Want My Wife

Want My Wife

Bab. 1

Stella adalah wanita berambut gelombang yang kini berusia 26 tahun. Dia adalah gadis yang sangat sempurna di mata wanita lain. Ya, di mata wanita lain. Mereka tidak pernah tahu yang sebenarnya Stella rasakan. Mereka tidak tahu serumit apa hidup Stella saat ini. Melihatnya bersanding dengan pria terkaya di negara ini memang bisa membuat iri wanita lain. Mereka tidak tahu kalau di balik senyum manis Stella ada luka yang begitu mendalam. Ada dendam yang begitu mengerikan.

Setiap wanita pasti selalu memiliki keinginan untuk menikah. Apa lagi di usia Stella yang seperti sekarang. Memakai gaun pengantin yang di balut manik-manik dengan riasan yang membuatnya terlihat seperti barbie. Melihat banyak susunan kado di meja dan memandang senyum semua tamu undangan yang berasal dari orang terdekat kita. Memotong kue pernikahan dan berdansa di saat acara resepsi tiba. Semua adalah impian setiap wanita. Termasuk Stella.

Sebenarnya semua sudah terjadi. Semua telah ia lalui layaknya impian yang ia inginkan. Bahkan foto pernikahannya ada di dalam kamar tidurnya saat ini. Setiap malam Stella bisa melihat wajah cantiknya ketika menggunakan gaun pengantin putih tersebut.

Sayang, senyum itu luntur setiap kali Stella melihat wajah pria di sampingnya. Wajah pria yang bersanding dengannya di pelaminan malam itu. Wajah pria yang sudah resmi menjadi suami Stella. Wajah pria itu bisa di bilang telah membuat goresan luka dihidupnya.

Alby Zachary 29 tahun. Seorang pengusaha yang sukses sejak ia berusia remaja. Orangnya baik dan ramah. Semua orang sangat menyayangi dan menghormatinya. Dia sangat sabar dan yang paling penting dia tampan. Sayang, dia bukan pria yang dicintai Stella. Stella menikah dengannya karena terpaksa. Papa kandung Stella akan bunuh diri jika dia tidak mau menikah dengan Alby.

Sudah 5 tahun Stella menjalani hubungan dengan seorang pria yang sangat dia cintai. Namanya Gavin. Pria misterius yang Stella sendiri tidak tahu sebenarnya bagaimana kehidupan Gavin. Yang ia tahu, Gavin adalah seorang ketua geng mafia. The Wolf. Dia sangat tangguh. Stella sangat suka pria jagoan.

Stella merasa seperti wanita paling beruntung karena bisa mendapatkan cinta Gavin. Gavin tidak pernah membiarkan Stella bersedih apa lagi terluka. Dia memang bisa dibilang pria sempurna yang pernah Stella temui seumur hidupnya. Pahlawan super yang selalu ada ketika dibutuhkan.

Tapi, sayang. Orang tua Stella tidak pernah menyetujui hubungan mereka berdua. Sejuta cara sudah dilakukan agar Stella dan Gavin berpisah. Tapi, semua gagal. Hingga suatu ketika, Gavin mendapat masalah yang sangat besar. Ia harus menjadi buronan polisi karena kasus pembunuhan. Mau tidak mau Stella dan Gavin pun berpisah.

Papa Stella memanfaatkan masalah di antara mereka. Dia mengurung Stella di rumah hingga komunikasi antara Stella dan Gavin benar-benar terputus. Di saat yang bersamaan, Stella dikenalkan dengan Alby. Tentu saja awalnya Stella tidak suka dengan Alby. Ia justru berjuang keras mempertahankan rasa cinta yang ada di antara dirinya dan Gavin. Cinta mereka sangat kuat. Tidak ada yang bisa memisahkan mereka selain sang pencipta.

Namun, papa Stella memang tidak kenal putus asa. Bukan menunggu sampai Stella siap menerima Alby, justru pria paruh baya itu memaksanya untuk menikah dengan Alby.

Kali ini Stella tidak dapat menolak. Pria paruh baya yang biasa ia panggil papa itu berdiri di hadapannya sambil memegang pisau. Dia lebih baik baik mati daripada harus melihat Stella menikah dengan Gavin. Pria berandal yang ia pikir akan merusak masa depan putrinya.

Stella hanya memiliki papa. Mamanya sudah lama pergi sejak dia dilahirkan ke dunia ini. Kasih sayang seorang papa sangat tulus. Dia memperlakukan Stella layaknya ratu di rumah itu. Stella tidak tega melihatnya bersedih. Apa lagi sampai harus melihatnya bunuh diri dan pergi.

Dengan tetes air mata, pernikahan itu terjadi. Sebuah pernikahan yang dilaksanakan ala kadarnya. Hanya ada keluarga terdekat saja yang hadir. Resepsi mewah berlangsung di rumah Alby setelah dua hari pernikahan mereka.

Syukurnya Alby memang pria yang baik. Sudah satu Minggu usia pernikahan mereka, tapi Alby belum pernah memaksanya untuk berhubungan. Dia tahu kalau Stella sudah tidak perawan lagi. Terkadang Stella sendiri berpikir, kenapa Alby mau menerimanya? Kenapa dia mau menerima wanita bekas pria lain? Dia pria tampan yang sukses. Pasti banyak sekali wanita yang mau menjadi istrinya. Kenapa ia harus hadir di hidup Stella dan merusak hubungannya dan Gavin?

