Istriku Penipu

Istriku Penipu

Pinjol

Gita menyandarkan punggungnya ke tempat duduk KRL menuju Stasiun Manggarai. Setelah berdiri cukup lama karena penuh, akhirnya dia mendapatkan tempat duduk juga. Satu dari sekian tempat sempit yang tersedia. Terhimpit di kanan kiri, nyaris tanpa ruang gerak.

Tubuhnya sangat lelah akibat berdesakan setiap berangkat dan pulang kerja. Tapi, mau bagaimana lagi? Gita harus berangkat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Orang berarak ramai keluar dari gerbong setelah kereta berhenti tepat di stasiun tujuan. Gita menunggu sebentar sampai keriuhan surut, baru kemudian beranjak turun. Kini dia terjebak lagi dalam keramaian untuk mencapai pintu keluar.

Untung saja dia sudah ahli berjibaku dengan lautan manusia pada jam sibuk seperti sekarang. Bahkan, Gita sudah hapal kapan harusnya memesan ojek online yang akan mengantarkannya ke rumah.

Dering telepon tiba-tiba terdengar, muncul dilayar ponsel nomor yang tidak dikenal. Gita menautkan alisnya sejenak menatap ponsel sebelum mengangkatnya. Mungkin driver ojek online yang baru saja dipesan, pikirnya.

“Halo, dengan Mbak Gita, ya?” ucap suara berat ditelepon. Terdengar deru napas kasar dari laki-laki tersebut.

“Iya, saya. Ini siapa, ya?”

“Saya dari pihak Dana Tunai mau ngasih tahu, Mbak Gita punya tunggakan pembayaran sebesar 8 juta yang jatuh tempo hari Jumat ini. Tolong segera dilunasi ya, Mbak!”

“Dana Tunai? Pinjol? Saya gak pernah pinjam duit dari pinjol. Bapak mau nipu saya, ya?” tuduh Gita. Dia mengingat teman-temannya di kantor sangat mewaspadai telepon yang mengatasnamakan pinjaman online untuk menipu dan menjerat korban.

“Jangan sembarangan ngomong ya! Anda tanggal 23 Agustus kemarin mencairkan dana sebesar 7 juta lewat website Dana Tunai. Perhitungan setelah bunga dan biaya administrasi dengan tenor 3 bulan sebesar 8 juta. Saya gak mau tahu pokoknya Anda harus bayar Jumat ini!”

“Lah, apaan? Saya gak pernah buka website Dana Tunai ataupun cairin dana 7 juta. Coba cek mutasi rekening kalian, emang ada dana yang ditransfer ke rekening atas nama Gita?” Suara Gita meninggi, membuat beberapa orang yang berada di sekitarnya menoleh.

“Di website kami jelas-jelas akun yang mendaftarkan pinjaman itu atas nama Anda. Saya punya alamat rumah, kantor, nomor telepon, sampai NIK buat buktikan kalau Anda adalah peminjam di website kami. Kalau Anda tetap menolak membayar hingga Jumat ini, saya akan datangi rumah dan kantor Anda.”

“Ya udah datengin aja! Saya gak salah dan gak pernah minjem dari kalian!” Pungkas Gita yang langsung menutup sambungan telepon.

Pesanan ojek online-nya datang tepat disaat itu juga. Segera saja Gita naik ke motor tersebut. Selama perjalanan menuju ke rumah, emosinya masih belum surut. Terpikirkan bahwa data-datanya bocor dan digunakan secara tidak bertanggung jawab oleh orang jahat. Mana mungkin Gita berani meminjam uang dari pinjol?

Motor berhenti di depan gang tempat Gita tinggal, dari sana dia harus berjalan beberapa meter untuk mencapai rumah. Gita tinggal di kawasan padat penduduk, dimana rumah-rumah reyot, kecil, kumuh, saling berdempetan.

Rumahnya tidak mencolok, sama seperti yang lain. Bercat putih dengan pintu dan jendela berwarna cokelat kusam, serta tanpa pagar.

