Tubuhnya diguncang keras oleh seseorang hingga terbangun. Seorang perempuan ber-make up tebal menyambut pandangannya saat membuka mata.
Kepalanya berat dan juga terasa sakit. Arki menyentuh pelipisnya dengan jemari, mendapati bagian yang sakit tersebut terluka dan berda rah. Susah payah mencoba bangkit dan duduk di sofa dan membenarkan celananya yang melorot.
“Mas, gak apa-apa, kan?” kata perempuan tadi dengan khawatir.
“Lo siapa?” tanya Arki yang tidak mengenalnya.
Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling, melihat ruangan yang sama saat dia berkumpul untuk farewell party. Semua rekan kerjanya sudah tidak ada disana, sekarang dia bertelanjang dada dan terluka. Semua keadaan ini membingungkan.
“Aku yang di pesan Mas Arki buat temenin malam ini.”
“Temenin apa maksudnya? Dipesan gimana?”
“Loh ini Mas Arki yang pesan jasa saya diaplikasi, kan? Buat bobo bareng.” Perempuan itu mencoba memeluk Arki, tapi langsung ditepis dengan tegas oleh laki-laki tersebut.
“Gue gak pernah pesen cewek diaplikasi … Ah anjing! Pasti kerjaan Rio!” Arki tersadar bahwa ini semua pasti ulah Rio, temannya yang sangat tahu tentang rahasianya terkait hubungannya dengan perempuan. “Lo kapan ke sininya? Lo yang buka baju gue, ya? Mukul gue sampe terluka kayak gini juga lo, kan?” lanjut Arki memberedel banyak pertanyaan.
“Bukan kok. Pas aku kesini kamu udah kayak gitu. Sumpah! Aku baru dateng terus kaget lihat kamu terluka dan tiduran telanjang gitu.”
“Ya udah sana pergi! Bukan gue yang pesen jasa lo, itu temen gue yang iseng.”
“Bayar lah. Aku udah jauh-jauh kesini. Biarpun gak jadi pake, kamu harus tetap bayar uang pemesanan.”
Arki mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu, meskipun dengan wajah yang enggan. Tapi dia tidak ingin berdebat dan memperpanjang masalah.
Setelah perempuan itu pergi, Arki segera mencari ponselnya yang menghilang entah kemana. Sebuah benda tergeletak di lantai seketika menarik perhatiannya.
BH siapa nih?
Arki seketika terpaku sebelum meraih benda tersebut. Ketakutan berkumpul dikepalanya. Jangan-jangan dia sudah melakukan perbuatan tidak senonoh pada seseorang! Gawat!
Pasti lukanya dia dapatkan karena melakukan hal tersebut pada perempuan yang meninggalkan sehelai pakaiannya di sini. Arki menjambak rambutnya berusaha mengingat, tapi tidak ada satupun kenangan itu dimemorinya.
“Lo dimana, anjing?!” serang Arki di sambungan telepon pada Rio.
“Gimana cewek yang gue pesen, Bro? Ular sawah lo berdiri gak?” balasnya sambil terkekeh.
“T*i lo! Ngapain sih lo kayak gini? Pake cekokin gue minuman dan sewa cewe segala?!”
“Lah? Kan lo yang bilang kalau ular sawah lo gak bisa bangun. Gue bantu pesenin cewe hot jeletot biar ular sawah lo bisa jadi ular kobra. Jadi gimana testimoninya? Mantep gak?”
“Gue gak ngapa-ngapain sama dia, udah gue suruh pergi.”
“Lah gimana sih lo?”
“Ya menurut lo aja, Jing. Lo kira gue mau main sama cewek sembarangan? Kalau gue ketularan penyakit gimana?”
“Alah cupu!”
“Lagian gue telepon lo bukan mau ngomongin itu,” kata Arki menghela napas sejenak. Melihat ke benda yang digenggamnya. “Kayaknya gue ngelakuin sesuatu sama cewek gak dikenal. Pas gue dibangunin sama cewe yang lo pesen, gue udah setengah telanjang dan gue nemu BH dilantai,” lanjut Arki bercerita.
Rio terdiam sejenak, kemudian tertawa sejadinya beberapa detik kemudian. “Maksud lo apa, Ki? Lo habis main sama cewek, tapi lo gak inget sama siapa, gitu? Mungkin cewek yang gue pesen kali. Lo sampe gak inget gitu saking mantapnya,” ucap Rio masih tergelak.
