Stuck On You
Pagi itu seorang gadis yang rupawan, dengan mata sembap dan tampak lingkaran hitam dibawah kelopak matanya. Mengendarai sebuah sepeda motor menuju ke kampus ternama di kotanya.
Memakai celana miss hoty hightweist berwarna cokelat muda dipadukan dengan kemeja warna putih yang digulung sampai siku. Rambut hitamnya dibiarkan tertiup angin dan ditutupi helm bagian kepalanya. Pinggangnya ramping dan memiliki tubuh body goals, bentuk tubuh yang diidamkan-idamkan oleh kaum hawa masa kini.
"Sepertinya malam kemarin turut merasakan kesedihanku," ucap Yuni ketika mengamati jalanan yang basah dan tampak beberapa genangan air di beberapa tempat sepanjang jalan itu.
"Ahhhh.. hey nyetir yang benar dong pakaian gue jadi kotor nih..." Teriak Yuni pada pemilik mobil yang sudah melaju jauh dari posisinya. Yuni memarkirkan motornya, dikeluarkannya tisu dari tas tote bagnya berusaha membersihkan dan mengeringkan baju serta celananya.
Ketika melewati sebuah gang Yuni harus mengalami nasib sial terciprat air ketika dirinya berusaha menghindari genangan air hujan. Betapa tidak disesalinya tatkala hari ini adalah mata kuliah dosen killer sejurusan Teknik Komputer dan dirinya harus terlambat 15 menit untuk pulang ke apartemennya untuk berganti pakaian. Sambil mengumpat pemilik mobil Yuni dengan cepat berganti pakaian dan mengendarai motornya kembali menuju ke kampus. Dirinya bersyukur karena tidak ada kemacetan dan terbebas dari beberapa tempat lampu merah.
Sesampainya di kampus Yuni memarkirkan motornya di tempat parkir kemudian berlari menuju ruangan kuliahnya di lantai lima. Ketika hendak menuju ke arah lift, namun lift tersebut sedang dalam perbaikan.
"Ah sial!" Yuni memutuskan untuk berjalan lewat tangga.
Menaiki tangga tanpa berhenti berlari, sekali-kali mengambil napas kemudian berlari menaiki tangga lagi. Keringat mulai mengucur deras di balik kemeja maroonnya. Diambilnya tisu dan menghapus keringat di wajahnya tanpa berhenti berlari. Merasa sudah tidak sanggup lagi Yuni berhenti dan mengambil minuman dari dalam tas kemudian meminumnya. Dilihatnya jam ditangannya sambil berharap agar jarum jam berhenti berputar. Dalam hatinya berharap semoga dosennya terlambat 15 menit juga. Berharap dewi fortuna berada dipihaknya hari ini. Dengan sedikit berlari dan sambil memaki pemilik mobil yang mnyebabkan kesialannya hari ini, Yuni mengambil ponsel untuk menelepon sahabat sebangkunya.
“Halo, Ty. Sudah mulai kuliahnya? Pa sudah masuk atau belum?” tanya Yuni terengah-engah dengan nada khawatir.
“Halo, Yun. Lo lagi dimana? Mampos deh, Yun. Sekarang ada kuis mendadak dan sudah berlangsung 5 menit," jawab Aty sambil berbisik pelan.
“Mampus gue. Masih di lantai empat ni, Ty. Si goblin di ruangannya atau di kelas?” tanya Yuni ngos-ngosan.
Goblin adalah panggilan bagi dosen killer yang telah diciptakan dari mulut Yuni dan Aty atas ke-killer-an yang mereka dapat dari dosennya.
“Ada di ruangannya, Yun.. cepetan sebelum kena semprot dari si goblin,” jawab Aty sambil waspada ke pintu masuk takutnya dosen berdiri di sana dan memperhatikan mahasiswanya.
Richardo Johan nama dosen yang seketika dianggap menakutkan bagi mahasiswa sejurusan Teknik Komputer. Bagaimana tidak, dirinya sangatlah ketat dan disiplin. Tidak segan-segan di DO-kan mahasiswa yang menentangnya. Sudah banyak mahasiswa teknik komputer yang sudah di DO-kan sejak dirinya mulai mengajar di kampus Yuni setahun silam. Merupakan tamatan MIT (Massachusetts Institute of Technology) Cambridge, USA itu membuat dirinya begitu antusias terhadap perkembangan anak didiknya. Saking antusiasnya segudang aturan diterbitkannya tanpa memikirkan penerimaan dari mahasiswanya.
