NovelToon NovelToon

Fallin Flower

CHAPTER 1

...RAY DARIO...

Hujan mulai turun semua orang yang tengah tabur bunga mulai meninggalkan area pemakaman. Kecuali satu orang, dia bernama Ray Dario. Walaupun hujan sudah mulai turun dengan derasnya tetapi tak menghentikan hatinya untuk tetap berada didekat nisan sang kekasih.

Hari ini adalah hari pemakaman kekasihnya yang bernama Bella, Bella meninggal karena bunuh diri. Bella ditemukan didalam kamarnya oleh Ray dalam keadaan mulut yang berbusa dan obat penenang yang berceceran dikamarnya. Setelah diselidiki Bella bunuh diri dengan meminum obat penenang yang melebihi dosis.

Sebelum Bella bunuh diri, Bella meninggalkan sebuah surat disamping badannya. Dalam surat itu tertulis bahwa Bella sudah sangat lelah dengan keadaanya sekarang, dan diam-diam Bella memiliki depresi, ia sembunyikan itu selama 3 tahun lebih. Bella menyembunyikan depresinya dari semua orang termasuk keluarganya dan juga Ray kekasihnya. Bella juga menuliskan pesan terakhirnya pada Ray agar dia bisa menemukan kekasih yang lebih baik darinya.

"Ray, ayo pulang. Hujan sudah sangat deras dan perkiraan hari ini akan ada badai. Besok kamu bisa kembali lagi kesini." Ucap Gerry pada Ray sembari memberikan satu payung hitam padanya.

Gerry adalah Sahabat Ray sejak kecil, bahkan saking dekatnya mereka, mereka membeli rumah mewah yang saling berdekatan agar mereka tetap bersahabat sampai mereka tua.

Ray mengambil payung hitam yang diberikan Gerry dan meninggalkan area pemakaman. Mereka berdua berjalan menuju mobil Ray, Gerry duduk bersampingan dengan Ray dikursi belakang mobil yang dikendarai oleh supir Ray.

Selama perjalanan Ray terus terdiam sembari menghadap ke arah luar jendela. Gerry tahu pasti Ray sangat hancur karena cinta pertamanya yang sudah bersamanya hampir selama 7 tahun lebih, meninggal tak wajar karena bunuh diri.

Mereka berdua tiba dirumah Ray, ketika mereka tiba dirumah Ray, Ray langsung disambut oleh Ayah dan Ibunya.

Ray terkejut melihat kedua orang tuanya datang kerumahnya, Ray pun langsung memeluk ibunya dan menangis di bahunya.

"Hai om apa kabar, Oh iya sejak kapan kalian tiba?" tanya Gerry pada Ayah Ray yang bernama Dario.

"Baik, baru saja kami tiba, tadinya kami akan menuju pemakaman tapi hujan turun dengan derasnya." jawab ayah Ray.

"Tak masalah om, Baiklah kalo begitu. Om, Tante aku pulang dulu, Ray tenangkan dirimu dan aku akan kembali besok."

"Iya Gerry, terima kasih." jawab Ray sembari melepaskan pelukannya dari ibunya.

Tak lama Badai pun datang hujan deras disertai dengan angin kencang membuat semua yang ada diluar rumah Ray dan Gerry berantakan tertiup angin.

1 minggu sudah berlalu dan kepergian Bella masih terlintas dalam pikiran Ray. Bahkan Ray sering sekali melamun akhir-akhir ini.

Hari ini adalah hari senin Ray sudah memulai kembali aktifitasnya sebagai pemilik perusahaan property Dario grup. Ini adalah tahun ke empat dia memegang perusahan property Dario grup yang ia bangun sendiri. Dan sekarang diusianya yang ke 25tahun Ray mulai sangat sibuk dengan perusahaannya itu.

Hingga dirinya jarang sekali menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri.

Drrrrttt...

Handphone Ray yang disimpan di dashboard mobil berdering nyaring, Ray dengan cepat mengangkat panggilan itu dan menepikan mobilnya didekat sebuah taman. Ketika Ray tengah fokus berbicara dengan klien-nya seorang wanita mengetuk-ngetuk pintu kaca mobilnya.

