"I..iya, Pak." Yuni gelagapan beberapa saat kemudian.
"Gue ngga mimpi sekarang kan, Yun?" tanya Aty setelah sadar sambil mencubit pipinya.
"Bwaaahh.. hmmmpp.. ahhh.. jantung gue berhenti berdetak berapa lama tadi." Yuni berusaha mengatur ritme pernapasannya.
"Kok bisa yah Goblin peduli bahkan menyapa kita tadi?" tanya Aty masih dengan tatapan anehnya.
"Itu bukan peduli atau menyapa Ty, tapi peringatan." Yuni kembali melangkah ke arah motornya.
"Kok gue merasa itu sebuah kepedulian si Goblin ke Lo, Yun." Aty mempercepat langkahnya agar sejajar dengan Yuni.
"Kepedulian apaan, Ty. Itu peringatan dari Goblin tahu. Kayanya keberadaan gue di kampus ini mulai terancam," ujar Yuni sambil memakai helm bogo bergambar kartun Conan kesukaannya.
"Bisa jadi tu, Yun. Mending Lo cepat pulang kerja tu kuis," kata Aty khawatir kemudian menuju ke mobilnya.
"Iya, Ty. Gue balik dulu yah, nyetir hati-hati. Dah..." pamit Yuni sekilas kemudian meninggalkan parkiran.
"Siapp.. Gila tu anak. Percuma gue jawab. Ngomong gue hati-hati tapi orangnya malah ngebut begitu," kata Aty setelah menyadari Yuni seketika hilang dari pandangannya.
🌼🌼🌼
Richard mengendarai mobilnya menuju ke gedung rektor untuk menjemput Della. Setelah memarkirkan mobilnya di tempat parkir, Richard berjalan menuju ke ruangan Anton di lantai tiga.
Tok..tok...
"Sudah selesai kelas yah, Kak?" tanya Della ketika membukakan pintu ruangan dan melihat Richard.
"Iya. Mana om Anton?" tanya Richard memasuki ruangan tersebut.
"Om kamu lagi rapat dengan Ketua Prodi. Mungkin sejam lagi baru selesai," jawab Stela istri Anton.
"Gitu yah, Tante. Kalau begitu kita pamit. Makasih sudah nemenin Della," pamit Richard ramah.
"Ya sudah. Hati-hati nyetirnya Richard. Del, salam buat papi sama mami kamu," kata Stela sambil mengusap kepala Della.
"Iya, Tan. Makasih udah nemenin." Della tersenyum ramah pada Stella.
"Permisi,Tante." Kata Della dan Richard sambil berjalan meninggalkan ruang rektor tersebut.
"Kak, setelah ini kita jalan-jalan yuk," ajak Della semangat ketika memasuki mobil.
"Jam lima baru kita jalan," jawab Richard.
"Kalau ice cream sekarang gimana?" tanya Della manja.
Richard tidak menanggapi perkataan Della dan kembali fokus ke jalanan.
"Abang.." panggil Della dengan nada yang sengaja dilembutkan.
"Kalau ada maunya dulu baru manggil 'abang'." Richard menggoda adiknya ketika sudah sampai di lampu merah.
🌼🌼🌼
Jarak kampus ke apartemen Yuni menempuh waktu 35 menit. Karena Yuni harus mencari apartemen yang murah untuk menghemat pengeluarannya.
Yuni bekerja paruh waktu dan menjadi guru privat komputer di sekitar tempat tinggalnya untuk menambah penghasilan. Uang yang ditinggalkan ibunya sebelum meninggal dua tahun lalu hanya bisa untuk membiayai kuliahnya. Sedangkan untuk sewa apartemen dan kebutuhan sehari-hari Yuni harus bekerja.
"Gue pasti bisa bertahan sampai wisuda. Amin," kata Yuni sambil tersenyum ketika berhenti di lampu merah.
Seketika dirinya mengamati keadaan jalanan sekitar yang tampak ramai. Dilihatnya jalur kiri yang lampu kuningnya menyala tampak kendaraan berdesakkan tanpa mau mengalah kepada pengendara lainnya, seolah terburu-buru dan takut ketika lampunya kembali ke warna merah.
"Bang Richard aku mau makan ice cream. Beliin buat aku," kata seorang gadis remaja dari dalam sebuah mobil di samping Yuni menghentikan motornya.
"Tapi janji besok harus balik ke Jakarta," jawab seorang lelaki di dalam mobil sambil melihat ke arah adiknya.
****** gue. Kota seluas ini kenapa harus ketemu Goblin disini sih, batin Yuni kemudian kembali menarik kaca helm untuk menutupi wajahnya.
"Iya,Abang. Aku juga harus sekolah setelah absen dua hari... Kok Abang melamun sih. Liatin siapa?" kata Della panjang lebar dan baru menyadari bahwa Richard sedang fokus melihat ke luar daripada dirinya.
"Bukan apa-apa. Hanya sedang melihat sesuatu saja," kata Richard mengalihkan.
Kenapa lampu merahnya serasa lebih lama dari biasanya yah, batin Yuni gelisah.