Bukan hanya pernikahan itu saja yang membuat Stella tidak bahagia. Hari ini setelah satu Minggu pernikahan, dia harus menghadiri pemakaman ayah kandungnya. Ya, setelah Stella menuruti semua permintaannya, ternyata takdir berkata lain. Papa Stella harus pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Tapi bukan karena bunuh diri. Papa Stella meninggal karena sakit jantung yang sudah ia sembunyikan sekian lama.

Papa Stella menguping pembicaraan antara Stella dan Alby. Pria paruh baya itu tahu kalau Stella sudah tidak perawan lagi. Miris sekali hidup Stella. Tadinya Stella mengatakan hal itu agar Alby menceraikannya dan membuatnya bisa kembali kepada Gavin. Justru kabar itu memisahkan dirinya dan papa untuk selama-lamanya.

***

Stella berbaring miring ke kanan menghadap ke jendela. Matanya masih bengkak karena terlalu banyak menangis. Setelah pulang dari pemakaman papa, dia tidak lagi mau keluar kamar. Bahkan makan dan minum juga tidak berselera. Bukan hanya hatinya yang kini mati rasa. Tapi inderanya yang lain juga mati rasa.

Sesekali Stella menyeka air mata yang jatuh tanpa bisa dihentikan. Dia mendengar suara pintu terbuka. Stella tahu kalau orang yang datang adalah Alby. Cepat-cepat dia pejamkan kedua matanya agar Alby berpikir dirinya sudah tidur.

Ketika langkahnya semakin dekat, Stella semakin berjuang keras mengatur nafasnya. "Aku tidak mau Alby tahu kalau kini aku sedang pura-pura tidur. Bahkan berbicara dengannya aku sudah tidak mau lagi. Satu-satunya harapanku saat ini, cerai dengannya," gumam Stella di dalam hati.

"Maafkan aku Stella. Bukan maksudku melukai hatimu. Aku akan mengabulkan semua permintaanmu, selain perceraian. Kau hanya bisa pergi dari hidupku ketika aku mati. Selama aku masih bernapas, kau hanya akan menjadi milikku. Istriku."

Ucapan Alby seperti sebuah peringatan bagi Stella. Hanya takdir kematian yang boleh memisahkan mereka. Alby memiliki banyak uang, mengurung istrinya di rumah agar tidak bertemu dengan Gavin lagi adalah hal yang sangat mudah baginya.

"Mulai sekarang hilangkan pikiran untuk menjahuiku."

Alby menarik selimut di bawah kaki dan menutup tubuh Stella hingga ke leher. Dia tidak sadar kalau Stella hanya pura-pura tidur saja. Tangannya yang dingin menyentuh dan mengusap pipi kanan Stella dengan lembut. Setelah itu dia pergi.

Sejak menikah memang mereka belum pernah tidur satu ranjang. Alby memutuskan untuk tidur di kamar tamu karena ia tahu istrinya akan jauh lebih nyaman seperti itu. Alby juga tahu kalau Stella memiliki kekasih dan meninggalkan kekasihnya begitu saja karena menikah dengannya. Bahkan Alby juga tahu kalau Stella mau menikah dengannya karena papanya mau bunuh diri.

"Kenapa Alby sangat keras kepala mempertahankanku yang jelas-jelas tidak layak untuknya," gumam Stella ketika pintu kamar kembali tertutup rapat.

Stella segera duduk di atas tempat tidur. Walau memang dia sedang bersedih, tapi tetap saja perutnya tidak mau kompromi. Seharian tidak makan dan tidak minum membuat tenaganya hilang. Bahkan kepalanya sangat pusing.

Stella melihat makanan dan minuman yang terhidang di atas meja. Ternyata Alby masuk ke dalam sambil membawa makanan dan minuman untuknya. Dia memang pria yang baik, namun tidak pernah baik di mata Stella.

"Terkadang hatiku tidak tega karena sudah menyakitinya separah ini. Dia tidak salah. Dia hanya ingin menjadi suami yang baik dan sempurna untuk istrinya. Berbeda denganku yang berusaha menjadi wanita terburuk agar segera di cerai olehnya. Tapi, bersikap baik padanya itu hanya akan membuatnya semakin berharap besar atas pernikahan ini," ujar Stella.

Stella turun dari ranjang dan mendekati sofa. Walau terasa sangat lapar dan haus, tapi tetap saja dia tidak bisa makan dan minum. Hingga akhirnya, dia putuskan untuk mandi saja. Stella lebih memilih berendam di kamar mandi. Mungkin hal itu bisa membuat hatinya kembali tenang.

Terpopuler

Comments

Kenny sihyanti

Kenny sihyanti

Alby... apa benar dia pria yg baik utk Stella ?

2022-12-27

0

Riyanti

Riyanti

Sambil nunggu up Novel Generasi ke 3.. aku baca novel ni dulu.. Seru juga 😍

2022-11-09

0

Efristika🐳

Efristika🐳

Bagus, aku suka sama ceritanya 👍
Bikin penaran 😁😁

2022-11-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!