Gairah Cinta Kakak Angkat
Namanya Dara Respati. Seorang gadis kecil yang sangat manis, berkulit putih bersih dan berambut hitam panjang. Dia berada di gendongan sang ayah saat ayah dan ibunya tergesa-gesa menyusuri lorong sebuah rumah sakit.
Dara tidak mengerti, mengapa ayah dan ibunya terlihat sangat cemas dan khawatir. Langkah mereka berhenti, disalah satu ruang ICU. Mereka berhenti sejenak dan saling berpandangan. Sang ayah menurunkan Dara dari gendongannya. Lalu sang ibu mendekati Dara.
"Dara, Mama dan papa masuk kedalam. Dara tunggu dan duduk disitu sebenar. Jangan kemana-mana sebelum Mama dan papa keluar," ucap ibunya lembut.
"Baik, Mama," jawab Dara sambil tersenyum.
Dara menuju tempat duduk yang ditunjuk mamanya. Dia duduk sambil mengayunkan kedua kakinya serta membuka sebuah permen yang selalu dibawanya.
Dipojok ruang tunggu, tampak seorang anak laki-laki sedang menangis dan duduk dilantai memegangi kedua lututnya. Terlihat penyesalan dan rasa bersalah yang dalam dimatanya. Dara tidak tahu siapa anak laki-laki itu, akan tetapi hatinya tergerak untuk mendekatinya.
"Kakak jangan menangis. Pelmen ini untuk kakak," kata Dara sambil menyerahkan permen pada anak laki-laki itu, yang tidak lain adalah Dicky.
Dicky mengambil permen dari tangan Dara. Matanya menatap tajam gadis kecil di hadapannya yang tersenyum polos. Entah kenapa, Dicky begitu terhibur dengan tingkah laku gadis kecil yang memperkenalkan dirinya sebagai Dara.
"Kakak kehilangan apa, nanti Dala bantu cali," ucap Dara sambil duduk di sampingnya.
Akan tetapi, Dicky tidak bicara sepatah katapun. Dia hanya tertunduk lesu mengingat apa yang terjadi pada kedua orangtuanya. Kedua orangtuanya mengalami kecelakaan mobil dan ayahnya meninggal di tempat. Sedangkan ibunya sekarang berada di ruang ICU dalam kondisi kritis. Dicky masih beruntung, dia selamat dalam kecelakaan tersebut.
Tidak berapa lama, orangtua Dara keluar dengan wajah sedih. Mereka tampak memendam penyesalan yang dalam. Penyesalan yang hanya mereka berdua yang tahu.
"Dicky, mulai sekarang kamu akan menjadi anak kami dan ini Dara akan menjadi adikmu. Kita adalah satu keluarga," kata pak Dewa Agadinata sambil memeluk Dicky.
Sementara, Bu Desi Puspasari menggendong Dara. Mereka berempat pulang kerumah untuk mengurus pemakaman ayah dan ibunya yang meninggal kemudian saat di ICU.
Selama upacara pemakaman orangtuanya, Dicky tidak banyak bicara. Dia lebih banyak berdiam diri dan menutup diri dari orang lain. Dicky mengalami trauma pasca kecelakaan yang menimpa kedua orangtuanya.
Sejak peristiwa itu, pak Dewa dan bu Desi memutuskan untuk mengasuh Dicky dan memasukkannya ke dalam kartu keluarga. Nama Dicky mereka tambah dengan nama belakang pak Dewa, menjadi Dicky Agadinata.
Mereka juga mengajak Dicky ke psikiater untuk memastikan kondisi kejiwaan Dicky baik-baik saja. Setelah beberapa kali menemui psikiater, ditemukan satu cara agar Dicky bisa kembali normal seperti semula. Yaitu dengan kehadiran Dara. Dara, satu-satunya yang mampu mengajak komunikasi Dicky sejak awal.
Demi kesembuhan Dicky, pak Dewa dan bu Desi memutuskan untuk mendekatkan hubungan persaudaraan mereka. Mereka sekolah di tempat atau yayasan yang sama. Dara masuk di kelas Paud dan Dicky masuk di kelas 2 SD.
Mereka berangkat sekolah bersama-sama dan pulangnya juga bersama-sama. Dara
sering bermain di sekolah kakaknya, sambil menunggu kakaknya pulang, ditemani sang sopir pribadi.
Kebersamaan dan kedekatan mereka, membuat Dara menganggap Dicky sebagai kakak kandungnya. Dicky selalu menjadi pelindung bagi Dara di manapun dia berada.
Akan tetapi terkadang, hal itu membuat Dara merasa terkekang. Apalagi sekarang mereka sudah sama-sama dewasa. Dara sudah kelas 3 SMA sedangkan Dicky sudah kuliah.
Hari ini, Dara ingin bebas dari kakaknya, karena itu dia membuat sebuah rencana untuk pergi tanpa sepengetahuan kakaknya. Dara mendekati Feri, salah satu teman laki-lakinya.
"Feri, pinjem jaket. Besok aku kembalikan," ucap Dara sambil menepuk pundak Feri.
"Boleh saja. Nggak pinjem pemiliknya sekalian?" tanya Feri bercanda.
"Boleh juga. Gimana kalau, kamu ajak aku pakai motor kamu ke cafe sebelah," ajak Dara sambil tersenyum.
"Beneran, Ra? Wah, mimpi apa aku semalam. Hari ini bisa naik motor sama gadis paling cantik di sekolah," ucap Feri bangga.
Siapa yang bisa menolak kecantikan Dara. Gadis cantik yang merupakan idola di sekolah mereka. Akan tetapi tidak ada yang bisa mendekati Dara karena Dara tidak mendapat izin dari orangtuanya. Terlebih lagi, penjagaan ketat dari Dicky membuat masa muda Dara seakan menghilang.
Dara menemui kedua temannya, Sari dan Meri untuk diberinya arahan. Saat kakaknya datang nanti, mereka harus bilang kalau mereka tidak tahu dimana Dara.
Setelah itu, Dara memakai jaket milik Feri dan menutup kepalanya. Dia naik motor milik Feri sambil bersembunyi di belakang punggung Feri. Ada sedikit rasa takut jika kakaknya mengenalinya. Motor Feri melewati Kak Dicky yang sedang menunggu Dara keluar dari sekolahnya.
Dara bernapas lega, saat dia sudah bisa melewati kakaknya tanpa curiga. Dara meminta Feri menurunkannya di sebuah cafe tidak jauh dari sekolahnya. Tidak lupa, Dara mengucapkan terima kasih pada Feri yang disambut Feri dengan senyuman sebelum akhirnya Feri pergi.
Disana telah menunggu kedua temannya yang sudah memesan minuman segar. Dara duduk sambil tersenyum manis dan dia merasa puas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Terlalu di kekang anak2 jadi berontak,maklumin aja lagi ABG jiwa remaja yg selalu memberontak..
2022-12-29
0
sabila 78
lanjutkan
2022-12-04
0
@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️
mungkin karena Diki sayang sama dara , jadi tidak mau apa apa terjadi pada dara apalagi jika di permainkan oleh cowo
2022-11-08
0