QUEENA (Istrimu Adalah Tawananku)

QUEENA (Istrimu Adalah Tawananku)

SAKSI

"Bunuh dia!"

"Tuan Ley! Tolong ampuni saya-"

Sreet! Sreet!

Beep beep!

Queena tersentak dan buru-buru menepikan motornya, saat mendengar suara klakson yang lumayan kencang dari mobil box di belakangnya.

Queena menarik nafas panjang, lalu mengambil botol minum yang selalu ia bawa di motor, agar dirinya tak perlu membeli minuman lagi di jalan saat kehausan. Queena meneguk habis sisa minuman di botolnya karena tenggorokan Queena yang benar-benar terasa sekering Gurun Sahara.

"Ya Tuhan!" Gumam Queena seraya mengusap wajahnya sendiri.

Adegan pembunuhan yang Queena saksikan beberapa saat lalu terus saja terngiang dan menari-nari di benak Queena.

Lalu pria yang dipanggil Tuan Ley oleh Bu Indah yang merupakan salah satu pelanggan setia Queena.

"Kenapa Tuan Ley membunuh Bu Indah?" Gumam Queena masih merasa bingung.

Queena lalu melihat arloji yang melingkar di tangannya, sebelum kemudian wanita itu kembali melajukan motornya untuk pulang ke rumah. Sudah satu jam lebih Queena meninggalkan Barley, jadi sebaiknya Queena bergegas pulang sebelum anaknya itu menangis mencarinya.

Ah, tapi Barley memang jarang rewel saat Queena tinggal. Biasanya Barley memang Queena titipkan di rumah tetangganya, jika ibu satu anak itu harus mengantar sprei pada customer. Bagus Yudistira yang merupakan suami Queena belakangan ini sering pergi ke luar kota dan hanya pulang satu pekan sekali.

Queena sudah kembali memacu motornya, saat bayangan pembunuhan Bu Indah kembali berkelebat di kepalanya.

"Tuan Ley, tolong-"

"Bunuh dia!"

"Bunuh dia!"

"Bunuh dia!"

Queena menggelengkan kepalanya, lalu segera membelokkan motor ke gang yang menuju ke arah rumahnya. Wanita itu berhenti di depan sebuah rumah berukuran delapan kali sepuluh meter, lalu dengan cepat masuk ke terasnya.

Queena baru saja akan membuka lintu depan, saat tiba-tiba pintu sudah dibuka dari dalam oleh....

Bagus!

"Mas Bagus?" Sapa Queena tergagap.

"Baru pulang?" Bagus membuka lebar daun pintu berwarna putih tersebut, dan langsung terlihat Barley bersama mainannya yang berserakan di ruang depan.

"Kok sudah pulang, Mas? Bukankah harusnya lusa baru pulang?" Tanya Queena seraya melepaskan tas selempangnya, lalu meletakkan benda tersebut di rak.

"Mama!" Sapa Barley yang langsung berlari ke arah Queena dan memeluk kaki mama kandungnya tersebut.

"Hai, Sayang!" Queena berjongkok, lalu memeluk sang putra dengan cepat.

"Bunuh dia!"

"Ampun Tuan Ley!"

Ley!

Barley!

Kenapa nama penjahat psikopat itu harus mirip dengan nama Barley?

Apa Queena salah memberikan nama untuk sang putra?

"Ssttt!" Gelitikan dari Bagus menyentak lamunan Queena.

"Mau memeluk Barley sampai kapan? Aku juga mau kamu peluk lama," ucap Bagus yang sudah melingkarkan lengannya di pinggang Queena, lalu menyusupkan kepalanya di ceruk leher sang istri.

"Kok sudah pulang? Kemarin bilangnya lusa baru pulang," Queena mengulangi pertanyaannya tadi.

"Mau kasih kamu surprize," tukas Bagus seraya terkekeh.

"Benar, kan? Kamu tadi kaget, sampai melamun terus."

"Mikirin apa?" Tanya Bagus genit yang langsung membuat Queena merengut.

"Mikirin kamu!" Jawab Queena asal.

Barley sudah meloloskan diri dari pelukan Queena dan bocah laki-laki itu kembali berkutat dengan mainannya yang kini berserakan.

"Aku disini sekarang! Masih mikirin aku, hah?" Goda Bagus seraya mengekori Queena yang kini pergi ke dapur. Dan jangan tanya bagaimana cara Bagus mengekori Queena. Tentu saja sambil melingkarkan lengannya di pinggang Queena.

"Trus jadinya tadi ngasih surprize saja? Nggak bawa hadiah apa, gitu?" Tanya Queena pada sang suami.

"Mmmmm, memangnya kau mau hadiah apa, hah?" Bagus balik bertanya dan kini sudah semakin erat mendekap Queena.