“Assalamualaikum! Ibu kemana, Sa?” Gita masuk ke dalam rumah, menyapa adik tirinya yang sibuk memainkan ponsel sambil berbaring di sofa ruang tamu.

“Ga tahu, ke rumah Bu Yana kali. Pinjem duit,” jawab Risa ketus.

Gita mengabaikan tanggapan adik tirinya yang bernada tidak sopan itu, sudah terbiasa. Walaupun mereka saudara satu ayah, namun sejak dulu tidak pernah akur.

Gita duduk di sofa lain yang kosong, mencomot keripik pisang yang tergeletak di meja. Merebahkan semua rasa lelah setelah bertarung riuh dengan penumpang KRL tadi.

“Kapan lo beli HP baru, Sa?”

Gita baru sadar sekarang gawai yang dipegang oleh adiknya itu tidak pernah dilihat sebelumnya. Selama ini dia memang jarang memperhatikan apapun tentang adiknya, karena terlalu sibuk bekerja. Lagipula hubungan mereka juga tidak begitu dekat layaknya saudara.

“Udah lama.”

“Dapet duit dari mana lo beli iPhone?”

“Kepo deh lo!”

“Jawab pertanyaan gue! Lo beli iPhone duit dari mana?” Suara Gita mulai meninggi, tiba-tiba emosi.

Nalarnya dengan cepat menyambung pada masalah tagihan pinjol yang didapatkannya sebelum pulang. Padahal mereka sekarang dalam keadaan sulit. Bisa-bisanya adiknya membeli ponsel baru yang harganya mahal. Uang dari mana?

“Apa sih gak jelas banget lo?!” Risa bangkit dari sofa, terganggu dengan pertanyaan menyudutkan dirinya.

Gita dengan cepat menahan Risa untuk pergi dengan menjambak rambut belakangnya, membuat gadis itu meringis dan menjerit marah.

“Gue bilang, lo dapet duit buat beli iPhone dari mana? Jangan-jangan lo ya yang minjem duit dari pinjol pake nama gue, buat beli iPhone ini? Jawab cepetan, Tol*l!” Gita mulai berteriak, emosinya seketika mendidih.

“Gak tahu, Gue dibeliin ibu,” cicit Risa sambil diselingi tangis.

“Heh! Ngapain lo jambak rambut adek lo sendiri?! Udah ga waras ya lo?!” Teriak Ani yang baru saja masuk ke rumah. Segera saja dia menarik tangan Gita agar melepas cengkraman dari rambut anaknya.

“Oh jadi Ibu yang minjem duit dari pinjol buat beliin Risa iPhone? Ibu tahu kan kita gak punya duit, kontrak kerjaku habis dan kita masih nunggak utang ke bank. Bisa-bisanya Ibu beliin barang gak penting buat dia!” Gita menatap sengit ibu tirinya. Kemarahan semakin membara dihatinya.

Sejak dulu, ibunya sangat gemar berfoya-foya dan menyombongkan diri pada tetangga. Dia jugalah yang mendorong ayahnya agar meminjam uang ke bank untuk memperbesar bengkelnya. Padahal bengkel tersebut sepi pelanggan, hingga akhirnya malah berakhir gulung tikar. Kemudian menyisakan utang yang harus Gita bayar.

“Makanya kalau lo tahu udah gak bisa perpanjang kontrak, cari kerja lagi! Bego amat sih punya anak! Adek lo butuh HP begituan biar ga di-bully temennya di sekolah.”

“Tapi gak minjem ke pinjol juga, Bu! Terus sekarang gimana kita lunasinnya? Aku udah gak punya kerjaan dan gaji lagi!”

“Ya cari kerjaan lain! Masa gitu aja harus nanya sih?”

“Ya udah kalau gitu Ibu juga cari kerja! Jangan gantungin hidup dari gaji aku doang!”