Tok! Tok! Tok!

Ray pun menutup telepon-nya dan merespon wanita yang sedari tadi mengentuk-ngetuk kaca mobilnya.

Ketika Ray membuka jendela mobil, Ray melihat wanita itu membawa berbagai macam bunga.

"Ada apa? Kenapa kamu terus..."

Belum selesai Ray berbicara wanita itu memotong pertanyaan Ray dan menawarkan bunga-bunga miliknya.

"Hai... Aku ingin menawarkan bunga-bunga ini, lihat semua bunga ini sangat cantik. Aku memetiknya sendiri dari taman dirumahku, apa anda ingin membelinya."

Wanita itu adalah seorang penjual bunga, dia berpenampilan layaknya seperti seorang putri bunga, karena rambut-nya yang terurai panjang diikat separuh dengan bentuk Braided Rose dan diriasi dengan bunga-bunga berwarna kuning disekelilingnya.

Wanita itu terus tersenyum riang gembira sembari menawarkan bunga-bunga indahnya pada Ray. Namun Ray sama sekali tak memberikan raut wajah yang baik pada wanita penjual bunga itu.

"Hello... Bagaimana, apa kamu tertarik membeli bungaku ini?" tanya wanita penjual bunga itu lagi kepada Ray.

"Tidak. Aku tidak suka bunga." Ray menjawabnya dengan cetus, namun wanita penjual bunga itu terus saja menawarkan bunga-bunganya.

"Jika kamu tidak suka bunga ini, berikan saja bunga ini pada kekasihmu, wanita sangat suka bunga, ini. Ambilah aku pilihkan bunga mawar putih ini untukkmu dan berikanlah pada kekasihmu pasti dia sangat suka."

Ketika wanita penjual bunga itu memberikan beberapa tangkai mawar putih pada Ray. Ray tiba-tiba menyingkirkannya dengan begitu keras, sehingga kelopak dari bunga-bunga cantik itu terlepas dari tangkainya dan berceceran dipinggir jalan.

Ray marah karena wanita penjual bunga itu berkata "berikan bunganya pada kekasihmu" dan pada saat itu Ray masih berduka karena kepergian Bella, sehingga Ray mudah tersinggung dengan ucapannya.

Ray pun pergi begitu saja meninggalkan wanita penjual bunga tanpa meminta maaf. Sedangkan wanita penjual bunga itu mulai menunjukan wajah sedihnya dan mengumpulkan kembali kelopak bunga yang sudah terlepas dari tangkainnya yang berserakan diarea jalan.

Ketika wanita panjual bunga tengah mengumpulkan kelopak bunga mawar putih yang berceceran dijalan, sebuah mobil Lamb*rghini berwarna merah berhenti didepannya.

Pemilik mobil mewah berwarna merah itu pun tiba-tiba keluar dan menghampiri sang wanita penjual bunga. Pemilik mobil itu seorang pria yang tak lain adalah Gerry, dengan jaket kulitnya yang berwarna hitam Gerry menghampirinya.

"Amara, apa yang terjadi? Kenapa bunga ini berceceran dijalan." sahut Gerry sembari membantu wanita penjual bunga mengambil bunga-bunganya yang berceceran.

Tampaknya Gerry sudah mengenal Wanita penjual bunga itu, karena Gerry memanggil wanita penjual bunga itu dengan namanya.

"Gerry terima kasih sudah membantuku."

"Amara ada apa? Apa kamu terjatuh sehingga semua bunga kamu rusak dan berceceran seperti ini?"

"Tidak Gerry, hanya saja seorang pria menjatuhkannya, dia tiba-tiba marah padaku karena aku menawarkan bunga padanya."

"Baiklah, lain kali hati-hati, Amara aku pergi dulu."

Gerry pun pergi meninggalkan wanita penjual bunga yang bernama Amara itu, karena Gerry harus segera sampai keperusahaan milik Ray untuk bekerja dengan Ray.

****

Tepat pukul sembilan pagi Ray dan Gerry sudah ada digedung perusahaan property Dario.

"Hai Ray, sepertinya aku terlambat 10 menit, ada masalah sedikit dijalan tadi, jangan potong gajihku ya." ucap Gerry sembari masuk kedalam ruang kerja Ray.