“Bukan. Cewek yang lo pesen yang bangunin gue. Gue mungkin pingsan atau apalah, kepala gue dipukul sampe berda rah. Jangan-jangan gue habis ngelecehin pelayan yang masuk ke sini?”
“Lo dipukul?” ucap Rio kaget. “Kalau pelayan sih gak mungkin, Ki. Soalnya gue tambahin sewa ruangannya sampe jam tutup dan suruh pelayan gak masuk kesana sebelum sopir gue Pak Sobri jemput lo.”
“Lah terus siapa dong?”
Rio berpikir sejenak menganalisis kemungkinan-kemungkinan, “Jangan-jangan Gita?”
“Hah?”
“Iya. Tadi pas gue abis bikin lo tipsy, gue sama yang lain cabut. Gue kira si Gita juga udah pergi sama para cewek, ternyata dia diem di toilet lama dan balik lagi ke tempat lo buat ngambil tas.”
“Kalau beneran dia gimana dong, Bro?”
“Yaa … Lo harus tanggung jawab lah. Minta maaf kek atau apa gitu. Tapi pertanyaannya, lo sama dia udah sampe sejauh mana? Kok sampe BH-nya ketinggalan gitu? Apa dia udah bikin ular sawah lo bangun?”
“Lo kok bahasnya itu mulu sih? Cari solusi yang bagus gue harus ngapain.”
“Bukan gitu, kalau lo sama dia bisa turn on, artinya lo udah sembuh dong?”
“Gak tahu ah! Bodo amat soal itu!”
Sekarang selain kepalanya yang sakit karena pengaruh minuman dan pukulan, Arki juga semakin pusing karena memikirkan apa yang sudah dia lakukan. Dia sangat ketakutan, bagaimana jika benar dia telah melecehkan mantan teman kantornya sendiri. Besok dia harus menghubungi Gita dan meminta maaf tentang kejadian tadi.
...****************...
Sesampainya di rumah Mia, keluarganya sedang berkumpul di ruang tengah untuk menonton TV. Mereka semua menoleh saat melihat Gita datang dengan wajah sembab setelah menangis.
Ayah, ibu dan kakak perempuan Mia terlihat sangat khawatir dan memberikannya banyak pertanyaan. Tapi Gita tidak bisa mengatakan hal yang sebenarnya, dia begitu ketakutan karena kejadian yang baru saja dialaminya. Dia hanya meminta waktu dan beristirahat di kamar Mia, walaupun si penghuninya belum pulang bekerja.
Keluarga Mia sudah mengenalnya lama dan sudah menganggapnya seperti bagian dari keluarga. Setiap melarikan diri dari ibu tirinya, Gita selalu berlindung disini. Berada di tempat ini rasanya seperti berada dikeluarga yang sebenarnya, dibandingkan rumahnya sendiri. Ayah dan ibu Mia menyayanginya seperti kedua putrinya.
“Bapak bilang, lo tadi pulang sambil nangis-nangis. Kenapa, Git?” ucap Mia saat masuk ke kamar. Duduk dipinggiran ranjang.
Gita lantas bangkit dari kasur setelah mendengar kedatangan Mia dan memeluk sahabatnya itu sambil terus menangis, “Gue dilecehin cowok di tempat karaoke, Mi. Gue takut banget.”
“Hah? Sama siapa? Kok bisa? Kok lo gak bilang gue sih, Git? Kalau lo bilang gue, udah habis tuh tamu gue hajar. Tempat gue kerja juga pasti bakal laporin ke polisi kalau ada tamu yang berbuat asusila gitu.”
Gita menceritakan kejadin mengejutkan yang menimpanya. Hingga sekarang dia pun masih tidak percaya orang sebaik Arki melakukan hal tersebut padanya. Gita paham sebanarnya laki-laki itu sedang dalam pengaruh alkohol, tapi perilakunya tidak bisa dibenarkan sama sekali.
“Padahal tadi gue kagum banget liat cowok ganteng itu, ternyata akhlaknya rusak,” ucap Mia kesal mendengarkan cerita Gita. Dia tidak suka melihat sahabatnya diperlakukan demikian. “Besok gue minta si Anto buat kasihin rekaman CCTV di luar ruangan itu, buat barang bukti. Kita laporin aja tuh cowok ke polisi, biar kapok!” lanjut Mia memeluk dan menenangkan Gita yang masih menangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
semaumu aja
musibah membawa berkah nggak sih
2024-02-09
0
semaumu aja
mantap sekali sampai bikin kepala berdenyut
2024-02-09
0
semaumu aja
ular sawah elah nggak ganas2amat
2024-02-09
0