Mendengar kata-kata anak tirinya itu membuat hati Ani bergolak panas. Dia merasa terhina. Sekuat tenaga kedua tangannya menjambak rambut Gita yang berdiri menjulang dihadapannya. Sesekali tamparan didaratkan ke wajah anak tirinya itu, hingga pipinya memerah dan bibirnya terluka akibat tergigit.

“Lo udah ngerasa hebat gitu dengan ngasih gue makan dari gaji lo, hah?! Baru segini aja udah perhitungan sama Ibu sendiri. Durhaka lo sama gue! Udah gue urus dari kecil, ga ada terima kasihnya sedikitpun ke gue! Kalau ngerasa hebat, sana pergi! Gue gak butuh gaji lo buat makan! Lo pikir duit gue dari gaji lo doang?”

Ani berteriak histeris dan memukuli kepala Gita. Panik melihat ibunya yang semakin membabi buta menyerang kakaknya, Risa mencoba memisahkan mereka. Tubuh ibunya dia jauhkan dan dia tahan sekuat tenaga.

“Oke. Kalau gitu aku keluar dari rumah! Ga usah nyariin atau minta duit lagi! Urus hidup masing-masing!”

Gita berlari ke kamarnya, mengemas dengan cepat baju-baju dan barang pentingnya ke tas besar. Dia sama sekali tidak menoleh ataupun memedulikan ibu dan adik tirinya saat pergi meninggalkan rumah.

“Mbak Gita!” Teriak Risa yang masih berusaha menahan kepergian kakaknya. Tapi Gita sudah menetapkan hati untuk pergi. Mereka hanya ibu dan adik tiri, tidak punya hubungan apapun dengannya setelah ayahnya meninggal.

...****************...

Tidak ada tempat lain yang Gita tuju selain rumah Mia, sahabat dekatnya sejak SMP. Setiap kali diusir oleh ibu tirinya, Gita akan berlindung di tempat ini. Ayah dan kakak Mia sudah hapal dengan kebiasaan ini. Mereka baik dan selalu mengizinkannya tinggal sementara.

Dulu ayahnya yang akan menjemput pulang setelah berhari-hari minggat, namun sekarang sosok itu sudah tiada. 5 bulan lalu ayah Gita berpulang. Selain meninggalkan utang, dia juga menitipkan istri dan anaknya pada Gita.

“Jadi, bokap lo punya utang 400 juta ke bank yang tiap bulan lo cicil, ibu tiri lo pinjem duit dari pinjol, kontrak kerja lo ga diperpanjang kantor, dan sekarang lo diusir dari rumah,” ucap Mia merangkum kisah hidup Gita dalam satu helaan napas.

Gita mengangguk, kemudian merebahkan diri di atas kasur empuk milik Mia. Kamar ini lebih nyaman daripada miliknya. Jelas, karena Mia adalah salah satu temannya yang hidup berkecukupan. Tidak kaya, tidak miskin. Hanya cukup. Orang miskin di sini hanya Gita.

“Tamatlah riwayat lo, Git.”

“Apa mati aja ya gue?”

“Heh, gak boleh gitu! Pamali,” larang Mia, tangannya mencubit pipi Gita. “Lo tahu gak sih, kalau lo tuh cakep tapi burik? Gak pernah skincare-an sih karena miskin. Padahal dengan tampang gini dan perawatan, lo bisa godain bos, jadi selingkuhannya CEO kayak di novel, atau jadi pacar temen kerja lo yang anak SCBD hits itu.”

“Manager gue rese, CEO gue udah tua bangkotan, dan temen kerja gue kayak lambe turah. Lagian telat, besok hari terakhir gue kerja sebagai anak SCBD hits. Gak ada kesempatan godain dan jadi simpenan mereka.”

“Kalau gak bisa jadi simpenan, lo tipu aja mereka.”

“Gue orang baik. Gak ngerti cara menipu orang.”

Suara ponsel menghentikan sejenak obrolan mereka. Gita segera memeriksanya. Nomor tidak dikenal mengirimkan pesan.

