NovelToon NovelToon

Pernikahan Tanpa Restu

Bab 1

"Mas Indra, sekarang kita sudah menikah. Dan aku harap, kamu mau tidak menghilang dan meninggalkanku!" lirih Tania, wanita berusia 25 tahun yang baru saja berubah status.

"Sayang, aku tidak akan meninggalkanmu. Kita pergi ke desa ini untuk memulai kehidupan yang baru!" titah Indra, pria berusia 28 tahun. Pria yang memiliki paras tampan dan tubuh tegap serta berotot.

"Terimakasih. Aku sangat mencintaimu, Mas!" ucap Tania.

"Aku juga sangat mencintaimu, Tan. Tapi, setelah ini aku tidak bisa berdiam diri di rumah saja. Walaupun, kita mempunyai tabungan, tapi kita tidak bisa mengandalkan tabungan kita terus-menerus."

"Kamu benar, Mas! Bagaimana, kalau kita beli saja kebun yang berada di belakang rumah. Aku dengar dari Pak RT, kalau kebun itu mau di jual. Kita bisa tanam sayur-sayuran serta buah-buahan untuk kita berbisnis!" saran Tania menjatuhkan pantatnya di sofa rumah yang beberapa hari yang lalu baru di belinya.

"Ide yang bagus. Kita coba berbisnis sayur-sayuran. Tapi, kamu tidak apa-apa, jika kita membeli kebun itu menggunakan tabungan kita? Tabungan kita bisa menipis, Tan?"

"Tidak apa-apa, Mas! Kita sudah berjanji, kan? Kalau kita akan hidup bersama dalam keadaan apapun. Semoga saja, ini jalan untuk kita, Mas! Semoga saja, dengan cara kita berkebun, kita bisa sukses, Mas! Dan kalau kita sukses, ibu serta ayahmu mau menerimaku menjadi istrimu!" ujar Tania.

"Semoga saja, sayang!" jawab Indra menci um kening wanita yang sudah menjadi istrinya. "Tapi, kalau ibu tetap menjodohkanku dengan wanita lain bagaimana?" goda Indra membuat Tania mencubit lengan suaminya.

"Aw ... sayang, sakit!" pekik Indra.

"Sakit, ya, Mas! Rasain, memangnya enak! Kita nikah belum ada sehari, dan kamu sudah berani bilang seperti itu! Awas saja, nanti malam kita tidur terpisah. Kamu tidur di luar dan aku tidur di kamar." kesal Tania beranjak berdiri.

"Jangan dong, sayang! Ini kan moment malam pertama kita!" rengek Indra meraih tangan istrinya, "Aku minta maaf, deh!" sambungnya lagi.

"Aku marah denganmu, Mas!"

"Jangan marah, sayang! Aku janji, aku tidak akan bicara seperti itu lagi. Wanita yang aku cintai hanya Tania Putri tidak ada yang lain!" ucap Indra membuat Tania tersipu malu.

"Aku tidak percaya, Mas!" jawab Tania.

Indra menarik tubuh istrinya agar duduk di pangkuannya. "Kalau tidak percaya, aku harus membuktikan dengan cara apa? Oh, aku tahu. Kelihatannya, aku harus buat istriku yang cantik ini hamil anakku. Agar istriku ini percaya, kalau aku sangat mencintai istriku!" goda Indra mencubit gemas pipi istrinya.

"Mas, sakit tahu! Aku tidak mau pipiku jadi mengembang karena ulahmu, ya!" kesal Tania.

"Jadi, kamu mau nya apa? Kamu mau perutmu yang mengembang, okeh! Aku turuti. Kita ke kamar sekarang juga!" ucap Indra menggendong tubuh Tania.

"Apa sih, Mas! Ini masih sore! Aku juga baru selesai mandi. Jangan aneh, Mas! Aku harus bikin makan malam untukmu. Cepat turunkan aku, Mas! titah Tania.

"Aku akan turunkan kamu di kamar nanti." jawab Indra masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuh istrinya ke atas kasur yang empuk.

"Mas, jangan aneh-aneh. Aku malu! Ini masih sore!" titah Tania.

"Kenapa harus malu, Hem? Aku ini suamimu. Dan aku ingatkan lagi tugas seorang istri. Tugas seorang istri itu--"

"Tapi bukan sekarang, Mas! Bagaimana kalau ada tetangga yang datang." potong Tania.

