Bab 3

"Jangan bosan mempunyai suami sepertiku, Tan!" ucap Indra menyodorkan sendok yang berisi makanan lagi ke mulut istrinya.

"Aku belum selesai mengunyah, Mas! Kamu juga makan, dong! Masa hanya aku. Kamu juga lapar, Mas!" titah Tania membelokkan sendok yang berisi makanan itu ke dalam mulut suaminya. "Enak kan, masakanmu!" ucapnya lagi.

"Enak, aku makan sambil menatap wajah cantikmu!" jawab Indra.

"Ih, Mas Indra! Kamu apa-apaan sih! Aku serius, jangan bercanda!" kesal Tania.

"Aku juga serius sayang!" jawab Indra.

"Mas, sudah saatnya kamu nyalakan ponselmu. Aku tidak mau, ke dua orang tuamu mencemaskanmu terus-terusan!" titah Tania.

"Itu bisa di atur. Sekarang, kamu makan yang banyak. Karena malam nanti, kita akan bergadang!" ujar Indra dengan senyum genitnya.

"Mas Indra! Apa harus malam ini? Aku masih sakit!" keluh Tania mengerucutkan bibirnya.

"Sakit tapi enak kan?"

"Ish, apaan kamu, Mas!" kesal Tania, "Aku malas makan, nih!" sambungnya lagi.

"Jangan dong, sayang! Kalau kamu malas makan, itu artinya kamu tidak mempunyai tenaga untuk malam nanti! Ingat, malam ini malam pertama kita!" titah Indra.

"Malam pertama apa, Mas! Kamu sudah melakukannya sore, tadi. Oh, iya, spreinya, Mas? Spreinya belum aku ganti dengan sprei yang baru, Mas!" ujar Tania lupa.

"Tak apa. Biar aku ganti, tapi kamu makan saja dulu." jawab Indra.

"Kamu baik ya, Mas! Aku tidak menyesal menikah denganmu!" puji Tania menerima suapan dari suaminya.

"Aku memang baik, tapi aku lebih suka bersikap acuh dengan orang lain." ujar Indra.

Setelah menyelesaikan makan malamnya. Indra dan Tania berjalan menuju kamarnya dengan Indra membantu istrinya yang tertatih.

"Aku bisa sendiri, Mas! Kamu tidak perlu membantuku!" ucap Tania.

"Aku tidak mau terjadi sesuatu denganmu, Tan. Biar aku bantu!" titah Indra.

Setelah membantu istrinya sampai ke dalam kamar. Indra mendengar nada dering ponselnya.

"Mas, ponselmu sudah diaktifkan?" tanya Tania.

"Sesuai dengan permintaanmu. Aku sudah mengaktifkan ponselku." jawab Indra, "Sebentar, aku lihat dulu. Siapa tahu, orang kantor mencariku!" titahnya lagi.

"Sudah pasti orang kantor mencarimu, Mas. Jika bukan orang kantor, pasti Ayah dan ibumu yang mencarimu!" jawab Tania.

Indra tersenyum lalu mengangkat telfon yang masuk. "Hust!" lirih Indra menempelkan jari di bibirnya meminta sang istri untuk diam sejenak.

"Hallo, Bu!" sapa Indra setelah menggeser tombol hijau.

"Indra, ibumu sedang kritis. Kamu cepat pulang. Ibumu selalu memanggil namamu! Ayah takut terjadi sesuatu dengan ibumu!" jawab Ayah Roy.

"Apa! Ibu kritis!" pekik Indra yang dapat di dengar Tania. "Tapi aku tidak bisa pergi. Aku sudah bilang, kalau aku--" ucapan Indra terhenti saat melihat istrinya menggelengkan kepala.

"Pergi saja, Mas!" titah Tania lirih.

Indra menyembunyikan ponselnya, "Tapi ini malam pertama kita, Tan! Mana mungkin aku meninggalkanmu di sini sendirian. Kita sudah berjanji, kita akan--"

"Apa kamu tega membiarkan ibumu kesakitan, hem? Lagi pula, kita sudah melakukannya. Kamu tidak perlu khawatir, Mas. Kita bisa lakukan setelah kamu menjenguk ibumu. Pergilah!" titah Tania.

"Aku tidak bisa membiarkan istriku sendirian di rumah ini!"

"Aku tidak sendirian. Ada tetangga. Kamu tenang saja, Mas. Aku baik-baik saja. Sekarang, kamu pergi ke rumah sakit. Aku tidak mau kamu menyesal di kemudian hari jika terjadi sesuatu buruk pada ibumu!" titah Tania.