Ketika lampu merah berpindah ke lampu hijau, Yuni kemudian menarik gas kencang untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Namun dia mendengar klakson mobil Richard seperti sebuah pamitan padanya. Ketika dia menoleh ke arah mobil tersebut, tampaklah Richard sedang melihat ke arahnya sambil tersenyum kecil. Yuni seolah ketahuan dari persembunyiannya, diapun memencet klakson motornya dan sambil menganggukkan kepalanya pada Richard ramah. Kemudian kembali fokus pada jalanan.
Yuni mengendarai motornya menuju sebuah minimarket untuk membeli minuman. Karena bukan hanya panas matahari di siang itu yang membuatnya kegerahan, tapi juga sikap dosennya yang berubah seratus delapan puluh derajat. Yuni harus mendinginkan hati dan pikirannya.
Setelah memarkirkan motornya di depan minimarket, Yuni menghentikan langkahnya ketika melihat seorang lelaki tua sedang menjual beberapa makanan ringan dan minuman dingin. Yuni menuju ke Kakek penjual dan berniat belanja padanya.
"Kek, minumannya berapa?" tanya Yuni ketika sudah sampai di tempat kakek tersebut.
"Lima ribu sebotol, Nak," jawab kakek tersebut dengan nada ramah.
"Minumnya dua, kerupuk ubinya satu terus sama permennya sepuluh ribu. Semuanya berapa Kek?" tanya Yuni sopan.
"Dua puluh delapan ribu, Nak," jawab kakek itu lagi.
"Ini, Kek. Kembaliannya di ambil aja. Makasih, Kek. Pamit ya,Kek.." kata Yuni sambil menyerahkan selembar uang ratusan ribu pada kakek tersebut, kemudian meminum minumannya dan berjalan menuju motornya.
"Alhamdulillah.. Makasih banyak, Nak," ucap kakek tersebut penuh syukur sambil memandangi kepergian Yuni.
Itulah Yuni Andita Anindya. Gadis berusia 20 tahun mahasiswi semester dua Teknik Komputer di kampus ternama kota A. Tidak hanya cantik, pintar, baik hati namun juga mandiri. Menurutnya, membeli jualan di pedagang kaki lima dapat membantu dan memberi keuntungan pada penjual tersebut. Memiliki hati yang lembut dan tulus serta selalu siap membantu, walaupun dirinya juga banyak kekurangan entah itu makanan ataupun uang.
"Ma, senang rasanya menjalankan amanatmu," kata Yuni tersenyum sambil mengendarai motornya.
🌼🌼🌼
"Bang, tu minimarketnya. Beliin aku ice creamnya dong." Della menunjuk ke arah minimarket di seberang jalan.
"Tapi janji dulu, tetap manggil abang sampai seterusnya," kata Richard sambil mengendarai mobilnya menuju minimarket.
"Iya, Bang. Demi ice cream aku rela mematuhi perintah," kata Della pura-pura memberi hormat pada Richard.
"Ice cream jumbo untuk adikku yang patuh." Richard sambil mengusap rambut adiknya.
Keduanya memasuki minimarket dan membeli ice cream serta beberapa camilan untuk di bawa pulang. Della yang menunggu kakaknya membayar di kasir berjalan menunggu di mobil sambil menikmati ice cream cokelatnya.
"Ngelamun apaan kamu?" tanya Richard pada Della.
"Itu bang. Kakak itu aneh yah, kok tidak belanja di minimarket malah belanja di luar. Sedangkan motornya parkir di minimarket." Della sambil menunjuk ke arah yang ditujunya.
"Mikirnya kenapa begitu, Del. Kakak itu belanja di kakek yang lebih membutuhkan. Walaupun untung yang mereka dapatkan sedikit, tapi tetap memberikan mereka penghasilan," Jelas Richard sambil memfokuskan tatapannya pada gadis yang dilihatnya. Richard pun kaget, ternyata orang itu adalah Yuni.
"Kalau gitu, aku juga mau belanja di kakek itu juga, Bang," kata Della antusias.
"Ambil uang abang juga, sekalian borong semua jualan kakek itu." Richard menyerahkan beberapa lembaran uang pada Della.
"Oke, Bang..." jawab Della kemudian turun dari mobil dan menuju ke kakek tersebut.
Kamu tidak hanya cantik wajah tapi hatimu juga. Tidak sia-sia aku menunggumu, batin Richard sambil tersenyum senang.
_________
Selamat Idul Fitri 😇😇
Tetap jaga kesehatan dan semoga pandemik ini segera berakhir.
Jangan lupa votenya yah biar aku nulisnya tambah semangat..
Makasih ♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
akun nonaktifkan
5 like dulu yaa, semangat!😁
Mampir karyaku sekalian like backnya🥺
Pasti aku selalu mampir karyamu loh!😆
Tunggu aja!🙏🏻
2020-07-28
0
Jeje
sdh like sampai part 5 kak...cicil sampai sini dlu ...rak fave
klo beekenan mmpir balik kak
2020-07-01
1
ayumi
lanjt thor
2020-07-01
1