Pagi yang indah. Stella sudah selesai mandi dan kini berjalan menuju lantai bawah. Setiap pagi sebagai istri Alby Zachary, ia harus ada di meja makan untuk sarapan bersama. Bisa dibilang di rumah Alby sarapan bersama adalah sebuah rutinitas yang tidak bisa dilewatkan. Kecuali ada hal mendesak yang harus memaksa untuk tidak sarapan bersama.
"Stella, bagaimana tidurmu?"
Stella menahan langkah kakinya saat suara Alby tiba-tiba terdengar dari belakang. Karena berjalan sambil menunduk dan melamun, ia tidak lagi menyadari kehadiran Alby di belakangnya.
"Biasa saja," ketus Stella dengan wajah jutek. Namun, lagi-lagi Alby tidak menyerah. Ia justru memegang pergelangan tangan Stella dan membawanya berjalan bersama menuju meja makan.
"Hati-hati. Tangganya bisa mencelakaimu jika kau berjalan sambil cemberut seperti itu." Walau ingin menolak, tapi genggaman Alby sangat sulit di lepas. Hingga akhirnya Stella pasrah saja dan menurut untuk berjalan beriringan dengannya.
Setibanya di meja makan, Stella melihat mertua dan adik iparnya yang sudah ada di sana. Seperti biasa, mereka berdua menatap Stella dengan begitu sinis.
Di rumah ini hanya Alby yang bisa menerima kehadiran Stella. Sisanya justru memandangnya seperti benda kotor yang harus diletakkan di tong sampah. Apa lagi sejak mereka semua tahu kalau Stella tidak perawan lagi.
"Pagi, ma." Alby menyapa ibu kandungnya sebelum menarik kursi untuk Stella duduk. Sedangkan Stella memilih diam tanpa mau menyapa dan duduk di kursi yang telah disediakan. Stella bersikap cuek walaupun kini ada dua pasang mata yang menatapnya dengan begitu tajam.
"Ma, jeruknya asem banget ya." Adik kandung Alby yang bernama Marta mulai berulah.
Stella tahu kalau buah yang dimakan Marta tidak mungkin masam. Dia sengaja mengatakan hal itu karena ingin memancing amarahnya saja.
"Iya, ni. Masam banget ya sayang. Padahal sebelum dia datang semua terasa manis," sambung Ny. Zachary sambil melirik ke arah Stella sebelum tertawa meledek.
"Ma, Alby mohon. Mama harus bisa menerima Stella sebagai istri Alby," ucap Alby dengan suara memohon.
"Menerimanya?" Wanita berusia 55 tahun itu terlihat jijik memandang Stella. "Lebih baik mama tidak memiliki menantu daripada harus menerima wanita sampah seperti ini sebagai menantu mama," ketusnya tanpa mau memikirkan perasaan Stella saat ini.
"Cukup ma!" teriak Alby. "Stella istri Alby. Apapun keadaannya, dia tetap istri Alby!" Alby mulai marah.
Perdebatan ini memang bukan pertama kalinya terdengar. Stella sendiri tahu mertuanya itu hanya ingin membuatnya sakit hati dan tidak nyaman tinggal di rumah itu. Wanita paruh baya itu juga berharap agar Stella kabur dengan sendirinya. Tapi sayang, bukan sakit hati justru Stella mendukung perdebatan itu.
"Semoga saja perdebatan mereka kali ini bisa membuahkan hasil. Perceraian antara aku dan Alby adalah hasil yang aku inginkan," gumam Stella di dalam hati.
Sambil mendengarkan Alby dan mertuanya berdebat tidak jelas Stella memutuskan untuk meletakkan selai strawberry di atas roti. Tentunya dengan wajah masa bodoh. Bahkan Stella mengeluarkan lirikan lagu dari bibirnya.
"Kau memang wanita tidak tahu diri! Bisa-bisanya kau bersikap setenang itu ketika suami dan ibu mertuamu bertengkar!"
