Bab. 4

Alby turun ke bawah dan langsung menuju ke pintu utama. Dia melirik jam di pergelangan tangannya lalu melangkah lebih cepat lagi. Sepertinya dia sedang mengejar sesuatu. Karena ada konflik dengan Stella, dia jadi terlambat.

"Kita ke bandara sekarang," perintah Alby kepada supir yang sudah menunggunya di depan sana. Setelah Alby masuk dan duduk, supir itu juga segera masuk dan mengemudikan mobilnya. Alby mengambil ponselnya dan menekan nomor seseorang. Pria itu memandang ke luar sambil menunggu panggilan telepon itu tersambung.

"Bagaimana? Apa kalian sudah berhasil mendapatkan informasi tentang dia?"

"Belum, Tuan."

"Bagaimana kalian ini? Kenapa lama sekali! Aku tidak mau tahu. Secepatnya kalian harus berhasil mendapatkan informasi yang aku minta!" Alby memutuskan panggilan teleponnya secara sepihak dengan ekspresi wajah menahan emosi. Pria itu terlihat sangat kecewa dengan hasil kerja orang bayarannya. Biasanya mereka selalu bisa diandalkan. Kenapa sekarang mereka bisa sangat mengecewakan?

Tiba-tiba supir menurunkan laju mobilnya sebelum akhirnya berhenti. Alby yang masih kesal memandang ke depan dengan alis saling bertaut. Ada banyak sekali mobil yang berbaris di depan mobil mereka.

"Ada apa? Bukankah biasanya di daerah sini tidak ada lampu merah?" tanya Alby sambil mencari-cari apa yang sudah menghalangi jalan mereka.

"Sepertinya ada kecelakaan, Tuan," jawab sang supir. "Saya akan memeriksanya."

"Jangan lama-lama!" ucap Alby sebelum pria itu mengambil ponselnya. Dia memandang foto Stella yang sudah dijadikan foto profil. Pria itu tiba-tiba tersenyum ketika membayangkan wajah ketakutan Stella ketika di kamar tadi.

"Dia benar-benar ketakutan tadi. Padahal itu bukan yang pertama baginya." Alby memandang ke depan sambil mengingat sesuatu. Pria itu memasukkan ponselnya ke dalam saku. Tiba-tiba pikirannya menjadi tidak karuan ketika kenangan masa lalunya kembali muncul dan mengganggu pikirannya.

Supir yang tadi pergi sudah masuk kembali. Alby hanya bisa diam sambil menunggu penjelasan dari supir itu.

"Ada kecelakaan di depan, Tuan. Macetnya sangat parah. Sepertinya kita tidak bisa tiba di badara tepat waktu," ucap supir itu apa adanya.

Alby memandang lagi jam di pergelangan tangannya. Pria itu hanya bisa mengeluh tanpa tahu harus bagaimana. Mereka hanya memiliki waktu 10 menit sebelum pesawat berangkat. Melihat posisi mereka yang sekarang dikelilingi kendaraan dari segala penjuru membuat Alby mengurungkan niatnya untuk pergi ke luar kota.

"Batalkan saja. Pesankan taksi. Aku lebih baik pulang saja daripada harus menunggu di sini." Alby mengambil ponselnya untuk memberi kabar orang yang akan ia temui hari ini. Pertemuan mereka harus dibatalkan karena ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Sebenarnya sejak awal memang Alby tidak terlalu bersemangat untuk meninggalkan istrinya ke luar kota. Tetapi, mau bagaimana lagi? Dia juga tidak mau mengecewakan rekan bisnis.

"Tuan, saya sudah memesan taksi online untuk anda. Taksinya akan tiba 5 menit lagi. Saya memintanya untuk menunggu di halte bis yang ada di seberang jalan sana." Supir itu menunjuk ke arah halte bis yang kini ada di seberang jalan. Alby mengikuti arah yang di tunjuk supir itu. Tanpa berpikir lama, dia segera turun dari mobil. Alby memandang ke kanan ke kiri sebelum menyebrang jalan. Pria itu tidak membawa tas kerjanya.

Supir yang tadi bersama Alby hanya bisa geleng-geleng kepala. Pria itu melajukan mobilnya sedikit demi sedikit ketika mobil di depan juga sudah bergeser dari posisinya semula.

Terpopuler

Comments

Riyanti

Riyanti

Wait...!!! Kenangan masalalu..?! 🤔

2022-11-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!