[+6282109xxx : Hai Gita, ini nomor Arkian. Aku tahu dari Rio. Besok ajak tim kamu gabung farewell party bareng timku aja ya! Soalnya aku udah sewa tempat karoke yg gede. Sayang kalau cuma anak int. audit doang yg pake. Gak usah bayar kok, tenang aja.]

Ah, farewell party. Acara buang-buang uang yang paling Gita hindari. Sebulan belakangan ini teman satu tim selalu menyindirnya yang tidak bersedia mengadakan acara perpisahan. Padahal, hal tersebut sudah menjadi budaya di sana, mentraktir tim dihari terakhir bekerja. Gita bahkan tidak akan membelikan mereka sesajen donat J.Co sebagai tanda perpisahan. Dia sama sekali tidak punya uang.

Tapi kemudian Gita tersenyum simpul memandang pesan yang dikirim nomor baru tersebut. Arkian Wibisana, manager tim audit. Kenapa dia repot-repot mengajaknya ikut bergabung di acara perpisahan timnya? Apa dia kasihan melihat Gita tertekan karena tidak bisa mengadakan acara perpisahan? Bisa jadi.

Terpopuler

Comments

HaniHiko

HaniHiko

lanjut ayang baru,, Arkian wibisana ♥️

2023-01-27

0

Ersa

Ersa

sebenarnya pengen baca stlh tamat,tapi gak tahan penasaran dg ceritanya. mengingat 2 novel sebelumnya keren habis (Halo Arvin! & istri kontrak investor kaya)...