"Martabak telur mungkin," Queena mengendikkan kedua bahunya. Wanita itu lalu menyalakan kompor dan menjerang air untuk membuatkan kopi untuk sang suami.

"Belum buka jam segini, Sayang! Ini baru jam empat sore," ujar Bagus dengan nada gemas.

"Iyakah?" Queena hanya terkekeh dan berusaha mengabaikan kelebat bayangan pembunuhan tadi.

"Kau sedang membuat apa ini?" Tanya Bagus seraya mengambil mangga dari dalam kulkas. Bagus juga meraih pisau yang sepertinya hendak ia pakai mengupas mangga.

"Bunuh dia!"

Sreet!

"Mas, lepaskan pisaunya!" Queena tiba-tiba sudah mengambil pisau dari tangan Bagus, dan memegangnya di bagian pisau yang tajam.

"Auuw!" Queena mengaduh, bersamaan dengan darah segar yang mengalir dari telapak tangannya.

"Queen!" Bagus berdecak dan buru-buru membawa tangan Queena ke kran air. Bagis lalu menyalakan kram dan mengaliri tangan Queena yang berdarah tadi.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Bagus bingung. Pria itu kemudian mengambil kotak P3K dan membimbing Queena untuk duduk.

"Mungkin sebaiknya kita ke rumah sakit-".

"Tidak usah, Mas!" Tolak Queena cepat.

"Lukanya tidak dalam," sambung Queena lagi.

"Baiklah! Dasar keras kepala!" Bagus mengacak rambut Queena lalu lanjut membebat telapak tangan istrinya tersebut.

"Ini bukan konspirasi dan sebuah kesengajaan agar nanti malam aku tak menyuruhmu memegang milikku, kan?" Tanya Bagus selanjutnya mencairkan suasana.

"Ck! Tentu saja tidak!" Sergah Queena cepat.

"Kali aja." Bagus terkekeh sekarang.

"Mama...Mama...Napa?" Tanya Barley yang sudah menghampiri kedua orang tuanya di dapur.

"Mama kena pisau, Sayang!" Jawab Bagus yang langsung mengusap-usap tangan Queena.

"Cacit?" Tanya Barley selanjutnya pada Queena yang langsing mengangguk.

"Sakit sekali, Sayang!" Jawab Queena lebay.

"Yak papa! Nanti sembuh," ucap Barley yang langsing mengundang tawa Bagus dan Queena. Barley lalu kembali keluar dari dapur dan berkutat dengan mainannya lagi.

"Sudah selesai." Lapor Bagus bersamaan dengan sebuah bau hangus.

"Mas, air aku!" Jerit Queena yang langsung membuat Bagus sigap mematikan kompor. Asap sudah lumayan banyak di dapur.

"Lupa," gumam Queena menatap bersalah pada Bagus yang hanya geleng-geleng kepala.

****

"Vin!"

"Aku di sini!" Ujar seorang pria bertubuh tegap yang kini sudah masuk ke dalam mobil, menghampiri pria lain yang merupakan sang bos besar.

"Sudah beres semua!" Ucap pria bernama Vin yang baru saja naik mobil tadi.

"Siapa wanita ini?" tanya Pria yang baru saja memanggil Vin. Tadi Ia menunjukkan sebuah rekaman video pada Vin.

"Oh, sial!"

"Sepertinya kita perlu menghabisi wanita ini juga, Brachon!" Vin menatap pada pria tadi yang masih diam di tempatnya yang baru saja Vin panggil sebagai Brachon.

"Cari tahu semuanya, lalu bawa dia ke hadapanku! Aku sendiri yang akan menanganinya!" Ucap Brachon seraya menatap tegas pada Vin.

"Siap, Brachon!"

.

.

.

Hai, kita ketemu di karya ke-42.

Ada Queena Alesha Ferdinand yang merupakan putri dari Gabriel Ferdinand (Gadis SMA Kesayangan Om Duda) dan ada juga Bagus Yudistira, yang merupakan sepupu Mom Melody.

Bagus sudah muncul sebelumnya di "Mendadak Jadi Nona Muda" dan di "Pak Dokter Kesayangan Gretha"

Sekian perkenalannya.

Terima kasih yang sudah mampir

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

Terpopuler

Comments

💝GULOJOWO💝

💝GULOJOWO💝

Menjerang itu apa bund? Bukannya merebus ya 🤔🤔🤔

2023-02-03

0

Kharina.

Kharina.

wuihhh akhirnya launching juga sering mafia dari Bundew... ending masih lom ketahuan nih... zemangatz Bundew 😍😍💪🏻💪🏻

2022-11-13

1

Agustina Kris

Agustina Kris

baru eps 1 udah ngeri

2022-11-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!