Bab. 3

Ketika tiba di kamar, Alby mengunci pintu kamar. Padahal jelas-jelas tadi dia memesan sarapan pagi kepada pembantu yang bekerja di rumah. Namun kini ia tidak memberi jalan kepada para pelayan untuk masuk ke kamar. Stella tidak tahu lagi harus bagaimana jika hal buruk itu benar-benar harus terjadi.

"Alby! LEPASKAN!"

Alby melempar tubuh mungil Stella di atas ranjang. Tubuh Stella terpental beberapa kali sebelum akhirnya Stella merasa pusing. Namun, ia tidak tinggal diam. Stella berangsur mundur untuk menjauh sejauh mungkin dari Alby.

Stella takut jika hal buruk yang baru saja ia pikirkan akan segera terjadi. Sambil menatap wajah Alby, Stella menarik selimut dan menutup seluruh tubuhnya. Jika masih memiliki kesempatan, ingin sekali Stella masuk ke kamar mandi dan melindungi dirinya di dalam sana.

"Apa yang ingin kau lakukan, Alby!" Suara Stella mulai serak. Walau dia bertingkah sok berani, tetapi tetap saja di dalam hatinya kini sedang ketakutan. Kekuatan yang ia miliki tidak akan sebanding dengan kekuatan Alby. Ia yakin, sekuat apapun untuk berontak akhirnya akan kalah juga.

Alby tersenyum tipis. Ia melonggarkan dasi yang ada di leher. Melihat wajah Stella yang ketakutan seperti itu, membuatnya lebih bersemangat mengerjai sang istri. Secara perlahan, pria itu berjalan mendekati. Tentu saja hal itu membuat perasaan Stella semakin tidak karuan.

"Stop!" teriak Stella histeris. Ia meletakkan tangannya ke depan agar bisa mencegah tubuh Alby menyentuh tubuhnya.

"Stop?" Alby menahan langkah kakinya. Ia terlihat tidak peduli.

Alby segera naik ke atas tempat tidur dan menarik paksa selimut yang di genggam Stella. Melemparnya ke lantai begitu saja. Tangan Stella yang sedang menghalangi ia tarik dan ia letakkan di atas kepala Stella. Mengunci kedua tangan wanita itu agar tidak banyak berontak lagi.

"Alby, lepaskan!" Stella kembali berontak menggunakan kaki dan tubuhnya. Terlebih lagi ketika Alby mencengkram kedua tangannya. Secara paksa Alby menindin Stella di atas ranjang. Lalu, pria itu mencium leher Stella dengan posisi mengunci tangan dan kakinya.

"Stttt. Diamlah. Ada hal penting yang ingin aku katakan." Awalnya Alby hanya ingin bercanda. Tetapi, setelah bibirnya mendarat di leher jenjang sang istri. Hasratnya mulai bangkit. Pria itu ingin lebih. Untuk beberapa saat niat kotor itu memenuhi pikirannya. Bahkan dia tidak peduli kalau harus melakukannya secara paksa.

"Aku mohon. Kau pernah bilang tidak akan memaksaku dan menungguku sampai siap. Aku belum siap Alby. Malam itu membuatku trauma," lirih Stella.

Alby mematung mendengar rintihan Stella. Ia mengangkat kepalanya untuk menjauh dari leher yang membuatnya candu. Pria itu menatap wajah Stella dalam-dalam. Buliran bening yang menggenang di manik Stella membuat hati Alby seperti teriris perih.

"Trauma apa Stella?"

Stella masih belum bisa tenang. Ia terus saja berontak agar bisa terlepas dari cengkraman Alby. Sama sekali tidak menghiraukan pertanyaan Alby.

"Pergi pria breng*sek! Menjauh dari tubuhku!" umpat Stella. Ia tidak mau Alby terus saja memaksanya mengungkit masa lalu itu. Hingga akhirnya Stella memutuskan untuk memaki sang suami. Makian Stella membuat wajah Alby kembali memerah karena marah.

Hingga akhirnya, tiba-tiba saja Alby meletakkan bibirnya di telinga kanannya. Wanita itu terdiam ketika embusan napas hangat Alby terasa begitu menggairahkan.

"Stella sayang, dengarkan aku. Berhentilah marah-marah seperti tadi. Apa kau tahu, setiap kali kau marah dan berteriak. Gairahku langsung bangkit. Itu sangat sulit untuk dikendalikan. Aku sangat menginginkanmu. Tapi, aku tahu kau tidak akan mau memberikannya. Maka dari itu jangan pancing gairahku dengan sikapmu yang menggemaskan itu," bisik Alby sambil mencium aroma rambut sang istri.