2023-01-10

0

Ariu

Ariu

Baru mulai baca di akhir Desember 2022, setelah maraton ketemu Arvin & Nara

2022-12-29

0

lihat semua
Episodes
1 Pinjol
2 Farewell Party
3 Barang Yang Tertinggal
4 Kenangan Buruk
5 Mencari Gita
6 Bertemu Kembali
7 Hamil
8 Ayo Kita Nikah!
9 Alasan Sebuah Kebohongan
10 Alasan Mempercayai
11 Kebohongan Di Atas Kebohongan
12 Calon Mertua
13 Membuktikan Sesuatu
14 Suami Yang Baik
15 Menikmati Uang Suami
16 Menerima Perhatian
17 Apakah Kita Cocok?
18 Interview Kerja
19 Sindiran
20 Bekerja Kembali
21 Tidak Tahan + (Visual Arki)
22 Peringatan Dari Arki
23 Lunas
24 Jujur
25 Hadiah Panas
26 Tentang Gita
27 Membuatkan Sarapan
28 Kunjungan Ibu Mertua
29 Satu Ranjang
30 Menantu Kesayangan
31 Mengendalikan
32 Peringatan Dari Mantan
33 Senyuman
34 Jadwal Pemeriksaan Dokter
35 Memangsa
36 Gugatan
37 Sebuah Tuntutan
38 Tempat Tinggal
39 Kekhawatiran
40 Wibisana
41 Penipu Sebenarnya
42 Menahan Diri
43 Menahan Pikiran
44 Tatapan Cinta
45 Memilih Istri
46 Ketakutan
47 Pilihan Lain
48 Menyerahkan Diri
49 Tetap Tidak Mau
50 Peduli
51 Eksklusif
52 Pengalih Pikiran
53 Cara Untuk Lepas
54 Belum Sembuh
55 Mencoba Jatuh Cinta
56 Mengagetkan
57 Sok Perhatian
58 Jangan Pergi
59 Buket Bunga
60 Bekal
61 Tidak Rela
62 Kesempatan
63 Berubah
64 Menyakiti dan Melindungi
65 Ingin Menguasai
66 Kesepakatan
67 Pertemuan Dengan Arya
68 Merindukan Ibu
69 Keturunan
70 Reuni
71 Kenapa Gita?
72 Membutuhkan Gita
73 Persetujuan
74 Bantuan Dari Arya
75 Kehilangan
76 Melangkah Pergi
77 Memulai Kembali
78 Berharap
79 Menerima Bantuan
80 Rencana Kejam
81 Waktu Berduka
82 Berpura-pura
83 Jejak Arki
84 Menyembunyikan
85 Bersahabat
86 Kebenaran
87 Saudara
88 Merasakan Kembali
89 Selamat Tahun Baru 2023!
90 Melawan
91 Terbongkar
92 Selamat
93 Mendekap Erat
94 Pahlawan
95 Perubahan Rencana
96 Pertemuan Kembali
97 Godaan
98 Pembatalan
99 Rasa Bersalah
100 Mulai Dari Awal
101 Panggilan
102 Istirahat
103 Dulu
104 Tujuan Selanjutnya
105 Memaafkan
106 Berkumpul
107 Kesempatan Kedua
108 Kawan Lama
109 I'm yours (End)
110 Extra Part 01
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Pinjol
2
Farewell Party
3
Barang Yang Tertinggal
4
Kenangan Buruk
5
Mencari Gita
6
Bertemu Kembali
7
Hamil
8
Ayo Kita Nikah!
9
Alasan Sebuah Kebohongan
10
Alasan Mempercayai
11
Kebohongan Di Atas Kebohongan
12
Calon Mertua
13
Membuktikan Sesuatu
14
Suami Yang Baik
15
Menikmati Uang Suami
16
Menerima Perhatian
17
Apakah Kita Cocok?
18
Interview Kerja
19
Sindiran
20
Bekerja Kembali
21
Tidak Tahan + (Visual Arki)
22
Peringatan Dari Arki
23
Lunas
24
Jujur
25
Hadiah Panas
26
Tentang Gita
27
Membuatkan Sarapan
28
Kunjungan Ibu Mertua
29
Satu Ranjang
30
Menantu Kesayangan
31
Mengendalikan
32
Peringatan Dari Mantan
33
Senyuman
34
Jadwal Pemeriksaan Dokter
35
Memangsa
36
Gugatan
37
Sebuah Tuntutan
38
Tempat Tinggal
39
Kekhawatiran
40
Wibisana
41
Penipu Sebenarnya
42
Menahan Diri
43
Menahan Pikiran
44
Tatapan Cinta
45
Memilih Istri
46
Ketakutan
47
Pilihan Lain
48
Menyerahkan Diri
49
Tetap Tidak Mau
50
Peduli
51
Eksklusif
52
Pengalih Pikiran
53
Cara Untuk Lepas
54
Belum Sembuh
55
Mencoba Jatuh Cinta
56
Mengagetkan
57
Sok Perhatian
58
Jangan Pergi
59
Buket Bunga
60
Bekal
61
Tidak Rela
62
Kesempatan
63
Berubah
64
Menyakiti dan Melindungi
65
Ingin Menguasai
66
Kesepakatan
67
Pertemuan Dengan Arya
68
Merindukan Ibu
69
Keturunan
70
Reuni
71
Kenapa Gita?
72
Membutuhkan Gita
73
Persetujuan
74
Bantuan Dari Arya
75
Kehilangan
76
Melangkah Pergi
77
Memulai Kembali
78
Berharap
79
Menerima Bantuan
80
Rencana Kejam
81
Waktu Berduka
82
Berpura-pura
83
Jejak Arki
84
Menyembunyikan
85
Bersahabat
86
Kebenaran
87
Saudara
88
Merasakan Kembali
89
Selamat Tahun Baru 2023!
90
Melawan
91
Terbongkar
92
Selamat
93
Mendekap Erat
94
Pahlawan
95
Perubahan Rencana
96
Pertemuan Kembali
97
Godaan
98
Pembatalan
99
Rasa Bersalah
100
Mulai Dari Awal
101
Panggilan
102
Istirahat
103
Dulu
104
Tujuan Selanjutnya
105
Memaafkan
106
Berkumpul
107
Kesempatan Kedua
108
Kawan Lama
109
I'm yours (End)
110
Extra Part 01

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!