Queena memarkirkan motornya, seraya menatap pada gedung apartemen yang menjulang di hadapannya. Wanita itu melihat sekali lagi alamat yang diberikan oleh customer-nya hari ini untuk memastikan kalau ia tak salah gedung apartemen.
Memang ada beberapa gedung apartemen di kawasan ini yang bentuknya sedikit mirip.
"Iya, memang ini," gumam Queena akhir seraya melepaskan helm. Queena lanjut masuk ke dalam gedung apartemen tadi dan bertanya pada security yang tak sengaja berpapasan dengannya untuk menanyakan unit apartemen customernya ada di lantai berapa.
"Terima kasih, Pak!" Ucap Queena ramah, setelah security memberitahunya kalau unit apartemen yang tadi dimaksud Queena ada di lantai sembilan belas. Queena hanya perlu naik ke lantai sembilan belas, mengantar sprei, lalu kembali pulang. Semoga Barley belum bangun saat Queena pulang nanti.
Ting!
Layar di atas lift sudah menunjukkan angka sembilan belas, segera Queena keluar dari lift dan langsung mencari unit apartemen tujuannya. Rupanya hanya ada dua unit apartemen di lantai ini. Tak bisa dibayangkan, betapa luasnya apartemen-apartemen ini. Pasti pemiliknya adalah orang-orang kaya, mungkin pengusaha atau pejabat. Entahlah!
Queena baru saja akan menekan bel di samping pintu, saat tiba-tiba pibti apartemen malah sudah dibuka dari dalam.
"Selamat siang, Pak!" Sapa Queena sedikit tergagap pada penghuni apartemen yang ternyata seorang pria.
Tadinya Queena pikir yang pesan sprei tadi seorang wanita.
Ah, tapi bisa saja ini adalah suaminya.
"Siang! Cari siapa?" Tanya pria itu seraya memindai Queena dari ujung kaki ke ujung kepala.
Sial!
Mana Queena tadi hanya mengenakan daster sebetis yang ia lapisi cardigan!
"Saya mengantar sprei pesanan. Atas nama..." Queena mengeluarkan ponselnya untuk membaca nama pelanggannya tadi yang seperti nama mata uang.
"Bernama Cent," ucap Queelagi setelah membaca nama customer-nya.
Cent siapa memang?
Centi?
Atau Centong?
"Oh, Cent ada di dalam. Silahkan masuk dulu!" Ucap pria berjambang tipis itu seraya membuka pintu sedikit lebar.
"Saya tunggu disini saja," tolak Queena halus.
"Tidak apa!" Pria tadi tersenyum ramah, dan akhirnya Queena masuk ke dalam apartemen yang luas dan mewah tersebut.
Wow!
Semoga suatu hari nanti Queena dan Bagus juga bisa membeli apartemen mewah begini!
"Tunggu sebentar, ya! Silahkan duduk dulu," pria tadi menunjuk ke sofa yang tak jauh dari pintu masuk. Sepertinya itu adalah ruang tamu.
Queena hanya mengangguk, lalu duduk di sofa tadi dan mengeluarkan ponselnya lagi. Ada pesan dari tetangganya.
[Barley bangun, Queen. Tapi nangis sebentar saja tadi. Sekarang di rumahku main]
Queena bernafas lega, setelah melihat foto Barley yang sedang asyik bermain bersama anak dari tetangga Queena yang usianya satu tahun lebih tua dari Barley.
[Aku pulang bentar lagi, Mbak! Ini udah ketemu customernya, kok] -Queena-
[Iya, nanti pelan-pelan saja naik motornya dan jangan buru-buru! Barley nggak rewel, kok]
Queena baru saja melihat foto Barley lagi, saat tiba-tiba tanpa Queena sadari ada sebuah tangan dengan kain yang stdah membekap hidung dan mulut Queena.
"Mmmmppphhh!" Queena masih sempat berontak, sebelum kemudian tubuh wanita itu terkulai dan kehilangan kesadaran.
Queena tak ingat apa-apa lagi setelah itu!
****
"Sudah semua?" Tanya Bagus pada beberapa pemuda nya yang sejak tadi memuat barang-barang ke atas mobil untuk dikirim.
"Sudah, Pak!"
"Pak Bagus jadi ikut pengantaran?" Tanya salah satu rekan kerja Bagus yang kebetulan juga adalah sopir trus ekspedisi yang hari ini akan melakukan pengiriman.
"Ya! Ada hal penting di sana yang harus aku urus," jawab Bagus bersamaan dengan ponselnya yang tiba-tiba berdering. Ada telepon masuk dari Mbak Asih yang merupakan tetangga Bagus yang biasa dititupi Barley saat Queena harus pergi mengantar pesanan.
Tapi ada apa Mbak Asih menelepon?
"Halo, Mbak!" Sapa Bagus akhirnya setelah mengangkat telepon.
"Gus, kamu masih di luar kota?"
"Iya masih, Mbak! Besok mungkin baru pulang. Ada apa, ya?" Tanya Bagus lagi sedikit merasa ada yang tak beres.
"Trus kamu tahu nggak Queena dimana, Gus?"
"Queena? Bukannya di rumah sama Barley, Mbak?" Jawab Bagus semakin merasa tak enak.
"Tidak ada, Gus!"
"Kemarin siang Queena itu pamit mau mengantar sprei. Trus Barley dititip ke embak. Tapi sampai malam Barley belum dijemput dan Queena belum pulang."
"Apa?"
"Mbak sudah periksa ke rumah?" Cecar Bagus yang sekarang mulai panik.
"Sudah. Baru saja Mbak dari rumah kamu dan Queena belum pulang. Motornya juga nggak ada."
"Barley bagaimana, Mbak?"
"Barley masih di rumah main. Tapi ya kadang rewel kalau ingat mamanya. Nyariin."
"Yaudah, Bagus akan pulang secepatnya nanti. Titip Barley dulu, Mbak!" Ujar Bagus akhirnya yang kini perasaannya sudah tak karuan. Queena kemana?
Tidak biasanya istri Bagus itu pergi lama saat mengantar sprei!
"Iya, Gus!"
Setelah telepon mbak Asih terputus, Bagus segera menghubungi ponsel Queena.
"Nomor yang anda tuju sedang diluar jangkauan."
"Ck!" Bagus berdecak dan mulai frustasi. Saat pandangannya tak sengaja tertuju ke layar televisi yang sedang menampilkan berita kecelakaan yang lumayan mengenaskan karena motor yang menabrak sebuah truk tersebut langsung terbakar hebat.
Bagus tadinya ingin mengabaikan berita tersebut, namun kemudian nomor plat motor yang tersorot oleh kamera, seketika membuat Bagus membeku.
"Satu... dua..."
"Tiga!" Queena membuka paksa tangan Bagus yang menutupi kedua matanya, lalu wanita itu langsung terlihat kaget.
"Mas! Ini?"
"Motor baru buat kamu!" Jawab Bagus seraya mengangkat tubuh Queena, lalu mendudukkan istrinya itu di atas motor matic yang baru saja Bagus beli.
"Aaaaaa! Makasih banget, Mas!"
"Makasih banget, Mas Bagus!!"
"Tidak mungkin!"
"Tidak mungkin!"
"Queena!!"
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
💝GULOJOWO💝
Duh, typo bund 🤭
2023-02-04
0
💝GULOJOWO💝
Belum bangun kok belum pulang 🤭
2023-02-04
0
kenzie
kasian anak nya
2022-11-12
0