"Alby, menjauhlah!"

"Mau marah lagi?" ancam Alby.

"Tidak!" ketus Stella. Ia memalingkan wajahnya ke sisi kanan.

"Berkatalah dengan lembut atau aku akan melanjutkannya," ancam Alby dengan senyum penuh kemenangan.

Stella tidak memiliki pilihan lain. Ia menarik napasnya dalam-dalam untuk membuang sumpah serapah yang sudah berkumpul di ujung bibir.

"Sudah ada pria lain di hatiku. Jangan memaksaku untuk seperti ini Alby. Kau tahu semua itu bahkan sebelum kita menikah," jawab Stella. Namun dengan nada yang jauh lebih lembut di bandingkan sebelumnya.

"Stella sayang, aku tahu jika saat ini masih ada nama pria lain di dalam hatimu. Tapi aku yakin, suatu saat nanti hanya ada namaku di dalam hatimu. Aku suamimu." Alby terlihat sangat percaya diri dengan ucapannya.

Stella membisu. Ia tidak tahu cara apa lagi yang harus ia gunakan untuk membuat Alby membenci dirinya bahkan menceraikannya. Alby beranjak dari tubuh Stella. Pria itu membelakangi Stella untuk merapikan penampilannya yang berantakan.

"Oh ya, satu lagi. Gunakanlah pakaian yang tertutup. Di rumah ini ada banyak pria. Bukan aku saja. Aku tidak suka tubuh istriku di tonton pria lain. Aku akan meminta pelayan untuk membuang semua pakaian pendek mu yang ada di lemari."

"Kau tidak bisa mengaturku seperti ini. Apa kau lupa kalau-"

"Kau mau mencobanya sekarang? Apa kau tidak bisa membedakan kapan seorang pria sedang bergairah dan kapan ia sedang marah? Hemm?" Kali ini sorot mata Alby berkabut hingga membuat Stella merinding ketakutan.

"Tidak!" jawab Stella.

Stella memalingkan wajahnya. Ia memang tahu kalau kini Alby sangat bergairah. Untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, Stella memutuskan untuk menurut saja. Toh hanya pakaian. Memakai pakaian panjang atau tertutup tidak akan membuat rasa cintanya dengan Gavin berkurang.

"Mulai sekarang, kemanapun kau pergi kau harus pergi bersama denganku!" ujar Alby sebelum melangkah. Ia terus menunggu kalimat berontak dari Stella. Namun, sudah beberapa meter melangkah Stella tidak lagi berteriak.

"Diam itu aku anggap setuju. Terima kasih, Stella," jawab Alby penuh kemenangan.

Alby melangkah ke arah pintu. Tidak lama setelah pintu terbuka, beberapa pelayan berbaris dengan sarapan di tangan mereka. Stella juga segera duduk di atas ranjang. Ia tidak mau pelayan berpikir yang aneh-aneh tentang dirinya dan Alby. Di tambah lagi, penampilan Stella yang acak-acakan dan dasi Alby yang longgar.

"Aku akan kembali beberapa menit lagi. Habiskan sarapanmu. Jangan cegah para pelayan yang ingin membereskan pakaian di lemari," ancam Alby sambil menyunggingkan senyuman

Walau dalam keadaan tersenyum, tetap saja pria itu terlihat sangat menyeramkan.

Stella memandang ke jendela sambil mengatur napasnya yang terputus-putus. Ia bahkan tidak mau melihat Alby yang kini meninggalkan kamar. Tubuhnya kembali berbaring di ranjang mencari posisi yang nyaman. Masih terbayang jelas tingkah laku Alby beberapa menit yang lalu.

"Hampir saja! Aku tidak bisa terus-terusan memancingnya seperti ini. Jika hal itu sampai terjadi, aku tidak memiliki alasan lagi untuk cerai darinya!" gumam Stella di dalam hati.

Melihat sarapan pagi yang sudah tertata rapi di atas meja membuat Stella segera beranjak dari ranjang dan melahap habis sarapan paginya. Ancaman Alby beberapa menit yang lalu berhasil membuatnya takut dan menurut hari ini.

Terpopuler

Comments

Wahyu

Wahyu

lanjut kak💪💪💪💪🤭🤭🤭🤭🤭

2022-11-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!