DARI SIAPA?

"Cucu, Mama!" Ocehan Barley membuyarkan lamunan Queena yang sejak tadi masih berpikir, siapa yang sudah memberikan seplastik jajanan pada Barley.

Tak ada siapa-siapa di luar!

"Mama, cucu!" Rengek Barley lagi seraya menunjuk ke plastik jajanan yang kini Queena pegang.

"Barley minum susu yang di rumah, ya!" Ucap Queena kemudian seraya menjauhkan plastik tadi dari Barley.

"Yak mau!'

"Cucu! Tue!" Barley merengek dan mulai marah karena jajanannya disembunyikan oleh Queena.

Bukan apa-apa!

Tapi Barley mendapatkan snack tadi dari orang asing, jadi mungkin saja ada sesuatu di dalam snack.

"Mama! Mau cucu! Tue!" Barley sudah mulai menangis sekarang, saat kemudian terdengar panggilan dari Mami Friska di telepon.

Ya ampun!

Queena bahkan lupa kalau ia tadi masih video call bersama Mami Friska.

"Queen, Barley kenapa?" Tanya Mami Friska yang langsung membuat Queena buru-buru menghampiri ponselnya.

"Mama! Mau cucu!"

"Mau tue!" Barley sudah guling-guling sambil menangis sekarang.

"Mama!"

"Queen!"

"Queena tenangin Barley dulu, Mi! Barley mendadak tantrum!" Pamit Queena cepat seraya menutup video call-nya bersama Mami Friska.

Bergegas Queena menghampiri Barley yang masih menangis meraung-raung.

"Mau cucu!" Raung Barley histeris.

"Iya, Barley! Ayo minum susu, Mama bikinin!" Queena berusaha untyk menggendong Barley yang kini meronta-ronta.

"Mau cucu yang itu!"

"Itu!" Barley menunjuk-nunjuk ke atas lemari dimana Queena meletakkan jajanan yang tadi dibawa Barley.

"No!" Jawab Queena tegasbersamaan dengan ucapan salam dari pintu depan.

"Queen, aku pulang!"

"Papa!" Barley kembali meronta dan memaksa turun dari gendongan Queena. Balita itu lalu berlari menghampiri Bagus yang baru saja pulang.

"Papa! Mama nakal!" Adu Barley pada Bagus yang kini sudah menggendong balita tiga tahun tersebut.

"Nakal kenapa?"

"Barley kenapa, Queen? Kenapa dia menangis?" Cecar Bagus pada Queena yang hanya ditanggapi dengan sebuah decakan. Queena lalu mengambil jaket Bagus dan membawanya ke kamar, meninggalkan Barley yang kini masih mengadu pada Bagus.

"Papa, mau cucu!" Barley kembali menunjuk-nunjuk ke atas lemari dimana ada seplastik jajanan yangbtadi disembunyikan Queena.

"Wah! Barley jajan, ya?" Bagus langsung mengambilkan plastik berisi jajanan tadi dan memberikannya pada Barley.

"Mas!" Seru Queena saat melihat Bagus yang sedang membukakan susu untuk Barley.

"Apa?"

"Itu jajannya kenapa dikasihkan ke Barley, Mas!" Sungut Queena yang kini sudah menghampiri sang suami.

"Memang kenapa? Ini jajannya Barley, kan?" Tanya Bagus dengan raut wajah tanpa dosa.

"Ck! Bukan!"

"Itu tadi dibawa Barley dari luar dan nggak tahu siapa yang ngasih. Kalau ada apa-apamya bagaimana?" Cerita Queena yang langsung membuat Bagus menyedot sedikit susu UHT yang hendak ia berikan pada sang putra.

"Rasa susu!" Lapor Bagus setelah sedikit mencicipi.

"Kamu aja yang terlalu parno, Queen!"

"Lagipula, tadi di ujung gang memang ada yang bagi-bagi snack begini juga pas aku lihat. Mungkin itu sama kayak yang ngasih ke Barley," tutur Bagus lagi menenangkan sang istri.

