Bab 5. Dara mulai dewasa

Hati Dara agak berdebar, saat melihat wajah Kakaknya yang sedang memejamkan mata. Ternyata, jika dilihat dari dekat dan dengan teliti, Kak Dicky sangat tampan. Wajah tegas dengan alis agak tebal, hidung mancung dan bibir seksi yang agak kemerahan karena Dicky memang tidak pernah merokok.

Jika dibandingkan dengan Raka, wajah Dicky juga tidak kalah dengan wajah Raka. Bahkan dari segi tubuh, Dicky jauh lebih sempurna dibanding Raka. Karena sang Kakak tidak pernah lupa berolahraga.

Dara menepiskan perasaan aneh itu. Sekarang, Kakaknya sedang menunggu ciuman darinya. Dara menghela napas panjang. Apa dia bisa melakukannya, padahal dengan sang kekasih saja dia tidak bisa, sekarang dia harus mencium Kakaknya.

Dara mencoba bersikap realistis saja. Mencium seorang Kakak memang bukan hal yang memalukan. Tetapi kalau sudah sama-sama dewasa, ada rasa canggung yang Dara rasakan saat ini.

"Dara, sampai kapan Kakak harus seperti ini? Capek tahu. Kalau tidak bisa, mending nggak usah coba-coba. Kamu itu masih anak-anak," ucap Dicky meledek Dara.

"Kakak ...," ucap Dara sambil memukul dada Dicky.

"Aduh, emang iya, bukan? Adikku ini memang belum dewasa. Ciuman itu untuk orang yang sudah dewasa bukan untuk dikonsumsi anak-anak," ucap Dicky lagi sambil memegang tangan Dara yang cemberut dan kesal dianggap anak kecil.

"Dara, bukan anak kecil lagi, Kak Dicky," ucap Dara sedih.

Dara tidak mengerti, mengapa dia tidak bisa melakukan itu. Mungkinkah karena sebenarnya Dara belum siap menjadi dewasa?

Disaat dirinya mulai putus asa, Dicky tiba-tiba memegang kedua bahunya dan menatapnya tajam. Dara sempat ingin menolak perlakuan Kakaknya, tetapi Dara tidak bisa mengontrol sikap tubuhnya yang membiarkan semua perlakuan Kakaknya.

Dicky mendekatkan wajahnya ke wajah Dara yang matanya semakin melebar. Apalagi saat Dicky dengan lembut, mencium bibir Dara yang tipis dan lembut. Ada dorongan gairah yang kuat yang membuat Dicky nekad untuk mencium bibir Dara.

Dara merasa kaget, apakah pantas seorang Kakak mencium bibir adiknya sendiri apalagi mereka sudah sama-sama dewasa. Dara lebih kaget lagi, saat Kakaknya mulai menekan dan memainkan bibirnya.

Dara sendiri bingung dengan dirinya. Kenapa saat dia akan dicium Raka yang adalah kekasihnya, di malah secara reflek menolak. Sedangkan saat ini, dia dicium oleh Kakaknya, malah tidak ada penolakan. Apakah karena Dara merasa nyaman dengan sang Kakak?

Dicky tiba-tiba menghentikan ciumannya dan langsung meminta maaf pada dara atas apa yang dia lakukan.

"Maaf, Maafkan Kakak, Dara," ucap Dicky sambil melepaskan pegangannya. Dicky sudah merasa canggung dan merasa bersalah sudah berani berbuat sejauh itu pada Dara.

"Kakak, Dara yang berterimakasih pada Kakak. Sekarang, Dara sudah menjadi gadis dewasa," ucap Dara yang membuat Dicky semakin merasa bersalah telah membohongi Dara.

Sejak kejadian itu, Dicky selalu terbayang-bayang saat-saat dia mencium Dara bahkan hingga terbawa mimpi. Sedangkan bagi Dara, ciuman sang Kakak hanyalah ciuman biasa saja. Tidak ada yang istimewa baginya.

Dara pergi kuliah seperti biasanya dengan naik taksi. Disana, Raka sudah menunggu kedatangan Dara untuk meminta maaf.

"Ra, aku minta maaf atas kejadian kemarin. Aku sama sekali tidak bermaksud marah padamu. Aku khilaf, Dara," ucap Raka meyakinkan Dara.

Dara terdiam sesaat, lalu dia tersenyum.

