Dara menikmati kebersamaannya dengan kedua temannya di cafe tersebut. Karena ini merupakan kebebasannya yang pertama kali, Dara rasakan. Dara berharap, dirinya akan bisa bebas seperti gadis-gadis yang lain seusianya.
Kehidupan Dara memang monoton. Pagi hari dia sekolah dan saat pulang sekolah, dia dijemput Dicky dan langsung pulang ke rumah. Tidak ada hal lain yang Dara lakukan bersama teman-temannya.
Setelah puas berada di cafe, mereka melanjutkan dengan pergi ke Mall. Disana, Dara tampak seperti melihat dunia baru yang indah. Meskipun dia pernah pergi ke Mall bersama sang Mama, tetapi berbeda rasanya jika pergi bersama teman-temannya.
Waktu sudah menunjukkan jam 5 sore. Saatnya Dara untuk pulang ke rumah. Tampak semburan wajah yang ceria setelah menikmati hari bersantai bersama teman-temannya. Dengan naik taksi, Dara berharap bisa segera sampai di rumah.
Akan tetapi, langkah Dara terhenti didepan pintu ketika dia mendengar suara keras ayahnya. Ayahnya seperti sedang memarahi seseorang. Dan terdengar suara tamparan yang cukup keras.
Dara tiba-tiba merasa takut dan panik. Kesalahan yang dilakukannya hari ini, pasti juga akan membuat ayahnya marah. Tetapi, Dara yakin dan percaya diri bahwa dia memiliki alasan dan alibi untuk bisa membuat ayahnya mengerti.
Dara perlahan membuka pintu dan matanya tertuju pada sang kakak yang sedang duduk dilantai sambil memegangi wajahnya. Hati Dara berubah cemas dan panik melihat peristiwa itu.
"Papa ...."
Semua mata tertuju pada Dara yang kemudian berjalan mendekati kakaknya. Dara melihat wajah Kakaknya merah bekas tamparan ayahnya.
"Kakak, pasti ini sangat sakit. Lihat, wajah Kakak sampai merah begini," kata Dara panik.
"Kakak tidak apa-apa. Tidak sakit, kok. Kamu jangan cemaskan Kakak," jawab Dicky sambil berpura-pura tersenyum.
"Tidak mungkin, Kakak baik-baik saja. Papa, kenapa Papa menampar Kak Dicky, apa salah Kak Dicky?" tanya Dara sambil membantu Dicky duduk di sofa.
"Dara, itu karena Kakakmu tidak bisa menjagamu. Dia tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Makanya Papa menghukumnya," kata pak Dewa sambil duduk.
"Papa, ini semua salah Dara. Dara yang sengaja pergi tanpa sepengetahuan Kakak. Papa jangan marahi Kakak lagi," kata Dara sambil melihat kearah ayahnya.
"Dara, memangnya kenapa kamu harus pergi tanpa sepengetahuan Kakakmu? Tugas dia itu memang menjaga kamu. Kalau dia lalai, dia juga harus mendapatkan hukuman," kata pak Dewa agak emosi.
"Papa, Dara bukan anak kecil lagi. Sekarang Dara sudah kelas 3 SMA. Dara juga ingin pergi dengan teman-teman Dara, ke Mall dan pergi makan bersama. Bagi Papa, Kak Dicky ini pengawal Dara atau Kakak Dara?" tanya Dara kesal pada ayahnya.
"Dara, Dicky itu Kakakmu, tetapi Papa memintanya untuk melindungi kamu. Ayah ini seorang pengusaha. Banyak saingan bisnis Papa yang pasti ada yang dendam karena keberhasilan Papa. Papa tidak ingin terjadi sesuatu pada kamu, Dara," jawab pak Dewa.
"Dara mengerti kekhawatiran Papa, tetapi, Dara juga ingin menjalani kehidupan Dara seperti gadis yang lain. Papa, biarkan Dara hidup normal dan menjalani kehidupan Dara sendiri," ucap Dara sambil memohon pada Ayahnya.
"Pak, ibu rasa, apa yang dikatakan Dara ada benarnya. Dia juga gadis yang ingin menjalani masa mudanya tanpa kekangan. Walupun juga, kita tidak bisa memberikan kebebasan sepenuhnya padanya," kata Bu Desi menenangkan suaminya.
"Baiklah, Dara. Jika kamu ingin mendapatkan kebebasan, Papa akan memberikannya. Tetapi ingat, kamu harus tahu batasan-batasan sebuah kebebasan dan kamu harus bisa menjaga diri sendiri. Jangan kecewakan Papa dan Mama," kata pak Dewa sambil menarik napas panjang.
"Papa, makasih ya, Pa. Dara seneng sekali. Dara janji, Dara tidak akan membuat masalah untuk kalian," kata Dara sambil tersenyum senang.