"Kamu yakin, Tan? Atau begini saja, kamu ikut denganku!" saran Indra.

"Aku tidak bisa ikut. Ibumu sedang sakit. Aku tidak bisa membuat keadaan semakin rumit, Mas. Mereka tidak tahu pernikahan kita!"

"Tapi, Tan--"

"Mas, sekarang ... kamu bilang ke ayahmu, kamu akan datang! Cepat, Mas!" titah Tania.

"Baiklah. Terimakasih sudah mengerti keadaanku!" jawab Indra menempelkan ponselnya ke telinga.

"Indra, kamu dengar Ayah, kan!" ketus Roy.

"Aku dengar, dan Ayah tidak perlu khawatir. Aku akan datang ke rumah sakit. Ayah bisa kirim nama rumah sakit itu, sekarang juga!" titah Indra.

"Okeh, Ayah akan kirim nama rumah sakitnya!" jawab Roy mengakhiri panggilannya.

Indra melihat notifikasi pesan masuk dari ayahnya. "Aku harus pergi! Kamu jaga diri baik-baik. Aku janji, aku hanya sebentar. Aku akan pulang menemui kalian!" titah Indra.

"Kalian? Memangnya, aku sama siapa, Mas? Kamu ini ada-ada saja!" kekeh Tania.

"Aku ingin saja menyebut kata kalian. Siapa tahu, langsung tumbuh buah hati kita di dalam perutmu!" ucap Indra mencium kening sang istri.

"Kamu hati-hati ya, Mas! Jangan ngebut," ucap Tania.

"Iya, sayang!" jawab Indra berjalan keluar rumah dan masuk ke dalam mobil di ikuti oleh Tania yang mengantarkan kepergian Indra.

"Hati-hati!" teriak Tania saat mobil suaminya berjalan menjauhi rumahnya.

Setelah melihat mobil suaminya pergi. Tania berjalan masuk ke dalam rumahnya. "Sampai kapan pernikahan ini akan terus di sembunyikan. Hanya karena aku orang miskin dan Mas Indra anak orang kaya, keluarganya seketika tidak merestui hubungan kita." gumam Tania lirih.

Di satu sisi. Indra menghubungi sahabatnya yang bernama Yoga.

Tut ... Tut ....

"Hallo, ada apa menghubungiku malam-malam begini! Kau selalu mengganggu kesenanganku bersama wanitaku!" kesal Yoga.

"Aku minta tolong padamu. Aku baru saja menikah dengan Tania. Dan aku harus ke Jakarta, Ibuku masuk rumah sakit. Aku percayakan Tania padamu!" ucap Indra membuat Yoga terkejut.

"Apa? Menikah? Kapan kau menikah? Kenapa tidak memberitahuku dulu? Memangnya, aku dianggap apa olehmu!" pekik Yoga tak percaya.

"Aku menikah secara diam-diam. Dan aku mohon, kau jaga Tania sampai aku kembali. Tania sedang di desa kecil pinggir kota. Kau bisa datang dan temani? Tapi ingat, kau tidak boleh menyentuhnya. Dia milikku!" ujar Indra.

"Hem, aku sudah hafal. Baiklah, aku akan datang, tapi nanti ... setelah aku selesai bersenang-senang dengan wanitaku. Kau kirim saja alamat rumahnya dan beritahu istrimu itu. Aku tidak mau di tuduh maling jika tiba-tiba datang!" titah Yoga.

"Itu urusan gampang!" jawab Indra kemudian mengakhiri panggilannya.

Indra mengirim pesan pada istrinya dan sahabatnya. Di saat Indra sedang mengirimkan pesan untuk istrinya. Tiba-tiba, di depan mobil Indra ada motor yang asal menyebrang membuat Indra membanting stir dan mobilnya menabrak pembatas jalan serta pepohonan di depan mobilnya.

Kecelakaan tunggal itu pun terjadi. Motor yang menyebrang sembarangan, kini sudah hilang entah kemana.

Beberapa warga datang untuk menyelamatkan Indra yang terjebak di dalam mobil dengan darah yang terus mengalir.

"Tolong pria itu! Pria itu tidak sadarkan diri!" titah salah satu warga berusaha membuka pintu mobil yang macet.

"Pintu mobilnya tidak bisa di buka. Kita haru memecahkan kaca pintu mobilnya!" titah warga lainnya.

"Kita pecahkan saja! Asap sudah keluar, mobil ini bisa meledak!" titah warga lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!