"Sudahlah, sayang. Mereka sudah tahu, apa yang sedang kita lakukan. Mereka tidak mungkin datang, memangnya mereka tidak pernah merasakan masa-masa seperti ini!" jawab Indra.

"Ya, sudah. Aku harus buatkan makan malam untukmu, dulu!" titah Tania.

"Tidak perlu. Aku akan menyantapmu. Jangan menolak, Tan!" pinta Indra.

"Bukannya aku menolak, Mas! Tapi aku malu. Kita belum pernah melakukan hal ini!"

"Maka dari itu, aku tahu kamu belum pernah melakukan ini. Jadi, aku mau kita memulai permainan di sore hari," jawab Indra.

"Apa bedanya di malam hari atau sore hari, Mas? Kamu ini, makin aneh saja!" kekeh Tania saat merasakan hembusan napas hangat dari hidung suaminya yang sudah bersembunyi di ceruk lehernya.

"Kau tahu, Tan. Aku sangat mencintaimu, tidak ada wanita yang mampu menggantikanmu dalam hatiku. Aku rela menikah tanpa restu dari orang tuaku, asalkan aku menikah denganmu. Jangan kecewakan aku, jangan tinggalkan aku di saat aku susah. Aku tahu, sekarang aku tidak mempunyai perusahaan, aku bukan pria kaya raya seperti dulu. Aku hanya pria miskin yang ingin memulai hidup baru dengan wanita yang aku cintai, Tan!" lirih Indra memeluk erat tubuh wanita yang berada di bawahnya.

"Mas, aku berjanji, aku tidak akan meninggalkanmu. Aku juga sangat mencintaimu. Ya, aku tahu, kita salah, Mas! Kita menikah secara diam-diam karena ibumu yang tidak suka denganku. Tapi aku bisa apa, Mas? Hidup sebatang kara, orang tuaku sudah tidak ada dan aku tidak punya satupun saudara. Aku berjuang mati-matian untuk hidupku sendiri. Maafkan aku, aku sudah membuatmu susah. Aku akan menemanimu dalam keadaan apapun!" jawab Tania membalas pelukan suaminya.

"Jadi, kamu siap melakukan ini denganku, Tan? Kita bisa lakukan lagi di malam hari?" goda Indra sambil menatap wajah istrinya yang tersipu malu.

"Aku tidak percaya, suamiku ternyata jago merayu wanita!" kekeh Tania.

"Dan wanita yang pernah aku rayu, hanya kamu Tan! Tidak ada lainnya!" jawab Indra menci um kening istrinya lembut. "Baru pembukaan!" ucapnya setelah melepaskan kecupan singkat di kening istrinya.

"Ya Tuhan. Berdiri, Mas! Aku haus, aku mau minum dulu! Percuma aku buatkan kamu teh hangat ujung-ujungnya tidak kamu minum!"

"Aku mau minum yang lain, sayang. Dan kamu tidak perlu alasan lagi. Aku tahu, kamu sedang alasan kan? Agar kabur dariku?" ucap Indra.

"Mas kamu--" ucapan Tania terhenti saat merasakan bibir di bungkam oleh bibir suaminya.

Akhirnya, apa yang seharusnya terjadi di malam hari, terjadi juga di sore hari.

Tania sangat menikmati permainan suaminya yang begitu lembut. Bahkan dirinya tidak merasakan sakit yang berlebihan saat sesuatu panjang dan besar masuk ke dalam lubangnya yang terasa sempit.

Cukup lama mereka saling memadu kasih. Sampai di mana, tubuh Indra ambruk di atas tubuh Tania.

"Mas, tubuhmu berat. Jangan tidur di atasku!" titah Tania.

"Siapa yang tidur, aku baru saja menikmati surga dunia!" jawab Indra menci um kening istrinya, "Terimakasih sudah menjaga semua tubuhmu untukku!" ucap Indra.

"Sudah menjadi kewajibanku untuk menjaga kehormatanku, Mas! Sekarang, aku mau mandi lagi. Karena ulahmu, aku harus mandi lagi!" jawab Tania.

Bab 2

"Kita lakukan lagi. Kita tunda mandinya!" cegah Indra.

"Tapi, Mas! Bagian bawahku masih sakit, bukan sakit lagi. Mungkin sudah bengkak. Besok lagi, ya!" pinta Tania.