Marta menatap Stella dengan geram. Namun Stella masih tetap cuek bebek. Ia memasukkan roti ke dalam mulutnya dan mengunyahnya secara perlahan. Menikmati setiap gigitan selai dan roti yang melebur di dalam mulutnya.
"Wanita jala*ng!" Kali ini bukan hanya umpatan saja. Marta melempar pisau yang ada di genggamannya ke arah Stella. Walau lemparanya meleset. Tetapi jika pisau tadi berhasil menyentuh wajah Stella, tentu saja wajahnya bisa cacat.
Stella melirik pisau yang jatuh ke lantai di belakangnya. Ia meletakkan roti yang sempat di genggam dan membalas tatapan Marta dengan tatapan yang tidak kalah menyeramkan.
BRAKKK
Stella berdiri dan menggebrak meja makan. Tidak peduli kalau di sana ada orang yang lebih tua darinya. Gebrakan itu berhasil membuat perdebatan antara Alby dan Ny. Zachary berakhir.
"Tante, sejak awal Tante tahu sendiri kalau saya tidak pernah rela menjadi istri putra Anda. Sudah berulang kali saya meminta cerai. Tapi, anda tahu sendiri kalau putra Anda tidak mau menceraikan saya. Jadi, jika Tante tidak suka dengan saya. Tante tidak perlu repot-repot menyalahkan saya. Karena orang yang seharusnya di salahkan adalah dia!" tunjuk Stella ke arah Alby.
"Dan untukmu Marta. Semoga saja kau bisa menikah dengan pria yang kau cintai. Tapi, aku berharap kau menikah dengan pria yang tidak kau cintai. Dengan begitu kau tahu, bagaimana rasanya ada di posisiku. Oh ya, kau tadi sempat bilang apa? Wanita jala*ng?" Stella melipat kedua tangannya di depan dada. "Bukankah kau juga sering tidur dengan kekasih bule mu itu?" sindir Stella dengan senyuman tipis. Wanita itu pergi begitu saja setelah puas membalas cacian mertua dan adik iparnya.
Marta hampir saja mati kutu. Namun, ia tidak mau kalah dan berusaha menang dari perdebatan kali ini. Ia menatap wajah ibunya dan memegang tangannya dengan mata berkaca-kaca.
"Mommy, itu tidak benar. Wanita itu ingin membuat kita bertengkar mom," rengeknya.
"Mommy tidak akan percaya dengan apa yang dia katakan. Tenang sayang. Mommy percaya padamu," jawab Ny. Zachary sambil memeluk erat putrinya.
Tidak peduli dengan situasi yang selanjutnya terjadi di sana. Stella memutuskan untuk mengambil kunci mobil dan berjalan santai menuju ke arah pintu utama.
"Stella!" Alby mengejarnya dan menahan langkah kakinya. Dia memegang lengan Stella dengan erat dan mencegahnya pergi.
"Lepaskan!" Stella berusaha menghempaskan tangan Alby.
"Mau ke mana? Sarapan dulu."
"Aku tidak lapar!"
"Stella, mama memang seperti itu. Kau harus terbiasa dengan perkataannya. Aku yakin, cepat atau lambat mama akan bisa menerimamu sebagai menantunya."
Stella tertawa kecil mendengar pernyataan Alby. Pria itu bersikap seperti pria bodoh. Jelas-jelas dia tahu kalau hal itu bukan hal yang Stella harapkan saat ini. Tetapi masih juga melakukan pembelaan.
"Tuan Alby Zachary yang terhormat! Anda pasti tahu di mana titik permasalah yang terjadi di antara kita. Anda juga tahu bagaimana solusinya. Jadi, untuk mengurangi dosa anda karena sudah menentang ibu kandung anda sendiri, sebaiknya anda ceraikan saja saya. Mungkin memang seperti itu yang terbaik," ucap Stella dengan senyuman manis.