Dosen dengan tinggi 185 cm, paras rupawan yang mirip pemeran utama dalam drama Korea, tidak sedikit penggemar yang ingin melihat dan memuja wajah tampannya. Dan tentunya bukan mahasiswi jurusan Teknik Komputer, tapi dari mahasiswi jurusan lain di kampus tersebut. Bagi mahasiswi Kompuer ketampanannya adalah luka. Bagaimana tidak, ketampanannya tidak selaras dengan sikapnya yang killer. Tidak hanya killer tapi juga terkesan dingin dan mendapat banyak julukan dari mahasiswanya. Goblin, killer, ice boy dan masih banyak lagi.
Sambil mengendap-endap memasuki ruangan berharap tidak ketahuan, Yuni melirik ke kiri dan ke kanan mencari keberadaan dosennya. Mahasiswa yang lagi mengerjakan kuis hanya melihatnya sekilas kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya.
“Yes, berhasil.” Yuni tersenyum lega sambil berjalan santai ke mejanya di samping sahabatnya Aty.
“Yunita Andita Anindya!”
Srrrrrrrrrr...
Seketika langit bagaikan runtuh untuk Yuni. Menahan napas dan menundukkan kepala. Dengan memasang muka was-was Yuni berbalik sambil tersenyum dan berusaha memberi salam untuk menutupi rasa gugupnya.
“Se..lamat pa..gi, Pak,” sapa Yuni gugup.
“Kamu jam begini baru datang? Kamu lupa aturan kontrak perkuliahan di mata kuliah saya. Tidak ada toleransi silahkan keluar dari kelas saya!” Marah dosen Richard dingin dengan wajah datar sambil membuka laptopnya.
“Maaf, Pak. Tadi ada masalah sedikit di jalan. Saya mohon, Pak.. agar bisa ikut mata kuliah Bapak hari ini.” Yuni berusaha memberikan penjelasan sambil meremas tangannya karena gugup.
“Kamu tuli atau tidak mengerti kata keluar. Atau kamu mau saya DO-kan kamu sekarang?” kata Richard ketus sambil menatap ke arah Yuni.
Blrrrrr..
Yuni pun mati kutu dengan kalimat yang di dengarnya barusan. Kalimat keramat yang sangat ditakutinya.
“Iya, Pak. Saya lebih memlih keluar dari pada di DO. Permisi Pak,” jawab Yuni kemudian melangkah keluar meninggalkan kelas diiringi tatapan dosen Richard yang menatap lekat ke arahnya.
Nasib sial yang di alami Yuni sejak kemarin malam seolah-olah membuat dadanya meledak karena menahan pedih. Mendapatkan umpatan dari kekasihnya, terciprat air ketika perjalanannya ke kampus dan di usir dari ruangan kelas karena terlambat.
Dengan langkah gontai Yuni lebih memilih menghabiskan jam pertama kuliahnya di perpustakaan.
"Welcome kesedihan. Betah banget di hidup gue. Kapan lo minggat?" tanya Yuni meratapi nasibnya ketika memasuki ruangan perpustakaan.
Sambil mengamati buku yang akan dipilihnya di rak perpustakaan dan mencoba membaca untuk mengalihkan pikiran dari kesedihannya. Namun dalam pikirannya masih terngiang kata-kata yang di lontarkan oleh kekasihnya. Yuni tidak menyangka akan mendengar kata yang begitu kasar dari kekasih yang sudah bersamanya sejak dua tahun silam. “Dasar perempuan tidak tahu diri, kerjanya hanya bikin susah saja.” Tanpa sadar air matanya jatuh menetes mengingat dirinya yang juga harus menahan malu dari beberapa pasang mata di tempat itu yang menatapnya iba.
Di minimarket malam itulah Yuni mendapat cacian di depan umum. Dirinya mencoba meredam tangisnya namun air matanya tidak mau berhenti menetes, kala mengingat kalimat DO yang juga membuatnya sedih. Yuni kembali menangis tertahan sambil menggigit bibir agar tidak mengeluarkan suara dan tidak mengganggu pengunjung perpustakaan lainnya. Berulang kali Yuni berusaha menghapus dan menahan air matanya namun air mata tersebut tidak mau berhenti menetes. Berusaha mengangkat kepala melihat langit-langit ruangan tersebut agar dapat menghentikan air matanya namun usahanya tetap sia-sia. Beberapa kertas tisu sudah dipakainya untuk menghapus air mata. Yuni pun kembali menangis tertunduk di atas meja beralaskan buku kemudian tertidur.
Dari sudut lainnya di dalam perpustakaan tersebut sepasang manik hitam sedang menatapnya iba.
🍁🍁🍁
Welcome to my first novel🤗
Perkenalkan Pemeran dalam cerita ini..
Richardo Johan Pratomo
Yuni Andita Anindya
Richard dan Yuni menyambut pembaca tercinta di cerita ini..❤🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
ayumi
aq mampir...next bom like
2020-07-01
1
Li Na
aku mampir dari awal mendukungmu thor
ceritanya bagus
2020-06-29
1
Javier
Teringat guru killer ku d sklah thor
2020-06-28
1