"Baiklah, aku memaafkan kamu," jawab Dara datar.

"Kamu tidak marah lagi? Kita baikan?" ucap Raka senang.

Sejak itu, hubungan mereka berjalan seperti biasanya. Raka tidak lagi memaksa Dara untuk bisa berciuman dengannya. Dara sangat bahagia karena Raka tidak lagi mempermasalahkan kekurangannya dalam berpacaran.

Mereka berkumpul bersama dengan teman dekat mereka. Dara, Raka, Listi, Wawan, Sari, Meri dan Nanda. Keenam sahabat ini menjalin keakraban selayaknya keluarga.

"Dara, kamu sangat beruntung lho, memiliki pacar sebaik Kak Raka, betul nggak?" tanya Meri sambil tersenyum.

"Benar, Ra. Kak Raka memang is the best pokoknya," jawab Listi bangga pada kakak sepupunya.

"Kak Raka pasti romantis banget ya? Jadi pingin punya pacar kayak Kak Raka," ucap Meri lagi.

"Ah, biasa aja. Ya 'kan, Ra?" tanya Raka sambil tersenyum pada Dara yang merasa tersindir karena dia tidak bisa romantis.

Dara hanya tersenyum meski hatinya sedih. Tidak ada yang istimewa dengan kejadian hari ini. Bahkan tidak ada yang mencurigakan dengan tingkah laku sahabat-sahabatnya.

Mereka menikmati kebersamaan dengan gembira. Tidak ada yang mengira, kejadian hari ini adalah awal yang membuat hidup Dara berubah.

Dua Minggu kemudian, saat sang Kakak pulang dari luar negeri dengan membawa pulang oleh-oleh untuk Dara serta barang titipan Meri. Dara berniat pergi ke rumah Meri untuk mengantarkan barang titipan tersebut langsung.

"Ra, kamu ini terlalu baik pada teman-temanmu. Udah nitip barang, kamu juga harus mengantarkannya pula," kata Kak Dicky tidak percaya.

"Teman sejati memang harus seperti itu, Kak. Aku mau beri kejutan untuk dia. Pasti dia akan sangat senang sekali," kata Dara tersenyum bahagia.

"Terserah kamu saja. Mau Kakak antar?" tanya Dicky.

"Tidak perlu. Dara mau naik taksi saja. Dara pergi dulu, Kakak. Bye bye," ucap Dara laku berlalu pergi meninggalkan Dicky yang hanya bisa tersenyum.

Sepanjang jalan, Dara terus memegangi sebuah jepit rambut yang terlihat manis. Seperempat jam perjalanan, Dara sudah sampai di depan rumah Meri yang tampak sepi.

Dara masuk seperti biasanya tanpa mengetuk pintu. Dara mencari Bibik yang sedang memasak untuk makan siang. Dara tersenyum lalu menanyakan pada Bibik tentang keberadaan Meri.

"Non Meri ada di kamarnya," jawab Bibik.

Mendengar jawaban, Bibik, Dara bergegas naik tangga menuju ke kamar Meri. Hal itupun, sudah biasa Dara lakukan sejak masih SMP dulu.

Sesampainya di depan pintu kamar Meri, langkah Dara terhenti. Telinganya mendengar suara-suara aneh. Seperti suara seorang pria yang sedang mendesah dan juga suara Meri yang terdengar tidak terlalu jelas.

Penasaran, hal itu yang ada di dalam hati Dara. Tetapi Dara tidak yakin dengan apa yang didengarnya. Karena itu, Dara memutuskan untuk masuk. Dibukanya pintu perlahan-lahan, dan matanya terbelalak merah saat tahu apa yang dilakukan Meri didalam kamarnya.

Terlebih lagi melihat siapa laki-laki yang bersama Meri yang senang bergumul di atas ranjang tanpa pakaian. Mereka segera menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka.

Dara terdiam di pintu masuk kamar Meri. Dadanya terasa sesak dan sulit baginya untuk bernapas dengan baik.

"Meri ... Kak Raka, apa yang kalian lakukan!" teriak Dara keras.

Bersambug

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah Akhirnya ketahuan kan..Semoga saja Dara sadar siapa sebenarnya Raka,,

2022-12-29

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Wkwkwkwk Akhirnya Dicky juga yg mendapat kan ciuman pertama Dara..

2022-12-29

0

sabila 78

sabila 78

semakin seru aja 😘

2022-12-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!