"Tidak! Kau pasti tahu jawabannya akan selalu tidak!" ketus Alby tidak terima.
"Tapi kenapa?" teriaknya lagi.
"Karena aku-"
Alby menahan kalimatnya. Ia seperti ingin mengatakan sebuah pernyataan yang sangat penting. Tapi, apa? Alby menahan kalimatnya di saat Stella hampir saja mengetahuinya.
"Karena apa? Karena Anda belum puas melihat saya menderita?"
Alby menghela napas. "Stella sayang, masuk ke kamar ya. Jangan keluar hari ini. Suasana hatimu sedang kacau. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu." Alby memasang senyuman manis di bibirnya. Dia memang terlihat seperti pria yang aneh.
"Enggak! Aku mau pergi!" berontak Stella sembari melangkah.
"No no no." Tiba-tiba saja Alby mengangkat tubuh Stella dan meletakkannya di pundak kanan. Kepala Stella terbalik dan rambut panjangnya menutupi wajah. Stella terus saja berontak hingga sendal yang ia kenakan terlepas. Bahkan karena teriakannya sangat kencang, suaranya terdengar memenuhi sudut ruangan rumah luas itu.
"Alby, lepaskan!"
Alby berhenti sejenak. "Bi, siapkan sarapan dan antar ke kamar." Perintah Alby kepada pembantu yang kebetulan berdiri di dekat tangga.
Setelah itu Alby melanjutkan langkah kakinya. Ia berjalan sangat santai seolah teriakan dan pukulan yang Stella berikan tidak ada apa-apanya.
"Lepaskan! Apa yang mau kau lakukan?" ledek Alby di sepanjang jalan. "Kau mau kabur?"
"Aku bebas melakukan apapun yang aku suka!"
"Aku tidak mau istriku terluka. Maka dari itu, aku putuskan hari ini tidak masuk kerja dan menghabiskan waktuku seharian bersama istri tercinta."
"Apa maksudnya? Menghabiskan waktu seharian denganku?" gumam Stella di dalam hati. Kedua matanya melebar.
Memang selama menikah Stella dan Alby belum pernah melakukan hubungan yang seharusnya dilakukan sepasang suami istri. Akankah hari ini semua akan terjadi. Jika memang benar, apa yang bisa dilakukan Stella? Sementara pria yang ingin menyentuhnya adalah suaminya sendiri. Pernikahan mereka sah di mata agama dan negara. Pemaksaan yang akan dilakukan Alby juga tidak bisa di bilang kasus kriminal.
"Demi apapun. Alby, lepaskan aku. Aku mohon." Stella semakin berteriak histeris. Tetapi Alby justru tertawa. Ia mempercepat langkah kakinya menjejaki anak tangga.
"Aku benar-benar sial hari ini. Jika tahu akhirnya akan seperti ini, sejak tadi aku diam saja dan menghabiskan sarapan pagi ku di meja makan. Bukankan semua akan baik-baik saja jika aku bersikap masa bodoh seperti yang aku lakukan selama ini," gumam Stella menyalahkan dirinya sendiri.
"Alby lepaskan!"
"No, honey. Kau sudah semakin nakal. Suamimu ini akan mendidikku menjadi istri yang baik."
"Alby, lepaskan. Aku mohon!"
Alby justru memukul bokong Stella beberapa kali sebelum merem*asnya dengan gemas.
Stella melotot kaget. "Dia benar-benar sangat menjengkelkan. Aku tidak menyangka jika dia akan seberani ini. Padahal selama ini ia memperlihatkan sikapnya yang sopan dan lembut. Bisa-bisanya pagi ini dia terlihat seperti pria mesum yang menjengkelkan."
"Saatnya bersenang-senang Stella sayang …."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Kenny sihyanti
Penasaran
2022-12-27
0
Riyanti
Apakah yg ngambil perawan Stella tu.. Albi sendiri 🤔😁😁😁
2022-11-09
0