"Siapa? Tadi pas aku cari celingukan nggak ada orang, Mas!" Queena masih sangsi.

"Di ujung gang depan sana. Ada yang ulang tahun katanya."

"Lagian, kok kamu bisa nggak tahu kalau ada yang ngasih snack ke Barley? Kamu kemana?" Cecar Bagus menginterogasi sang istri

"Tadi aku lagi video call sama Mami, trus aku nggak tahu kalau pagar depan kebuka sedikit. Barley kabur," cerita Queena seraya meringis, yang langsung membuat Bagus berdecak.

"Ceroboh!" Bagus mengacak gemas rambut Queena.

"Maaf, Mas!" Cicit Queena merasa bersalah.

"Jangan diulangi!" Pesan Bagus yang langsung membuat Queena mengangguk. Bagus meraih satu snack dari dalam plastik lalu membukanya.

"Itu kan punya Barley, Mas!" Komentar Queena mengingatkan

"Satu doang!"

"Cobain!" Bagus menyuapkan snack tadi ke mulut Queena.

"Enak," komentar Queena seraya mengunyah snack tadi dan Bagus sontak terkekeh.

"Enak karena disuapi atau enak karena gratis?"

"Dua-duanya," jawab Queena yang akhirnya ikut terkekeh juga.

****

Brachon keluar dari satu ruangan, seraya mengancingkan kancing manset di lengan kemejanya. Vin sudah langsung menyambut Brachon dan sigap memakaikan jas pada bos sekaligus atasannya tersebut.

"Helikopternya sudah siap," lapor Vin pada Brachon yang sedang merogoh sakunya, lalu mengeluarkan sebungkus rokok.

"Kau sudah dapat informasi tentang wanita itu?" Tanya Brachon seraya menghentikan langkahnya. Pria itu mengambil satu batang rokok, lalu Vin dengan sigap mengeluarkan macis untuk membakar ujung rokok Brachon.

Asap berwarna abu-abu langsung mengepul dari mulut Brachon dan sedikit mengurung wajah dingin tersebut.

"Sudah. Namanya Queena Alesha," jawab Vin cepat.

"Usianya tiga puluh tahun, sudah menikah, dan punya seorang putra berusia tiga tahun." Vin menunjukkan beberapa foto pada Brachon.

"Dia ada hubungan apa dengan Indah?" Tanya Brachon selanjutnya pada Vin.

"Queena adalah penjual sprei yang kerap mengantarkan sprei dagangannya pada customer yang memesan. Jadi kemungkinan Indah adalah salah satu customer Queen-"

"Kau pesan sprei juga dan suruh dia mengantar kalau begitu!" Potong Brachon cepat memberikan perintah pada Vin.

"Kau pasti tahu apa yang selanjutnya harus kau lakukan saat dia mengantar sprei ke rumah." Lanjut Brachon lagi dengan mulut yang kembali mengepulkan asap.

"Aku boleh langsung menghabisinya?" Tanya Vin yang malah langsung berhadiah tatapan tajam dari Brachon.

"Apa kau lupa dengan perintahku kemarin, Vincent?" Brachon menatap geram pada sang asisten.

"Tidak!" Jawab Vin cepat.

"Aku akan melaksanakan semua perintahmu, lalu membawanya ke hadapanmu," lanjut Vin lagi.

"Bagus!" Brachon seraya melanjutkan langkahnya. Vincent mengikuti langkah Brachon, lalu bis dan asisten itu masuk ke dalam lift dan menuju ke lantai paling atas, dimana helikopter sudah menunggu di sana.

****

"Kau berangkat jam berapa, Mas?" Tanya Queena seraya menggeliat, saat Nagus yang sejak tadi tak berhenti mencumbu serta menciumi leher dan tengkuknya. Padahal Bagus sudah rapi dan siap pergi, karena hari ini suami Queena itu memang harus kembali ke pekerjaannya sebagai pengawas pengiriman barang-barang logistik di perusahaan.

"Ini sudah mau pergi, tapi kau terus saja menahanku-"

"Ish!" Queena mencubit gemas perut Bagus dan suaminya itu hanya tertawa.

"Aku akan pamit pada Barley saja," Bagus akhirnya bangkit berdiri dan berhenti menciumi Queena. Namun sedetik kemudian, pria itu malah membungkuk lalu mengecup bibir Queena lagi.

"Mas!"

"Ssttt! Jangan berisik atau Barley akan bangun nanti," kekeh Bagus seraya berlalu dan masuk ke kamar Barley. Queena mengekori sang suami setelah sedikit membenarkan kancing dasternya yang sudah kemana-mana karena ulah Bagus.

Queena hanya berdiri di ambang pintu, saat Bagus berpamitan pada Barley yang sedang tidur siang. Bagus terlihat menciumi wajah Barley, lalu membisikkan sesuatu di telinga sang putra.

"Papa akan pulang lusa," pungkas Bagus seraya membenarkan selimut Barley, lalu keluar darj kamar dan menghampiri Queena yang masoh berada di pintu kamar.

"Kau sedang apa? Mau minta jatah lagi?" Tanya Bagus dengan nada genit.

"Mesum! Bukanya lusa udah pulang lagi?" Decak Queena seraya bersedekap.

"Ya!"

"Nanti jangan lupa memakai lingerie yang kemarin aku belikan," pesan Bagus sebelum pria itu benar-benar pergi.

"Apa sih!" Wajah Queena langsung memerah, saat kemudian Bagus mengecup kening istrinya itu cukup lama.

"Aku berangkat sekarang," pamit Bagus selanjutnya.

"Hati-hati dan jangan telat makan!" Pesan Queen seraya merapikan sedikit jaket Bagus.

"Nanti kamu ingatkan kalau aku lupa, ya!" Goda Bagus seraya terkekeh. Bagus meraih tangan Queena lalu menggandengnya hingga ke pintu depan.

Bagus kembali memcium kening Queena di pintu depan, lalu pamitan sekali lagi pada istrinya tersebut.

"Bye!" Queena melambaikan tangan setelah Bagus pergi naik ojek. Disaat bersamaan, ponsel Queena yang sejak tadi ia genggam berbunyi menandakan ada pesan masuk.

[Apa bisa pesan sprei ukuran 180 tapi diantar hari ini? Sedikit urgent.] -No name-

Queena melihat ke jam dinding di ruamg depan sebelum membalas pesan. Masih jam sebelas siang.

[Butuh berapa pcs?] -Queena-

[Tiga. Bisa?] -No Name-

[Bisa. Saya kirim motifnya] -Queena-

Queena segera mengirimkan motif sprei yang ready stok. Dan tak berselang lama, customer baru Queena tadi sudah memilih motif. Sepertinya bukan customer yang rewel.

[Alamat lengkap?] -Queena-

Sebuah alamat masuk ke ponsel Queena tak berselang lama. Itu adalah sebuah kawasan apartemen di pusat kota.

Baiklah, di apartemen berarti aman! Queena akan langsung mengantarnya saja mumpung Barley masih tidur. Queena akan menitipkan Barley pada tetangganya juga, berjaga-jaga kalah balita itu mendadak bangun.

[Kalau saya antar sekarang, apa ada orang?] -Queena-

[Ya, kami sedang mengurus barang pindahan.]

[Baiklah, saya OTW. Nanti saya telepon lagi ] -Queena-

[Saya tunggu]

Selesai membaca balasan pesan dari customer-nya. Queena bergegas menyiapkan barang yang akan ia antar. Tak lupa, Queena mampur ke rumah tetangga samping rumah untuk menitipkan Barley yang masih terlelap.

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like.

Terpopuler

Comments

💝GULOJOWO💝

💝GULOJOWO💝

Masuk jebakan Betmen 😩😩😩

2023-02-04

0

Diana Susanti

Diana Susanti

kasian barley

2022-11-10

0

Agustina Kris

Agustina Kris

perasaan mulai gk enak ini

2022-11-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!