"Ya, sudah. Kamu istirahat saja dulu. Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan istriku. Setidaknya berbaring sampai nyeri nya mulai mereda. Jika sudah mereda, baru boleh mandi." ucap Indra beranjak dan turun dari kasur.

"Kamu mau kemana, Mas?" tanya Tania saat melihat suaminya memakai pakaiannya lagi.

"Aku mau siapkan makan malam untuk kita. Kamu bisa istirahat saja!" titah Indra.

"Tapi, Mas! Itu tugas seorang istri. Kamu yang istirahat, biar aku yang masak. Jangan membantah!" titah Tania.

"Baiklah, aku tidak akan membantah. Dan aku akan berdiri di sini. Sampai seberapa kuat kamu berjalan." titah Indra.

Tania berusaha merubah posisi tidurnya menjadi duduk. "Mas, sakit! Tolong ambilkan pakaianku yang berserakan di lantai!" titah Tania membuat Indra berjalan menuju istrinya.

"Kamu tidak perlu memaksakan sayang. Kamu tidur saja. Atau begini saja, aku siapkan air hangat untukmu mandi. Lalu, kamu mandi dan aku siapkan makan malam!"

"Mas, aku pasti merepotkanmu, ya!" lirih Tania.

"Kamu tidak merepotkanku, sayang! Sudahlah, jangan berpikir seperti itu lagi, ya! Aku justru bahagia bisa di repotkan istriku sendiri." jawab Indra mengambil pakaian istrinya yang berserakan. "Kamu pakai pakaian ini dulu. Dan aku siapkan air hangatnya!" titahnya lagi.

"Terimakasih, Mas!" jawab Tania lalu melihat punggung suaminya yang mulai berjalan menjauh. 'Terimakasih, Tuhan. Aku senang, akhirnya aku bisa mendapatkan suami yang berhati malaikat. Semoga tidak ada yang berubah di pernikahan ini. Aku dan Mas Indra bisa saling mencintai selamanya sampai maut memisahkan.' batin Tania.

Di dalam kamar mandi. Indra menyiapkan air hangat untuk istrinya. 'Semoga aku bisa mendapatkan gelar Ayah secepatnya. Aku tahu, semua ini tidak benar, tapi aku tidak bisa di jodohkan dengan wanita lain. Aku hanya ingin menikah dengan Tania, wanita yang aku cintai!' batin Indra.

Setelah menyiapkan air hangat, Indra berjalan keluar dan menggendong tubuh istrinya.

"Mas, kamu jangan gendong aku terus. Kamu kan capek! Aku bisa jalan sendiri!" titah Tania melingkarkan tangannya di leher suami.

"Memangnya kenapa? Aku sama sekali tidak capek. Justru kamu yang tepat, Tan!" kekeh Indra.

"Kamu benar-benar menyebalkan Mas! Dulu, sewaktu kita berpacaran, kamu tidak pernah genit atau modus ke aku. Tapi setelah kita menikah, kamu langsung mengeluarkan ucapan manismu itu. Jangan-jangan sebelum menikah, kamu sudah bersikap manis dengan wanita lain?" tuduh Tania.

"Untuk apa aku tebar pesona ke semua wanita?" tanya Indra.

"Oh, iya, Mas Indra kan terkenal dengan sikap dinginnya. Tidak ada wanita yang mau berdekatan dengan Mas Indra. Aku saja, ragu saat ingin menaklukkan hati Mas Indra, tapi saat melihat sisi baik Mas Indra, aku jadi yakin ingin menaklukkan hati Mas Indra." ucap Tania.

Indra merebahkan tubuh istrinya ke dalam bathup. "Oh, iya? Memangnya, aku seperti apa? Bukankah, aku pria yang manis dan berhati seperti malaikat?" puji dirinya sendiri.

"Ish, kamu bisa saja, Mas! Ya, sudah. Kamu keluar dari kamar mandi. Aku mau merilekskan tubuhku dulu!" titah Tania.

"Em, kita sekalian mandi bersama bagaimana?" goda Indra yang mendapat gelengan dari Tania.

"Jangan Mas! Akan beresiko jika kita mandi bersama. Pasti ujung-ujungnya mandi kita lama!"

"Tidak apa-apa. Tidak ada peraturan yang tidak memperbolehkan mandi lama-lama kan?" goda Indra.

"Mas, aku masih capek, loh! Kamu tega denganku?" rengek Tania sambil mengerucutkan bibirnya yang berwarna merah muda.

