Pernikahan Tanpa Restu
"Mas Indra, sekarang kita sudah menikah. Dan aku harap, kamu mau tidak menghilang dan meninggalkanku!" lirih Tania, wanita berusia 25 tahun yang baru saja berubah status.
"Sayang, aku tidak akan meninggalkanmu. Kita pergi ke desa ini untuk memulai kehidupan yang baru!" titah Indra, pria berusia 28 tahun. Pria yang memiliki paras tampan dan tubuh tegap serta berotot.
"Terimakasih. Aku sangat mencintaimu, Mas!" ucap Tania.
"Aku juga sangat mencintaimu, Tan. Tapi, setelah ini aku tidak bisa berdiam diri di rumah saja. Walaupun, kita mempunyai tabungan, tapi kita tidak bisa mengandalkan tabungan kita terus-menerus."
"Kamu benar, Mas! Bagaimana, kalau kita beli saja kebun yang berada di belakang rumah. Aku dengar dari Pak RT, kalau kebun itu mau di jual. Kita bisa tanam sayur-sayuran serta buah-buahan untuk kita berbisnis!" saran Tania menjatuhkan pantatnya di sofa rumah yang beberapa hari yang lalu baru di belinya.
"Ide yang bagus. Kita coba berbisnis sayur-sayuran. Tapi, kamu tidak apa-apa, jika kita membeli kebun itu menggunakan tabungan kita? Tabungan kita bisa menipis, Tan?"
"Tidak apa-apa, Mas! Kita sudah berjanji, kan? Kalau kita akan hidup bersama dalam keadaan apapun. Semoga saja, ini jalan untuk kita, Mas! Semoga saja, dengan cara kita berkebun, kita bisa sukses, Mas! Dan kalau kita sukses, ibu serta ayahmu mau menerimaku menjadi istrimu!" ujar Tania.
"Semoga saja, sayang!" jawab Indra menci um kening wanita yang sudah menjadi istrinya. "Tapi, kalau ibu tetap menjodohkanku dengan wanita lain bagaimana?" goda Indra membuat Tania mencubit lengan suaminya.
"Aw ... sayang, sakit!" pekik Indra.
"Sakit, ya, Mas! Rasain, memangnya enak! Kita nikah belum ada sehari, dan kamu sudah berani bilang seperti itu! Awas saja, nanti malam kita tidur terpisah. Kamu tidur di luar dan aku tidur di kamar." kesal Tania beranjak berdiri.
"Jangan dong, sayang! Ini kan moment malam pertama kita!" rengek Indra meraih tangan istrinya, "Aku minta maaf, deh!" sambungnya lagi.
"Aku marah denganmu, Mas!"
"Jangan marah, sayang! Aku janji, aku tidak akan bicara seperti itu lagi. Wanita yang aku cintai hanya Tania Putri tidak ada yang lain!" ucap Indra membuat Tania tersipu malu.
"Aku tidak percaya, Mas!" jawab Tania.
Indra menarik tubuh istrinya agar duduk di pangkuannya. "Kalau tidak percaya, aku harus membuktikan dengan cara apa? Oh, aku tahu. Kelihatannya, aku harus buat istriku yang cantik ini hamil anakku. Agar istriku ini percaya, kalau aku sangat mencintai istriku!" goda Indra mencubit gemas pipi istrinya.
"Mas, sakit tahu! Aku tidak mau pipiku jadi mengembang karena ulahmu, ya!" kesal Tania.
"Jadi, kamu mau nya apa? Kamu mau perutmu yang mengembang, okeh! Aku turuti. Kita ke kamar sekarang juga!" ucap Indra menggendong tubuh Tania.
"Apa sih, Mas! Ini masih sore! Aku juga baru selesai mandi. Jangan aneh, Mas! Aku harus bikin makan malam untukmu. Cepat turunkan aku, Mas! titah Tania.
"Aku akan turunkan kamu di kamar nanti." jawab Indra masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuh istrinya ke atas kasur yang empuk.
"Mas, jangan aneh-aneh. Aku malu! Ini masih sore!" titah Tania.