"Masalah, masalah apa?"

"Sebenarnya hanya masalah kecil, walaupun itu masalah kecil tapi rasanya aku ingin sekali marah, pada orang yang membuat bunga mawar Amara berceceran dijalan."

Seketika Ray terdiam dan membulatkan matanya.

"B-bunga? Bunga mawar putih?"

"Iya Ray, dia seorang penjual bunga didekat taman, taman yang akan menuju kantor kita ini. Tunggu, kenapa kamu bisa tahu itu bunga mawar putih Ray, apa kamu orang yang membuat bunga Amara rusak dan berceceran dijalan?"

Walaupun wajah Ray terlihat sedikit gugup, Ray tetap jujur dan menjawab pertanyaan Gerry dengan santai, seperti seorang yang tak bersalah.

"Ya. Aku yang melakukannya, aku membuat bunga mawar putih itu rusak dan berceceran dijalanan."

Gerry pun memperlihatkan wajah marahnya pada Ray.

"Ya ampun Ray. Kenapa kamu melakukan itu padanya? Kamu tidak tahu dia hidup hanya mengandalkan bunga-bunga itu. Hanya dengan menjual bunga itu dia bisa makan untuk dirinya sendiri atau bahkan untuk keluarganya juga."

"Tapi dia menyinggung perasaanku Gerr!"

"Perasaan, perasaan apa?"

"Dia berkata padaku beli bunganya dan berikan pada kekasihku. Dan saat itu aku langsung marah, kamu tahu kan, Bella sudah tiada. Itu sangat menyinggung perasaanku."

Gerry pun menghela nafasnya dan tak bisa berkata-kata lagi, Gerry merasa jika Ray tak dewasa. Gerry juga tak bisa lagi melontarkan pertanyaan padanya, karena takut Ray akan tersinggung lagi jika berkaitan dengan Bella.

"Bagaimana kamu bisa tahu wanita penjual bunga itu Gerry?"

"Aku mengenal Amara sejak tahu kabar Bella meninggal darimu, dan saat itu posisiku sedang berada dijalan, dan tak sengaja aku berhenti ditaman dan bertemu dengan Amara. Lalu aku membeli semua bunganya dan menaburkan bunga itu tepat dihari pemakaman Bella. Sejak saat itulah aku mengenalnya."

Ray pun terdiam dan tak berbicara lagi, Ray langsung melanjutkan pekerjaan-nya.

CHAPTER 2

...AMARA ZOE / LALUNA...

Malam ini tepatnya pukul sepuluh malam Ray dan Gerry baru selesai dengan pekerjaan mereka.

"Akhirnya pekerjaan kita selesai juga, bagaimana kalo kita pergi ke DSC Ray?"

"DSC... Baiklah ayo kita pergi kesana lagi pula sudah lama aku tak pergi kesana."

DSC adalah singkatan dari Dario Secret Club, Ray dan Gerry adalah pemilik dari DSC sekarang. sebelum Ray mempunyai perusahaan property sebesar sekarang, dulu Ray bekerja paruh waktu di DSC bersama dengan Gerry sebagai pelayan pengantar minuman. Dan sebelumnya club itu bukan bernama DSC melainkan Charmer club, namun setelah Ray membelinya.

Ray mengganti nama club itu menjadi DSC.

Lalu Ray memberikan tugas pada Gerry untuk memegang DSC.

Mereka berdua pergi menuju DSC dengan mobil yang berbeda, Ray menggunakan mobil

Mewah berwarna hitam kesayangannya sedangkan Gerry menggunakan mobil lamb*rghini merahnya.

Namun hal aneh terjadi, seharusnya mereka berdua datang kesebuah club. Tapi mereka berdua malah menuju ke sebuah Restoran.

Mereka memarkirkan mobilnya didalam area parkiran bawah tanah.

"Cepat aku sangat haus Gerry!" sahut Ray pada Gerry yang masih memarkirkan mobilnya.

Setelah memarkirkan mobil, mereka berdua  masuk kedalam Restoran itu dan bukannya duduk lalu memesan makanan, mereka berdua malah masuk kedalam dapur restoran  dengan disambut oleh semua pekerja yang ada didapur restoran itu.