"Ya, sekarang, masuk dan istirahatlah," kata Bu Desi sambil menepuk pundak Dara.
Dara bergegas masuk kekamarnya untuk mandi lalu berganti pakaian.
"Dicky maafkan Papa. Mulai sekarang, kamu tidak perlu lagi, secara terbuka mengawasi dia. Lakukan tanpa sepengetahuan Dara. Jangan sampai dia tahu kalau kamu sedang mengawasi dia," ucap pak Dewa kemudian.
"Baik, Pa. Dicky akan mengawasi Dara dari kejauhan," jawab Dicky sambil mengangguk.
"Dicky, maafkan Papamu, dia tadi terlalu khawatir dengan adikmu. Ibu harap kamu mengerti," kata Bu Desi.
"Dicky mengerti perasaan Papa dan Mama. Kedepannya Dicky akan menjaga adik dengan baik," jawab Dicky kemudian.
Sejak saat itu, pak Dewa dan bu Desi telah memberikan kebebasan pada Dara. Meskipun Dara diberikan kebebasan, tetapi Dara harus tetap tahu batasannya. Bagi Dara, keputusan sang ayah merupakan lampu hijau untuknya bisa mengekpresikan diri sebagai seorang gadis muda yang penuh ambisi.
Tidak banyak yang berubah dengan Dara, meski dia diberikan kebebasan oleh sang ayah. Tetapi, ketika Dara mulai memasuki bangku kuliah, pergaulan Dara dengan beberapa teman kuliahnya membuat sang ayah khawatir. Terlebih lagi, Dicky sudah tidak bisa mengawasi adiknya karena dia mulai bekerja di perusahaan pak Dewa.
Dara pergi ke sebuah Mall bersama kelima sahabatnya. Diantaranya dua temannya waktu SMA yaitu Sari dan Meri yang kebetulan masuk di universitas dan jurusan yang sama dengannya.
Diantara kelima temannya itu ada dua pria dan satu teman wanita lagi yang baru dikenalnya setelah masuk kuliah. Namanya, Nanda, Wawan dan Listi. Mereka sengaja pergi ke Mall untuk mencari beberapa barang terkait tugas kuliah.
Setelah mendapatkan apa yang mereka cari, mereka memutuskan untuk segera pulang. Tetapi langkah mereka terhenti ketika seseorang memanggil salah satu dari mereka.
"Listi ...."
Mereka berhenti bersamaan dan mereka saling berpandangan. Seorang pemuda tampan dengan tubuh atletisnya. Listi tiba-tiba langsung memeluk orang itu yang membuat mereka kaget. Mereka berpikir bahwa pria adalah kekasih Listi.
Listi akhirnya memperkenalkan pemuda itu sebagai sepupu Listi kepada Dara dan teman-temannya. Raka baru pulang dari luar negeri dan akan kuliah di kota ini. Mereka bersalaman satu persatu termasuk dengan Dara.
"Raka ...."
"Dara ...."
Tidak ada yang istimewa dengan perkenalan itu. Karena meskipun Dara sempat terpesona dengan Raka, tetapi saat ini Dara tidak ingin terlibat dalam cinta. Dia ingin fokus dalam belajar. Akan tetapi tidak dapat dia pungkiri, jika pesona Raka mampu membuatnya merasakan cinta.
Untuk merayakan kepulangan Raka, Raka mentraktir Listi dan teman-temannya untuk pergi ke sebuah cafe. Mereka menjadi akrab dan saling bercanda. Tanpa disadari Dara, Raka terus mencuri pandang ke arah Dara yang lebih banyak diam dan bermain gadgetnya.
Setelah hampir satu jam di cafe, mereka memutuskan untuk pulang.
"Dara, nanti kamu tidak usah panggil taksi. Kak Raka, rumahnya lewat rumah kamu. Jadi kamu bisa bareng dia," kata Listi sambil melirik ke arah Raka.
"Iya, Ra, daripada kamu kelamaan nunggu taksi," kata Sari.
Dara terdiam mendengar perkataan teman-temannya.
Apakah, aku harus ikut mobil Raka? Bagaimana aku bisa mengendalikan perasaan ini?" batin Dara.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
pengusaha kaya,,masa iya gak mampu menyewa bodyguard yg sebenarnya,Dicky juga punya kehidupan sendiri,dia juga perlu bebas kayak remaja dan temen2 nya di luar sana,.walaupun Dicky berhutang budi tp bukan begitu cara nya memperlaku kan Dicky,,,
2022-12-29
0
Qaisaa Nazarudin
Kasihan Dara terlalu di pingit,,
2022-12-29
0
@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️
kenapa ngga nenya bodyguard saja untuk dara, jadi tidak perlu mengkhawatir kan dara
2022-11-08
0