Yuni dan Aty berjalan menuju ke kantin kampus. Sambil membahas tentang tingkah laku dosen killer ponsel Yuni berdering tanda notifikasi masuk.
*_Kom4_*
Pak Richard kasih kesempatan sampai jam 10 malam ini buat yang belum ngikutin Kuis tadi. Pesan di grup kelas Komputer.
"Ty, kok si Goblin kasih kesempatan yah buat kita yang tidak ngikutin kuis tadi?" tanya Yuni dengan tatapan aneh.
"Masa sih, Yun? Salah info mungkin. Mana mungkin Goblin berubah jadi malaikat?" tanya Aty dengan nada tidak percaya.
"Infonya dari keting nih, Ty. Tidak mungkin kalau salah." Yuni menunjukan isi pesan teks tersebut pada Aty.
"Kok bisa? Pastikan lagi deh sama Rangga. Gue ragu sama tu info. Hoaks kali." Aty masih dengan nada kurang percaya.
"Tuh si Rangga and the gang," kata Yuni ketika sudah sampai di kantin.
Yuni dan Aty berjalan ke tempat Rangga berada. Disana juga ada Gio, Viki dan Rizal lagi asik dengan ponselnya masing-masing.
"Halo, Gagiviri," sapa Aty lantang.
" Suara Lo tuh bisa dikecilin volumenya ngga," ucap Viki
"Gagiviri apaan maksud Lo?" tanya Rangga.
"Rangga, Gio, Viki dan Rizal jadi disingkat aja biar ngga capek manggilnya," jawab Aty mengabaikan ucapan Viki.
"Cuma manggil nama orang aja dibilang capek. Gimana mampu mengarungi badai rumah tangga besok-besok," ucap Viki diikuti tawa dari ketiga sahabatnya.
"Ih, beda kali situasinya,Vik," Jawab Aty kesal.
"Sudah, jangan ejek Aty mulu. Oh iya, Ga. Info yang Lo bagikan di grup apakah benar Pak Richard ngasih kesempatan sampai malam nanti?" tanya Yuni sambil mengambil posisi duduk di samping Rizal.
"Benar, Yun. Gue aja kaget sama ucapannya tadi di ruangan," jawab Rangga.
"Ha!?" Ucap Gio, Viki dan Rizal serentak melihat tatapan ke arah Rangga.
"Yang benar aja, Ga. Si Richard nggak apa-apa kan?" tanya Rizal kaget.
"Benar, Zal. Gue aja heran," jawab Rangga
"Si Richard kena kanker otak mungkin jadi berubah baik," ucap Gio.
"Mangkali si killer udah ngga lama lagi akan ninggalin kita," ucap Viki dengan nada sedih yang di buat-buat.
"Apa-apaan sih kalian? Jangan sembarangan kalo ngomong," tutur Aty.
"Mungkin si Goblin udah sadar. Mudah-mudahan bisa baik terus sampai semester berikutnya," kata Yuni semangat.
"Kok bisa yah." Rizal masih kurang percaya.
"Woi, Zal... Bantuin gue dibantai musuh ni. Mana es kepal juga habis lagi. Cepat woi Zal, Viki," ucap Gio yang lupa jika mereka lagi bermain game Free Fire sejak tadi sebelum topik dosen killer mengalihkan mereka.
"Arah mana, Gi?" tanya Rizal kembali pada ponselnya.
"Gue otw Lo nih," ucap Viki setelah berhasil mengalahkan musuh dan membantu Gio.
" Memang yah kalian, lebih hebat nembak musuh daripada nembak cewek," kata Aty sinis karena kaget dengan teriakan serempak cowok bertiga itu.
"Lo tahu darimana kalo kita takut nembak cewek? Atau Lo mau gue buktikan sekarang keberanian kita?" kata Viki sambil tersenyum menggoda.
"Ngga mempan buat gue, Vik," jawab Aty.
" Lagian siapa juga yang mau nembak Lo?" tukas Viki yang diikuti tawa dari sahabatnya.
"Sudah, Vik. Suka sekali godain Aty. Lo mau makan apa, Ty? Gue bakso sama jus jeruk," ungkap Yuni mengalihkan topik pembicaraan, kalau tidak pasti panjang acara goda menggoda ala teman sekelasnya.
"Gue mie ayam sama jus jeruk aja," kata Aty sambil menuju ke bibi kantin penjual di kantin tersebut.
"Ga, tumben ngga gabung main sama yang lain?" tanya Yuni pada Rangga ketik Aty sedang memesan.
"Ngga mood aja, Yun. Oh iya ini kuis yang tadi, Lo ngikutin aja atau mau tambahin lagi jawabannya terserah Lo," kata Rangga sambil menyodorkan beberapa lembaran pada Yuni.
"Makasih ya, Ga. Nanti gue tambahin lagi. Kalau ketahuan plagiat kan gue pasti di tendang dari kampus ini oleh si Goblin," kata Yuni sambil menerima lembaran dari Rangga.
"Btw, mata Lo kelihatan baru abis nangis. Lo ngga apa-apa kan?" tanya Rangga Khawatir.
" Gue ngga apa-apa, Ga. Kelilipan tadi di perpus," jawab Yuni berbohong sambil mengalihkan tatapan ke arah Aty yang sedang memesan makanan.
"Apa karena gara-gara semalam? Kebetulan gue ke minimarket temanin nyokap belanja," kata Rangga dengan tatapan menyelidik.
" Lupakan saja, Ga. Itu situasi yang memalukan seumur hidup gue," jawab Yuni sambil berusaha menahan butiran bening dari matanya.
"Gue nggak tahu tu cowok ngomong apa gue lihat kejadiannya dari dalam mimarket, Yun. Tapi gue lihat Lo seperti dibentak-bentak sama tu cowok. Dia cowok Lo?" tanya Rangga lagi.
"Sudah jadi mantan sejak semalam. Mana mau gue sama laki-laki yang tidak menghargai sama sekali, Ga." Yuni melihat ke arah Aty yang sedang memesan makanan.
"Masih banyak yang mau sama Lo, Yun. Sudah cantik, manis, dewasa tambah baik lagi," ujar Gio yang asik menggerakkan tangan dengan lincah di layar ponselnya.
"Gue masih punya banyak kekurangan juga, Gi. Buktinya gue ngga bisa pertahankan hubungan yang gue jalani," tandas Yuni.
"Itu cowok yang ngga benar otaknya, Yun. Bukan Lo," kata Aty sambil meletakkan pesanan di atas meja.
"Ctrl+Al+Del namanya saja, Yun. Terus upgrade ke kebahagiaan yang baru. Jangan mau bersedih terus," ucap Viki yang masih asik dengan gamenya.
"Sekalian pasang antivirus yang terbaik buat mencegah para pemberi sakit hati," ucap Rizal tidak mau kalah.
"Kalian pikir sahabat gue komputer? Ngaco mulu," kata Aty dengan suara lantangnya.
"Speaker aktif beraksi," kata Viki mengejek.
"Ada-ada aja yah kata penguatan dari kalian para gamers plus anak IT. Tapi makasih yah," kata Yuni sambil tersenyum.
"Sama-sama dewinya Kom4," jawab Gio, Rizal Viki bersamaan.
"Plus anggota vokal grup kampus kita." Rangga sambil tepuk tangan melihat kekompakan ketiga sahabatnya.
"Hehehehe..," Semuanya kompak tertawa sambil menikmati pesanan dan gamenya masing-masing.
🌼🌼🌼
"Permisi, Pak Richard."
"Silahkan masuk," jawab Richard menghentikan gerakan mengetiknya.
"Sibuk mulu..,"
"Della, ngapain kamu disini. Datang tidak telepon dulu. Kakak bisa jemput kamu di bandara, Del?" tanya Richard kembali melanjutkan ketikannya.
"Ih, Kak Richard gimana sih. Aku udah bela-belain datang jauh-jauh ke kampus Kakak loh," kata Della manja.
"Kakak tidak suruh kamu datang," ucap Richard tanpa mengalihkan tatapannya dari laptop.
" Di rumah sepi tanpa Kakak. Papi sama mami ke luar negeri," ujar Della mendekati Richard.
"Ada Pa Maman dan pembantu rumah tangga," ucap Richard dingin.
"Mereka udah pada tua, Kak. Ngga asik diajak ngobrol," jawab Della dengan nada kesal.
"Jadi kamu mau main di kampus? Sana cari teman ngobrol sendiri," ucap Richard sengaja.
"Kakak gimana sih. Della rindu Kak Richard tau. Lagian putra CEO terkaya se-Asia masih aja mau jadi dosen," tutur Della semakin kesal.
"Jangan keras-keras. Status kakak selain papa dan mama, yang tahu hanya kamu dan pembantu di rumah."
"Makanya, Kak. Ayo balik ke Jakarta," ajak Della manja.
"Belum saatnya, Del. Kamu mau makan apa?" tanya Richard mengalihkan. Kerena sudah berulangkali Della memohon padanya untuk pulang ke Jakarta.
"Steak, Kak," jawab Della semangat kalau menyangkut makanan.
"Ayo," ajak Richard.
Kakak beradik itu berjalan menuju tempat parkir. Sikap Richard akan berubah ramah hanya kepada keluarga dan teman dekatnya saja. Richard dulunya merupakan pribadi yang ramah dan murah senyum namun kejadian beberapa tahun silam yang mengubahnya menjadi dingin dan terkesan kejam.
Ketika menuju ke tempat parkir banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka. Ada beberapa mahasiswa yang pura-pura mengalihkan tatapan ke tempat lain karena takut bertatapan langsung dengan pemilik manik hitam pekat tersebut. Ada juga yang saling berbisik karena baru melihat dosennya berjalan dengan seorang wanita.
"Kak, tadi banyak yang takut-takut liat ke kita. Kakak jadi dosen yang kejam yah?" tanya Della ketika sudah sampai di mobil.
"Harus keras sama anak zaman sekarang. Banyak sikap mental enaknya saja," jawab Richard sambil mengendarai mobilnya.
"Tampan-tampan mah galak. Awas Kak nanti banyak yang tidak mau sama Kakak," ucap Della sambil memonyongkan bibirnya.
"Lupa? Ada berapa surat yang pembantu terima dan nomor kakak yang sudah banyak kali diganti?" Richard masih fokus ke jalananan.
"Hehehe iya juga yah. Sampai-sampai kotak surat dihancurkan Kakak tahun lalu," ucap Della.
"Masih meragukan kakak nih?" tanya Richard dengan nada menggoda.
"Masih, Kak. Kenapa sampai sekarang Kakak masih jomblo? Akut malah." tanya Della.
"Belum saatnya kamu tahu. Kalau sudah ada nanti kakak ajak ke rumah," ucap Richard mantap.
"Oke, Kak. Yang baik orangnya dan pintar masak. Biar bisa masak buat aku," tukas Della sambil tersenyum senang.
"No, no, no.. pacar kakak jangan dijadikan pembantu," kata Richard sambil mengusap rambut adiknya.
"Cie..cie.. yang belum ada pacar tapi sudah bela apalagi kalo udah punya?" Goda Della pada kakaknya.
Bagaimana bisa mendapatkannya sedangkan aku masih menjadi sumber kesedihannya, batin Richard dalam hatinya.
Keduanya memasuki restoran dan mulai menyantap makanan yang disajikan.
🍁🍁🍁
Vote, Like dan Rate yah..
I Love You❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Javier
keren Thor, ada Ff disini
2020-06-28
1
Javier
Mentang" anak komputer😄
2020-06-28
1
Isu💟THY
👍👍👍👍👍👍
2020-06-27
1