Cup!

Kecupan singkat mendarat di bibir mungil Tania. "Aku akan siapkan makan malam. Kalau masih sakit, atau tidak kuat berjalan, kamu bisa panggil saja aku, okeh!" titah Indra.

"Iya. Ya, sudah. Kamu pergi saja dulu, Mas!" titah Tania.

"Kamu mau di masakkan apa?" tanya Indra.

"Terserah kamu saja, Mas! Aku menyukai semua makanan, asalkan kamu sendiri yang membuatnya!" jawab Tania.

"Istriku mulai pintar merayu!" ucap Indra berjalan keluar kamar mandi.

Setelah sampai dapur, Indra melihat beberapa sayuran yang berada di dalam kulkas.

"Aku mau masak apa?" gumam Indra mengeluarkan satu bungkus sosis dan cabe. "Oseng sosis!" sambungnya lagi.

Di satu sisi. Tania memainkan air dengan perasaan yang sangat bahagia. Tak henti-hentinya senyum itu terbit dari bibir Tania.

"Aku tidak percaya, aku sudah menjadi istri dari Indra Prayoga. Pria yang sangat aku cintai." lirih Tania.

Tak membutuhkan waktu lama untuk Tania membersihkan tubuhnya. Walaupun bagian bawahnya terasa sakit, tapi dia tidak ingin merepotkan suaminya yang sedang memasak di dapur. Dengan sekuat tenaga, Tania berjalan dengan tertatih.

Di ambilnya pakaian yang berada di lemari. Setelah selesai memakai pakaiannya, Tania berjalan menuju dapur. Dia melihat suaminya yang sedang berkutat dengan alat dapurnya.

"Mas, biar aku saja. Kamu mandi gih!" titah Tania yang baru saja datang.

Indra menoleh istrinya. "Kamu sudah selesai mandi? Bagaimana? Masih sakit?" tanya Indra mematikan kompornya. "Coba rasakan! Menurutmu, kurang garam atau tidak?"

"Biar aku cicipi, Mas!" titah Tania mengambil sendok dan mencicipi oseng sosis buatan suaminya.

"Bagaimana, Tan?" tanya Indra memastikan.

"Enak, Mas! Kurang asin sedikit. Tapi tidak apa-apa, kalau kamu tambahkan garam, bisa saja rasanya asin!" jawab Tania.

"Yakin, Tan? Biar aku tambahkan lagi!"

"Tidak perlu Mas Indra sayang. Rasanya sudah pas, hanya kurang sedikit dan aku tidak mempermasalahkan. Sekarang, aku lapar dan aku mau makan!" jawab Tania mendudukkan pantatnya di kursi meja makan.

"Bagaimana? Apa masih sakit?" tanya Indra.

"Sedikit. Tapi tidak seperti tadi." jawab Tania. "Biar aku ambilkan nasi dan lauknya, Mas!"

"Tidak perlu. Kamu duduk saja, biar aku yang menyiapkan semuanya." tolak Indra.

"Tapi kenapa, Mas? Aku sudah tidak sakit lagi, kok! Aku bisa me--"

"Persiapkan dirimu saja, kita tempur lagi malam ini!" goda Indra membuat Tania memicingkan matanya tak suka.

"Aku masih capek, Mas! Dan tiba-tiba rasa sakit itu datang lagi!" jawab Tania melihat suaminya menyiapkan makan malamnya.

"Aku suapi, dan jangan banyak alasan!" titah Indra.

"Kamu kalau sudah ada mau nya, ternyata susah untuk di bohongi." gerutu Tania.

"Kamu menyesal mempunyai suami sepertiku, Tan?" tanya Indra tak percaya.

"Mana mungkin aku menyesal mempunyai suami sepertimu. Aku hanya terkejut saja, banyak sikap aslimu yang keluar setelah kita menikah."

"Makanlah! Dan siapkan dirimu!" titah Indra menyodorkan sendok yang berisi nasi dan lauknya.

"Em ... enak ya, Mas. Kalau punya suami sepertimu. Yang baik dan sangat perhatian." ucap Tania sambil mengunyah makanannya.

Bab 3

"Jangan bosan mempunyai suami sepertiku, Tan!" ucap Indra menyodorkan sendok yang berisi makanan lagi ke mulut istrinya.