"Kenapa harus malu, Hem? Aku ini suamimu. Dan aku ingatkan lagi tugas seorang istri. Tugas seorang istri itu--"
"Tapi bukan sekarang, Mas! Bagaimana kalau ada tetangga yang datang." potong Tania.
"Sudahlah, sayang. Mereka sudah tahu, apa yang sedang kita lakukan. Mereka tidak mungkin datang, memangnya mereka tidak pernah merasakan masa-masa seperti ini!" jawab Indra.
"Ya, sudah. Aku harus buatkan makan malam untukmu, dulu!" titah Tania.
"Tidak perlu. Aku akan menyantapmu. Jangan menolak, Tan!" pinta Indra.
"Bukannya aku menolak, Mas! Tapi aku malu. Kita belum pernah melakukan hal ini!"
"Maka dari itu, aku tahu kamu belum pernah melakukan ini. Jadi, aku mau kita memulai permainan di sore hari," jawab Indra.
"Apa bedanya di malam hari atau sore hari, Mas? Kamu ini, makin aneh saja!" kekeh Tania saat merasakan hembusan napas hangat dari hidung suaminya yang sudah bersembunyi di ceruk lehernya.
"Kau tahu, Tan. Aku sangat mencintaimu, tidak ada wanita yang mampu menggantikanmu dalam hatiku. Aku rela menikah tanpa restu dari orang tuaku, asalkan aku menikah denganmu. Jangan kecewakan aku, jangan tinggalkan aku di saat aku susah. Aku tahu, sekarang aku tidak mempunyai perusahaan, aku bukan pria kaya raya seperti dulu. Aku hanya pria miskin yang ingin memulai hidup baru dengan wanita yang aku cintai, Tan!" lirih Indra memeluk erat tubuh wanita yang berada di bawahnya.
"Mas, aku berjanji, aku tidak akan meninggalkanmu. Aku juga sangat mencintaimu. Ya, aku tahu, kita salah, Mas! Kita menikah secara diam-diam karena ibumu yang tidak suka denganku. Tapi aku bisa apa, Mas? Hidup sebatang kara, orang tuaku sudah tidak ada dan aku tidak punya satupun saudara. Aku berjuang mati-matian untuk hidupku sendiri. Maafkan aku, aku sudah membuatmu susah. Aku akan menemanimu dalam keadaan apapun!" jawab Tania membalas pelukan suaminya.
"Jadi, kamu siap melakukan ini denganku, Tan? Kita bisa lakukan lagi di malam hari?" goda Indra sambil menatap wajah istrinya yang tersipu malu.
"Aku tidak percaya, suamiku ternyata jago merayu wanita!" kekeh Tania.
"Dan wanita yang pernah aku rayu, hanya kamu Tan! Tidak ada lainnya!" jawab Indra menci um kening istrinya lembut. "Baru pembukaan!" ucapnya setelah melepaskan kecupan singkat di kening istrinya.
"Ya Tuhan. Berdiri, Mas! Aku haus, aku mau minum dulu! Percuma aku buatkan kamu teh hangat ujung-ujungnya tidak kamu minum!"
"Aku mau minum yang lain, sayang. Dan kamu tidak perlu alasan lagi. Aku tahu, kamu sedang alasan kan? Agar kabur dariku?" ucap Indra.
"Mas kamu--" ucapan Tania terhenti saat merasakan bibir di bungkam oleh bibir suaminya.
Akhirnya, apa yang seharusnya terjadi di malam hari, terjadi juga di sore hari.
Tania sangat menikmati permainan suaminya yang begitu lembut. Bahkan dirinya tidak merasakan sakit yang berlebihan saat sesuatu panjang dan besar masuk ke dalam lubangnya yang terasa sempit.
Cukup lama mereka saling memadu kasih. Sampai di mana, tubuh Indra ambruk di atas tubuh Tania.
"Mas, tubuhmu berat. Jangan tidur di atasku!" titah Tania.
"Siapa yang tidur, aku baru saja menikmati surga dunia!" jawab Indra menci um kening istrinya, "Terimakasih sudah menjaga semua tubuhmu untukku!" ucap Indra.
"Sudah menjadi kewajibanku untuk menjaga kehormatanku, Mas! Sekarang, aku mau mandi lagi. Karena ulahmu, aku harus mandi lagi!" jawab Tania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments