"Kau pikir, kau bisa kabur dari Ley, hah?"
Queena mempercepat langkahnya, saat suara Ley terdengar semakin dekat. Queena bahkan bisa melihat kilatan pisau di tangan kanan Ley.
Sial!
"Kemari, Queen! Lalu kita bisa bersenang-senang!"
"Tidak!" Jerit Queena sambil terus berlari menjauh dari Ley. Namun semakin Queena menjauh, semakin suara Ley terdengar menggelegar.
"Queen!".
"Tidak! Aku tidak tahu apa-apa!"
"Lepaskan aku! Biarkan aku pergi!"
"Queen!"
"Pergi, kau!"
"Queena! Bangun!" Queena membuka lebar kedua matanya, saat merasakan guncangan pada tubuhnya. Wanita itu kemudian menatap nyalang ke sekitarnya seolah sedang mencari seseorang.
"Queen! Kau kenapa?" Tanya Bagus yang tiba-tiba sudah menangkup wajah Queena . Istri Bagus itu tampak terengah-engah dan ketakutan, seolah baru saja dikejar oleh seseorang atau sesuatu yang menakutkan.
"Mas Bagus?" Ucap Queena tergagap seraya menatap lekat wajah pria di depannya tersebut.
"Kau kenapa?" Bagus mengulangi pertanyaannya masih sambil menangkup wajah Queena yang kini dipenuhi oleh peluh. Queena tak menjawab sepatah katapun, dan langsung menghambur ke pelukan Bagus. Wanita itu masih berusaha mengatur nafasnya yang memburu.
"Ada apa, Queen?" Tanya Bagus seraya mengusap lembut kepala Queena.
"Hanya mimpi buruk," jawab Queena lirih sambil terus menyembunyikan wajahnya di dalam pelukan sang suami.
"Barley mana, Mas?" Tanya Queena selanjutnya masih belum mengangkat wajah.
"Di kamar sebelah. Barley sudah berani tidur sendiri," cerita Bagus yang langsung membuat Queena mengangkat wajahnya.
"Tidak menangis?" Tanya Queena khawatir.
"Tidak! Tadi aku menemaninya sampai dia tidur, lalu setelah itu aku tinggal keluar dan barusan aku cek dia masih nyenyak." Ujar Bagus dengan wajah berbinar.
"Ya, semoga tak mati lampu, karena kalau kepanasan biasanya dia akan bangun dan menangis," timpal Queena yang masoh berusaha mengalihkan kegundahannya tentang mimpi buruk tadi.
Ley!
Pria psikopat itu kenapa malah menghantui Queena sekarang?
Toh Ley juga tidak tahu, kalau Queena menyaksikan adegan pembunuhan Bu Indah siang tadi.
Queena langsung pergi tadi, setelah Ley menggorok leher Bu Indah dengan tanpa dosa....
Astaga!!
"Queen!" Tepukan tangan Bagus di wajah Queena, kembali membuyarkan lamunan ibu satu anak tersebut.
"Ya!" Queena menatap ke dalam netra sang suami.
"Kau melamun barusan. Apa ada sesuatu yang mengganggumu, hah? Coba cerita!" Cecar Bagus seraya merapikan rambut Queena.
"Tidak ada apa-apa," jawab Queena seraya menggeleng.
"Yakin?" Bagus sudah ganti menangkup wajah Queena sekarang.
"Iya yakin," jawab Queena seraya mengusap tangan Bagus yang masih berada di wajahnya.
Bagus semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Queena, memangkas jarak di antara mereka berdua, lalu menyatukan bibirnya dan bibir Queena. Pasangan suami istri itupun berpagutan untuk beberapa saat, sebelum kemudian mereka sama-sama tertawa.
"Kau sedang ada tamu?" Tanya Bagus seraya tangannya bergerilya ke pangkal paha Queena.
"Mas cari tahu sendiri! Aku mau tidur!" Jawab Queena seraya mengambil posisi berbaring, lalu memunggungi Bagus.
"Memangnya, kapan kau bisa tidur, jika aku di rumah, hah?" Goda Bagus yang stdahbikut berbaring sembari mendekap tubuh Queena dari belakang.
"Ck!" Queena berdecak seraya menyikut perut Bagus.
"Kita buatkan adik untuk Barley," usul Bagus seraya menciumi tengkuk Queena.
"Dua tahun lagi," Queena sedikit bernegosiasi.
"Ck! Sekarang saja! Toh Barley sudah tiga tahun. Nanti adiknya lahir, Barley pas empat tahun," papar Bagus panjang lebar yang hanya membuat Queena berdecak.
"Mas di rumah sampai kapan memang? Aku belum jadi lepas kontrasepsi," ujar Queena beralasan.
"Satu pekan. Besok kamu lepas-"
"Tidak bisa!" Sergah Queena cepat seraya berbalik dan menghadap ke arah Bagus.
"Harus menunggu tamu bulanan dulu," ujar Queena lagi yang hanya membuat Bagus memutar bola mata.