"Aku belum selesai mengunyah, Mas! Kamu juga makan, dong! Masa hanya aku. Kamu juga lapar, Mas!" titah Tania membelokkan sendok yang berisi makanan itu ke dalam mulut suaminya. "Enak kan, masakanmu!" ucapnya lagi.

"Enak, aku makan sambil menatap wajah cantikmu!" jawab Indra.

"Ih, Mas Indra! Kamu apa-apaan sih! Aku serius, jangan bercanda!" kesal Tania.

"Aku juga serius sayang!" jawab Indra.

"Mas, sudah saatnya kamu nyalakan ponselmu. Aku tidak mau, ke dua orang tuamu mencemaskanmu terus-terusan!" titah Tania.

"Itu bisa di atur. Sekarang, kamu makan yang banyak. Karena malam nanti, kita akan bergadang!" ujar Indra dengan senyum genitnya.

"Mas Indra! Apa harus malam ini? Aku masih sakit!" keluh Tania mengerucutkan bibirnya.

"Sakit tapi enak kan?"

"Ish, apaan kamu, Mas!" kesal Tania, "Aku malas makan, nih!" sambungnya lagi.

"Jangan dong, sayang! Kalau kamu malas makan, itu artinya kamu tidak mempunyai tenaga untuk malam nanti! Ingat, malam ini malam pertama kita!" titah Indra.

"Malam pertama apa, Mas! Kamu sudah melakukannya sore, tadi. Oh, iya, spreinya, Mas? Spreinya belum aku ganti dengan sprei yang baru, Mas!" ujar Tania lupa.

"Tak apa. Biar aku ganti, tapi kamu makan saja dulu." jawab Indra.

"Kamu baik ya, Mas! Aku tidak menyesal menikah denganmu!" puji Tania menerima suapan dari suaminya.

"Aku memang baik, tapi aku lebih suka bersikap acuh dengan orang lain." ujar Indra.

Setelah menyelesaikan makan malamnya. Indra dan Tania berjalan menuju kamarnya dengan Indra membantu istrinya yang tertatih.

"Aku bisa sendiri, Mas! Kamu tidak perlu membantuku!" ucap Tania.

"Aku tidak mau terjadi sesuatu denganmu, Tan. Biar aku bantu!" titah Indra.

Setelah membantu istrinya sampai ke dalam kamar. Indra mendengar nada dering ponselnya.

"Mas, ponselmu sudah diaktifkan?" tanya Tania.

"Sesuai dengan permintaanmu. Aku sudah mengaktifkan ponselku." jawab Indra, "Sebentar, aku lihat dulu. Siapa tahu, orang kantor mencariku!" titahnya lagi.

"Sudah pasti orang kantor mencarimu, Mas. Jika bukan orang kantor, pasti Ayah dan ibumu yang mencarimu!" jawab Tania.

Indra tersenyum lalu mengangkat telfon yang masuk. "Hust!" lirih Indra menempelkan jari di bibirnya meminta sang istri untuk diam sejenak.

"Hallo, Bu!" sapa Indra setelah menggeser tombol hijau.

"Indra, ibumu sedang kritis. Kamu cepat pulang. Ibumu selalu memanggil namamu! Ayah takut terjadi sesuatu dengan ibumu!" jawab Ayah Roy.

"Apa! Ibu kritis!" pekik Indra yang dapat di dengar Tania. "Tapi aku tidak bisa pergi. Aku sudah bilang, kalau aku--" ucapan Indra terhenti saat melihat istrinya menggelengkan kepala.

"Pergi saja, Mas!" titah Tania lirih.

Indra menyembunyikan ponselnya, "Tapi ini malam pertama kita, Tan! Mana mungkin aku meninggalkanmu di sini sendirian. Kita sudah berjanji, kita akan--"

"Apa kamu tega membiarkan ibumu kesakitan, hem? Lagi pula, kita sudah melakukannya. Kamu tidak perlu khawatir, Mas. Kita bisa lakukan setelah kamu menjenguk ibumu. Pergilah!" titah Tania.

"Aku tidak bisa membiarkan istriku sendirian di rumah ini!"

"Aku tidak sendirian. Ada tetangga. Kamu tenang saja, Mas. Aku baik-baik saja. Sekarang, kamu pergi ke rumah sakit. Aku tidak mau kamu menyesal di kemudian hari jika terjadi sesuatu buruk pada ibumu!" titah Tania.

"Kamu yakin, Tan? Atau begini saja, kamu ikut denganku!" saran Indra.