Ray dan Gerry pun langsung berjalan  memasuki sebuah pintu didapur restoran yang tertuju langsung kedalam sebuah ruangan bawah tanah.

Ya, ruangan bawah tanah itu adalah DSC milik Ray. Itulah kenapa Ray memberi nama Club-nya dengan nama Dario secret club, karena club milikknya berada didalam sebuah ruang bawah tanah, Seperti sebuah ruang rahasia.

Ray sengaja mengubah bagian depan club-nya menjadi sebuah restoran dan membuat clubnya berada didalam ruang bawah tanah dibalik restoran itu.

Dan yang datang ke clubnya pun bukan orang-orang biasa melainkan para Ceo pemilik perusahaan-perusahaan besar dan juga orang-orang kaya.

Di DSC semua orang melakukan apa yang mereka mau kecuali hal-hal yang berbau s**, disana para pengunjung DSC hanya bisa minum dan bermain MMA ilegal atau bahkan taruhan MMA, untuk menghilangkan rasa stres mereka setelah bekerja keras seharian. Ya, walapun begitu tetap saja DSC itu tempat yang penuh dengan hal maksiat yang tak pantas dikunjungi.

"Wow Ray, lama tak bertemu denganmu. Aku turut berduka cita atas kepergian Bella." ucap seorang pria yang ber-propesi sebagai pembuat minuman diclub DSC.

"Ya hugo terima kasih, Hugo tolong berikan aku satu gelas whiskey." pinta Ray kepada Hugo seorang pria yang berpropesi sebagai pembuat minuman.

"Apa, Whiskey? Engga Ray kamu ga boleh minum itu, minum yang lain saja. Hugo berikan Ray satu gelas kecil alkohol saja, Ray ga bisa minum banyak." timpal Gerry melarang Ray meminum Whiskey.

"Baiklah." jawab Hugo sembari membuatkan minuman untuk Ray dan Gerry.

Ketika mereka berdua tengah asik minum tiba-tiba Hugo bertanya pada Gerry dan Ray bahwa DSC ini membutuhkan lagi seorang pekerja untuk mengantar minuman kepada pelanggan.

"Gerry pelanggan yang datang ke DSC dari kalangan orang-orang besar semakin meningkat setiap malamnya. Dan kita kewalahan, sepertinya kita harus mencari pekerja lagi yang mau mengantar minuman."

ucap Hugo kepada Gerry.

"Benarkah, kalo begitu besok aku akan carikan pekerja yang mau kerja disini." jawab Gerry.

Ketika Gerry dan Hugo asik mengobrol soal pekerja baru untuk DSC, tiba-tiba Ray memikirkan sebuah rencana dalam kepalanya. Terlihat raut wajahnya seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Gerry, suruh saja wanita si penjual bunga itu bekerja disini."

"Apa! maksud kamu Amara Ray?"

"Ya, dia."

"Engga Ray, dia tak pantas ada disini, ini bukan tempat yang baik untuk dia."

"Kenapa sampai segitunya kamu tak ingin si wanita penjual bunga itu bekerja disini, memangnya kamu siapanya dia Ger?"

"Pokoknya Ray, sampai kapanpun jangan sampai Amara kerja ditempat seperti ini."

****

Pagi itu tepat pukul 9 Ray pergi berangkat ke kantor untuk bekerja, dengan stelan jas berwarna biru gelap dan bercorak kotak-kotak.

Ray tiba-tiba menghentikan mobilnya didekat sebuah taman yang tak jauh dari kantornya. Yang tak lain taman itu adalah, taman tempat Amara berjualan bunga.

Ray menepikan mobilnya dan berjalan ke arah taman itu, Ray berjalan begitu gagahnya dengan wajah tampan dan dingin-nya yang mempesona. Entah niatan apa yang membawanya ketaman itu.

Ray terus mengedarkan pandangannya kesetiap sudut taman itu, dan sepertinya Ray sedang mencari seseorang. "Dimana wanita penjual bunga itu?" gumamnya.

Ternyata Ray datang ke taman itu untuk mencari Amara sang wanita penjual bunga.

