kali sehari Hugo akan memberikanmu makanan. Ingat jangan coba-coba pergi dari sini, atau kamu akan tahu akibatnya nanti."

Ray langsung pergi lagi meninggalkan Amara, karena hari sudah mulai larut.

Ketika Ray sudah pergi Amara tetap tidak memakan-makanan yang dibawa oleh Ray.

Amara mencoba membaringkan tubuhnya diatas ranjang yang mewah dan nyaman itu.

Namun ketika ia mencoba membaringkan badannya, tak sengaja bagian punggunya mengenai sebuah benda yang keras, benda itu ada didalam tas belanjaan.

Ketika Amara membuka dan melihatnya, itu adalah sebuah kotak musik yang dibeli Ray tadi di Mall.

Amara sedikit tertarik dengan musik box berwarna ungu itu, Amara mencoba memutarnya dan memandangnya sembari membaringkan badannya. Dan tak lama Amara pun terlelap karena alunan musik pengantar tidur dari musik box itu.

****

Dilain waktu setelah Ray membelikan kebutuhan pakaian untuk Amara, Ray langsung pergi menuju rumahnya, tepat pukul 12 malam Ray tiba dirumah mewahnya yang berdekatan dengan rumah Gerry.

Ketika Ray masuk kedalam rumah, Ray terkejut karena melihat Gerry sudah ada didalam rumahnya.

"Ray, kamu habis dari mana? Kamu tahu aku sudah menghubungimu dari tadi, tapi kamu tak mengangkat panggilanku." Ucap Gerry sembari duduk di sofa rumah Ray.

"Kamu tahu kan Gerry pekerjaanku sangat menumpuk dikantor, jadi aku pulang terlambat."

Ray pun langsung naik menuju kamarnya yang ada dilantai dua.

"Dasar pembohong, aku tahu kamu tak ada dikantor Ray sejak tadi." Cetus Gerry yang tahu bahwa Ray membohonginya.

Gerry pun langsung kembali menuju rumahnya setelah tahu bahwa Ray baik-baik saja. Dari dulu Gerry sangat perhatian pada Ray, Gerry merasa Ray lebih dari sekedar sahabat. Bagi Gerry, Ray adalah adiknya. Karena umur Ray lebih muda darinya.

Suasana rumah Ray selalu sepi bahkan disetiap malam Ray selalu kesepian, Semenjak Bella pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Karena sebelumnya Bella sering menginap dirumah Ray.

Setelah Ray membuat segar badannya, Ray pergi menuju tempat tidurnya, ia membaringkan badannya yang sejak pagi sudah bekerja keras.

Ray membaringkan badan dan menatap ke langit-langit kamarnya, Ray tiba-tiba teringat kejadian tadi ketika bersama Amara.

"Ray kenapa kamu kasar sekali pada Amara! Dia baru mengenalmu tapi kenapa kamu sangat kasar padanya. Brengsek kamu Ray! Cowok macam apa kamu!"

Ray terus bergumam sembari mengata-ngatai dirinya sendiri. Itu karena Ray merasa bersalah karena terlalu kasar pada Amara. Padahal mereka baru saling mengenal.

"Tunggu, kenapa aku menjadi seseorang yang Tsundere seperti ini? Diam-diam aku mulai menyukainya tapi ketika aku dihadapannya, aku membencinya. Aku berpura-pura tidak suka padanya. Argh!"

"Ray kamu masih milik Bella ingat itu, kamu melakukan itu pada Amara karena perilaku dia sangat mirip dengan Bella, Ya. Aku melakukan itu karena dia seperti Bella. Aku harus mengurungnya agar dia tak melakukan hal aneh lagi seperti bunuh diri, karena dia Bella bukan Amara. Ya benar dia Bella."

Ucapan Ray sudah kesana kemari, Ray mengurung Amara, hanya karena perilaku Amara sangat mirip dengan Bella dalam fantasinya, Ray sudah mulai kehilangan akal. Bahkan Ray sudah melihat diri Bella di diri orang lain.

Tiba-tiba Ray mengambil sebuah obat psikiatri disamping tempat tidurnya, lalu Ray meminumnya. Ray pun memejamkan matanya sebentar dan membuka matanya kembali setelah beberapa menit.

Ray mulai melihat hal-hal yang membuatnya bahagia di langit-langit kamarnya. Ya, Ray sedang berkhayal, obat itu membuat Ray berkhayal.

Ray sudah menggunakan obat itu selama satu minggu setelah kepergian Bella. Ray meminum obat psikiatri karena Ray sangat sulit tidur, Ray terus menerus membayangkan Bella, Ray masih tak bisa menerima jika kekasihnya harus pergi secepat itu meninggalkannya.

Sejak saat itulah Ray mulai banyak berubah sekarang. Ray menjadi sedikit kasar dan sensitif pada dirinya dan juga pada orang-orang disekitarnya.

Malam pun berlalu dengan cepat, sinar mentari pagi mulai masuk perlahan kedalam kamar Ray melalui celah-celah jendela kamarnya. Embun pagi berbau harum membangunkan Ray dari tidurnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!