"Aku tidak bisa ikut. Ibumu sedang sakit. Aku tidak bisa membuat keadaan semakin rumit, Mas. Mereka tidak tahu pernikahan kita!"

"Tapi, Tan--"

"Mas, sekarang ... kamu bilang ke ayahmu, kamu akan datang! Cepat, Mas!" titah Tania.

"Baiklah. Terimakasih sudah mengerti keadaanku!" jawab Indra menempelkan ponselnya ke telinga.

"Indra, kamu dengar Ayah, kan!" ketus Roy.

"Aku dengar, dan Ayah tidak perlu khawatir. Aku akan datang ke rumah sakit. Ayah bisa kirim nama rumah sakit itu, sekarang juga!" titah Indra.

"Okeh, Ayah akan kirim nama rumah sakitnya!" jawab Roy mengakhiri panggilannya.

Indra melihat notifikasi pesan masuk dari ayahnya. "Aku harus pergi! Kamu jaga diri baik-baik. Aku janji, aku hanya sebentar. Aku akan pulang menemui kalian!" titah Indra.

"Kalian? Memangnya, aku sama siapa, Mas? Kamu ini ada-ada saja!" kekeh Tania.

"Aku ingin saja menyebut kata kalian. Siapa tahu, langsung tumbuh buah hati kita di dalam perutmu!" ucap Indra mencium kening sang istri.

"Kamu hati-hati ya, Mas! Jangan ngebut," ucap Tania.

"Iya, sayang!" jawab Indra berjalan keluar rumah dan masuk ke dalam mobil di ikuti oleh Tania yang mengantarkan kepergian Indra.

"Hati-hati!" teriak Tania saat mobil suaminya berjalan menjauhi rumahnya.

Setelah melihat mobil suaminya pergi. Tania berjalan masuk ke dalam rumahnya. "Sampai kapan pernikahan ini akan terus di sembunyikan. Hanya karena aku orang miskin dan Mas Indra anak orang kaya, keluarganya seketika tidak merestui hubungan kita." gumam Tania lirih.

Di satu sisi. Indra menghubungi sahabatnya yang bernama Yoga.

Tut ... Tut ....

"Hallo, ada apa menghubungiku malam-malam begini! Kau selalu mengganggu kesenanganku bersama wanitaku!" kesal Yoga.

"Aku minta tolong padamu. Aku baru saja menikah dengan Tania. Dan aku harus ke Jakarta, Ibuku masuk rumah sakit. Aku percayakan Tania padamu!" ucap Indra membuat Yoga terkejut.

"Apa? Menikah? Kapan kau menikah? Kenapa tidak memberitahuku dulu? Memangnya, aku dianggap apa olehmu!" pekik Yoga tak percaya.

"Aku menikah secara diam-diam. Dan aku mohon, kau jaga Tania sampai aku kembali. Tania sedang di desa kecil pinggir kota. Kau bisa datang dan temani? Tapi ingat, kau tidak boleh menyentuhnya. Dia milikku!" ujar Indra.

"Hem, aku sudah hafal. Baiklah, aku akan datang, tapi nanti ... setelah aku selesai bersenang-senang dengan wanitaku. Kau kirim saja alamat rumahnya dan beritahu istrimu itu. Aku tidak mau di tuduh maling jika tiba-tiba datang!" titah Yoga.

"Itu urusan gampang!" jawab Indra kemudian mengakhiri panggilannya.

Indra mengirim pesan pada istrinya dan sahabatnya. Di saat Indra sedang mengirimkan pesan untuk istrinya. Tiba-tiba, di depan mobil Indra ada motor yang asal menyebrang membuat Indra membanting stir dan mobilnya menabrak pembatas jalan serta pepohonan di depan mobilnya.

Kecelakaan tunggal itu pun terjadi. Motor yang menyebrang sembarangan, kini sudah hilang entah kemana.

Beberapa warga datang untuk menyelamatkan Indra yang terjebak di dalam mobil dengan darah yang terus mengalir.

"Tolong pria itu! Pria itu tidak sadarkan diri!" titah salah satu warga berusaha membuka pintu mobil yang macet.

"Pintu mobilnya tidak bisa di buka. Kita haru memecahkan kaca pintu mobilnya!" titah warga lainnya.

"Kita pecahkan saja! Asap sudah keluar, mobil ini bisa meledak!" titah warga lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!