Ray pun bertanya kepada beberapa orang yang ada disana.

"Permisi, apa kalian melihat wanita penjual bunga disini?" tanya Ray pada beberapa anak muda yang sedang duduk ditaman.

"Oh maksudnya kak Amara, dia belum datang, dan sepertinya kak Amara masih dirumahnya."

jawab salah satu anak muda itu.

"Bisakah kamu mengantarku menuju rumahnya?"

"Boleh, aku akan mengantarmu, rumahnya tak begitu jauh dari sini."

Ray meminta salah satu anak muda yang ada disana mengantarnya menuju rumah Amara. Entah kenapa Ray tiba-tiba ingin mengunjunginya.

Setelah berjalan kaki yang menghabiskan waktu 10 menit. Ray pun akhirnya tiba dirumah Amara sang wanita penjual bunga.

"Ini, ini rumahnya kak, jangan heran ya kalo dirumah kak Amara sangat wangi. Karena kak Amara mempunyai banyak bunga dirumahnya."

"Baiklah, terima kasih."

Anak muda itu meninggalkan Ray setelah memberitahu Ray rumah sang wanita penjual bunga bernama Amara itu.

Ray pun mendekati rumah Amara yang sederhana namun dikelilingi banyak sekali bunga-bunga yang wangi nan Indah seperti taman bunga.

Tok! Tok! Tok!

Ray mengetuk pintu rumah Amara dengan raut wajah yang terlihat sedikit gugup.

Dan tak lama Amara keluar dari rumahnya, seketika Amara pun terkejut melihat Ray lagi.

Namun Ray terlihat lebih terkejut karena melihat penampilan Amara yang sangat cantik walapun Amara masih menggunakan piyama berwarna merah merona dengan dengan rambutnya yang di ikat oleh rangkaian bunga mawar merah.

Setelah mereka berdua sama-sama bertatapan karena saling terkejut, Ray pun langsung merubah raut wajahnya lagi menjadi pria dingin dan cuek dihadapan Amara.

"K-kamu orang yang kemarin kan?"

"Ya, kenalkan namaku Ray. Aku datang kesini untuk mengganti rugi bungamu yang rusak."

"Ohh... tak perlu. Tak masalah, Aku sudah memafkanmu."

"Tetap saja aku harus mengganti rugi. Sebagai gantinya aku akan mepekerjakanmu ditempatku."

"M-mempekerjakanku?"

"Ya, aku ingin mempekerjakanmu ditempatku sebagai ganti ruginya."

Ketika Ray bilang pada Amara untuk mempekerjakannya ditempatnya. Seketika Amara tersenyum kecil.

"T-tapi pekerjaan apa?" Tanya Amara.

"Aku akan mempekerjanmu di restoranku, apa kamu mau? Jika mau nanti malam kamu sudah bisa mulai bekerja."

Tawaran Ray membuat Amara tersenyum bahagia. Karena Amara memang sangat membutuhkan pekerjaan, karena menjual bunga saja tak cukup untuk sehari-harinya.

"Baiklah, aku mau." Amara pun menerima tawaran Ray.

"Tunggu, Apakah kamu disini tinggal sendirian Amara?"

"Ya, aku tinggal sendirian, Aku yatim piatu."

"Oh. Maafkan aku karena bertanya soal itu. Baiklah nanti malam aku akan kembali menjemputmu. Dan ini kartu namaku agar kamu percaya bahwa aku seorang pemilik perusahaan Dario dan juga sebuah Reatoran Dario."

Setelah Ray memberikan kartu namanya pada Amara, Ray langsung pergi meninggalkannya. Sedangkan Amara dia tersenyum sumringah sembari menatap Ray yang mulai menjauh.

"Ternyata dia sangat baik, tapi kenapa saat itu dia membuang bungaku? Apa karena dia Alergi bunga. Ah sudahlah aku tak peduli, yang penting sekarang aku akan mendapatkan pekerjaan. Yeah!"

Amara masuk kedalam rumahnya dengan begitu bahagianya karena nanti malam dia mulai bekerja disebuah restoran.

CHAPTER 3

...NED DARIO...

...(NED DARIO & RAY DARIO)...

Malam pun tiba Ray sudah siap untuk menjemput Amara, Ray membawa mobilnya hingga kedepan rumah Amara. Dan terlihat Amara sudah siap didepan rumahnya.

Seperti biasa, Amara selalu tersenyum dengan baju yang dikenakannya terlihat sederhana namun anggun.

Ray pun keluar dari mobilnya dan menghampiri Amara.

"Apa kamu sudah siap, Amara." Tanya Ray dan untuk pertama kalinya Ray memanggil Amara dengan namanya.

"I-iya, aku siap Ray." Jawab Amara gugup.

Ray pun berjalan duluan dan membukakan pintu mobil untuk Amara. Lalu Amara duduk disamping kursi kemudi dan tak lupa Ray memasangkan sabuk pengaman kepada Amara. Ketika Ray memasangkannya Ray sangat tergoda dengan aroma tubuh Amara yang sangat wangi bunga. Dan keadaan mulai canggung saat itu.

Akhirnya Ray membawa Amara pergi menuju restoran yang ia tawarkan kepada Amara untuk bekerja disana. Ketika diperjalanan suasana sangat canggung tak ada satu pun dari mereka berdua yang ingin memulai pembicaraan.

Hampir 20 menit diperjalanan akhirnya mereka tiba direstoran Ray. Yang tak lain adalah restoran yang dibawahnya terdapat sebuah club rahasia Dario.

"Ayo ikuti aku, aku akan mengantarmu masuk kedalam restoran." Ajak Ray pada Amara.

Amara pun berjalan disamping Ray dan memasuki restorannya, walaupun sudah malam tapi masih ada saja beberapa pelanggan yang sedang makan direstoran itu, namun ketika Amara melihat pelanggan restoran itu. Amara sangat heran karena rata-rata yang makan direstoran itu terlihat seperti orang-orang kaya. Mereka semua menggunakan jas dan gaun yang sangat formal.

"Pertama aku akan perkenalkan kamu kepada semua pekerja disini. Oh iya kamu tak masalahkan menjadi seorang pengantar makanan saja direstoran ini?" Tanya Ray pada Amara didepan sebuah lobi restoran.

"I-iya tak masalah, yang penting aku bisa mendapatkan pekerjaan." Jawab Amara sedikit gugup.

"Baiklah ayo ikut denganku."

Lalu Ray tiba-tiba membawa Amara menuju pintu yang langsung masuk ke arah DSC. Ketika Ray membawa Amara menuju DSC Amara sedikit curiga dan ketakutan.

"T-tunggu kita akan pergi kemana Ray?"

"DSC."

"DSC, Apa itu?"

Tiba-tiba Ray berubah menjadi seorang pira yang lebih cuek dan dingin. Setelah lift berhenti diruang bawah tanah, lift itu terbuka dan barulah Amara bisa melihat bahwa DSC itu adalah sebuah club.

Amara pun mulai ketakutan karena disana banyak sekali orang-orang yang sedang mabuk bermain MMA dan bahkan ada yang sedang dilayani oleh wanita. Yap para pria berjas itu mereka sedang dilayani oleh para perempuan club, namun tidak melakukan hal yang lebih dari itu.

Amara pun ketakutan dan mencoba kembali ke lift untuk melarikan diri. Namun tangan-nya dipegang erat oleh Ray.

"Kamu mau kemana Amara? Disini kamu akan bekerja, cepat ikut aku dan jangan banyak bicara." Ucap Ray sembari berbisik pada Amara dan memegang erat tangannya.

Ray pun membawa Amara kedepan meja Bar dan mengenalkannya pada Hugo. Sedangkan Amara terus menundukan pandangannya.

"Ray, Siapa wanita ini?" Tanya Hugo.

"Hugo, kamu sedang mencari pelayan pengantar minuman kan? Ini, dia akan bekerja disini mulai sekarang. Ingat dia hanya bekerja sebagai pelayan pengantar minuman, Jangan sampai orang-orang disini menyentuhnya, Aku perintahkan itu padamu Hugo. Oh iya berikan kunci kamar pribadi yang aku titipkan padamu Hugo."

"Ini Ray kuncinya." Hugo memberikan sebuah kunci pada Ray.

Lalu Ray pun membawa Amara menuju sebuah ruangan lagi dengan menaiki lift yang berbeda menuju ruangan atas yang tak lain adalah ruang pribadi dan juga kamar pribadi milik Ray yang telah ia rancang seindah mungkin.

"Cepat masuk, kamu akan tinggal disini selama kamu bekerja di DSC." Ucap Ray sembari mendorong Amara masuk ke ruangan pribadinya.

Ruangan Ray tepat berada dilantai paling atas, bahkan disana langsung terlihat pemandangan malam kota.

"Tidak! Aku tidak mau bekerja disini Ray. Aku ingin kembali menjadi seorang penjual bunga saja. Aku mohon aku ingin kembali kerumaku." Pinta Amara sembari berlutut dihadapan Ray.

Ketika Amara berlutut pada Ray, Ray langsung marah lalu ia memegang kedua bahu Amara dan menyuruhnya berdiri.

"Kenapa kamu sangat lemah, kenapa kamu berlutut dihadapanku? Aku tak suka melihat orang berlutut dihadapanku! Aku sama sepertimu Amara, Aku hanyalah manusia biasa. Dan kamu tak pantas berlutut didepanku." Jelas Ray dihadapan wajah Amara.

Amara pun menundukan wajahnya.

"Kenapa kamu berbohong padaku Ray? Aku tak ingin bekerja di club, aku tak ingin melayani pria-pria bejad itu, kenapa kamu berbohong padaku?" Amara pun meneteskan air matanya.

Ray melepaskan tangannya dari kedua bahu Amara, dan meninggalkan Amara diruangan pribadinya sendirian. Bahkan Ray mengunci pintunya dari luar agar Amara tak keluar.

Amara menangis dan terus mengetuk-ngetuk pintunya agar Ray mau membukanya dan melepaskannya.

"Ray! Ray! Tolong lepaskan aku!" Teriak Amara didepan pintu itu.

Ray pun dengan sifat dingin-nya tiba-tiba menghampiri Hugo lagi

"Hugo ingat, aku titip Amara disini, jangan sampai siapapun menyentuhnya. Oh iya jangan beritahu Gerry juga soal ini. Jika Gerry datang kesini aku ingin kamu segera membawa Amara masuk ke ruang pribadiku. Dan beritahu juga pada kedua pengawal penjaga pintu itu agar Amara tak kabur dari tempat ini."

"Baiklah Ray."

"Baiklah, aku akan segera kembali aku harus membelikan dia banyak pakaian dan juga makanan."

Entah apa yang membuat Ray mengurung Amara, walaupun Ray mencoba mengurung Amara. Namun Ray tetap berniat mau membelikan Amara segala kebutuhannya.

Ray pun pergi ke sebuah Mall malam itu. Ketika diperjalanan Ray tiba-tiba teringat pada Bella.

"Bella, maafkan aku. Setiap kali aku melihat matanya dan sifatnya yang polos itu membuatku jatuh cinta pada Amara. Setiap kali aku melihat Amara, aku seperti sedang melihatmu Bella."

Ray sedikit meneteskan air matanya setelah mengatakan hal itu. Ketika Ray melihat Amara Ray merasa Amara itu seperti Bella kekasihnya.

"Aku akan memperlakukannya dengan sangat baik sama seperti aku memperlakukanmu dengan baik Bella." Gumam Ray.

Ray tiba di Mall, lalu Ray membeli banyak sekali baju dan semua kebutuhan untuk perempuan, seperti make up, pakaian dan beberapa perhiasan cantik yang terbuat dari perak.

Ketika Ray melihat-lihat Mall, Ray menemukan satu benda yang menarik perhatiannya benda itu sebuah music box pengantar tidur berwarna ungu, dengan gambar galaksi dan sepasang kekasih yang sedang menari di dalam-nya, dan Ray pun membelinya. Setelah Ray membeli banyak kebutuhan untuk Amara, Ray kembali ke DSC.

Setibanya Ray di DSC Ray meminta kepada pekerja restoran untuk selalu menyiapkan makanan 3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan malam dan memberikan makanan itu pada Hugo.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!