"Ya sudah! Nanti begitu dapat tamu bulanan, langsung kamu lepas dan kita ulangi lagi saat aku pulang," ujar Bagus yang tiba-tiba sudah melepas kausnya.
"Ulangi lagi? Maksudnya?" Queena mengernyit bingung.
"Iya malam ini kita latihan dulu," Bagus mengerling nakal pada Queena yang kembali harus berdecak.
"Hei! Tidak boleh menolak kalau suami minta." Bagus mencolek hidung Queena.
"Siapa memang yang menolak!" Sergah Queena yang hendak melepaskan bajunya, namun ditahan oleh Bagus.
"Itu tugasku, dan ayo melakukan sedikit pemanasan dulu," bisik Bagis, sebelum kemudian pria itu kembali menyatukan bibirnya dengan bibir Queena. Pasangan suami istri itu lalu melakukan pergelutan panas mereka di tengah malam yang sunyi dan dingin.
****
"Orderan sprei masih lancar, Queen?" Tanya Mami Friska dari seberang telepon. Saat ini Queena memang sedang video call bersama mami sambungnya tersebut sekalian membahas tentang bisnis sprei yang hingga detik ini masih mereka geluti.
Mami Friska adalah supplier utama sekarang yang akan mengirimkan sprei pada beberapa reseller termasuk Queena untuk dipasarkan ke customer.
Ya, sejak menikah dengan Bagus, Queena memang pindah ke kota yang berbeda dengan Mami Friska dan Papi Briel.
Papi Briel sendiri, saat ini fokus mengelola toko kue peninggalan mendiang Opa dan Oma. Kedua orang tua Queena itu benar-benar pekerja keras dan menjadi panutan bagi Queena.
"Lancar, Mi! Tapi pengiriman yang terakhir kok nggak sampai-sampai, ya?" Ujar Queena seraya menggaruk kepalanya sendiri. Kelebat mimpi buruknya semalam tentang Ley kembali menari-nari di kepala Queena.
Astaga!
Queena harus melakukan apa agar psikopat Ley itu tak terus-terusan menghantui pikirannya.
Hari ini Queena sampai tidak mau pergi mengantar beberapa orderan sprei karena masih merasa trauma. Beruntung Mas Bagus sedang di rumah dan tak keberatan menggantikan Queena untuk mengantar beberapa orderan sprei.
Begitulah Mas Bagus!
Kalau sedang off dan di rumah, pasti akan membantu Queena dari mulai mengantar sprei, hingga urusan rumah lain termasuk mengasuh Barley juga. Benar-benar suami yang pengertian, penyayang, dan idaman!
"Masa belum sampai, Queen? Diumpetin sama Bagus mungkin," kelakar Mami Friska yang membuat Queena sedikit bisa tertawa meskipun bukan tawa lepas.
Pikiran Queena masih belum tenang!
"Barley mana? Mami mau menyapa cucu Mami." Tanya Mami Friska selanjutnya seraya terkikik.
"Barley...." Queena mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat ia duduk untuk mencari Barley yang tadi masih sibuk membongkar mainannya.
Namun Barley mendadak tak terlihat lagi dan hanya tinggal mainan Barley yang berserakan di ruang depan.
"Bentar, Mi! Barley kok tiba-tiba ngumpet," Queena meninggalkan ponselnya yang masih tersambung dengan Mami Friska, lalu bangkit berdiri untuk mencari Barley.
"Barley!" Panggil Queena pada sang putra.
Queena mencari ke arah dapur dan memeriksa kamar mandi. Tapi Barley tidak ada.
"Barley!" Panggil Queena lagi yang ganti memeriksa teras rumah, saat kemudian kedua netra Queena menangkap pagar di teras depan yang sudah setengah terbuka.
"Barley!" Queena bergegas keluar dari teras saat tiba-tiba ia hampir menabrak sesosok tubuh mungil.
Barley!
"Barley, kamu dari mana?" Queena buru-buru berlutut dan memeriksa Barley dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Mama, tue!" Celetuk Barley tiba-tiba seeaya menunjukkan seplastik jajanan anak-anak di tangannya.
"Cucu....tue," oceh Barley lagi masih sambil menggoyang-goyangkan palsati warna putih tadi seolah sedang memamerkannya pada Queena.
"Barley dapat darimana?" Tanya Queena curiga, mengingat isi jajanan di dalam plastik yang bukanlah jajanan murah dan biasanya hanya ditemui di swalayan.
"Om!"
"Om!" Jawab Barley seraya menunjuk ke arah pagar. Queena bergegas memeriksa keluar untuk mencari tahu. Tapi tak ada siapa-siapa di luar atau apapun yang mencurigakan.
Lalu siapa yang memberikan jajanan tadi pada Barley?
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
alvalest
dsini.barley bs ngmg d greta barley gmau ngmg pa barley liat adegan mak ny di culik? lama g up d sn bun..kwkwwk
2022-11-25
0
Agustina Kris
kok kayak deg-deg an gitu ya baca cerita ini.. agak ngeri kayaknya
2022-11-10
0
Agustina Kris
jadi trauma deh
2022-11-10
0