"Kita lakukan lagi. Kita tunda mandinya!" cegah Indra.
"Tapi, Mas! Bagian bawahku masih sakit, bukan sakit lagi. Mungkin sudah bengkak. Besok lagi, ya!" pinta Tania.
"Ya, sudah. Kamu istirahat saja dulu. Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan istriku. Setidaknya berbaring sampai nyeri nya mulai mereda. Jika sudah mereda, baru boleh mandi." ucap Indra beranjak dan turun dari kasur.
"Kamu mau kemana, Mas?" tanya Tania saat melihat suaminya memakai pakaiannya lagi.
"Aku mau siapkan makan malam untuk kita. Kamu bisa istirahat saja!" titah Indra.
"Tapi, Mas! Itu tugas seorang istri. Kamu yang istirahat, biar aku yang masak. Jangan membantah!" titah Tania.
"Baiklah, aku tidak akan membantah. Dan aku akan berdiri di sini. Sampai seberapa kuat kamu berjalan." titah Indra.
Tania berusaha merubah posisi tidurnya menjadi duduk. "Mas, sakit! Tolong ambilkan pakaianku yang berserakan di lantai!" titah Tania membuat Indra berjalan menuju istrinya.
"Kamu tidak perlu memaksakan sayang. Kamu tidur saja. Atau begini saja, aku siapkan air hangat untukmu mandi. Lalu, kamu mandi dan aku siapkan makan malam!"
"Mas, aku pasti merepotkanmu, ya!" lirih Tania.
"Kamu tidak merepotkanku, sayang! Sudahlah, jangan berpikir seperti itu lagi, ya! Aku justru bahagia bisa di repotkan istriku sendiri." jawab Indra mengambil pakaian istrinya yang berserakan. "Kamu pakai pakaian ini dulu. Dan aku siapkan air hangatnya!" titahnya lagi.
"Terimakasih, Mas!" jawab Tania lalu melihat punggung suaminya yang mulai berjalan menjauh. 'Terimakasih, Tuhan. Aku senang, akhirnya aku bisa mendapatkan suami yang berhati malaikat. Semoga tidak ada yang berubah di pernikahan ini. Aku dan Mas Indra bisa saling mencintai selamanya sampai maut memisahkan.' batin Tania.
Di dalam kamar mandi. Indra menyiapkan air hangat untuk istrinya. 'Semoga aku bisa mendapatkan gelar Ayah secepatnya. Aku tahu, semua ini tidak benar, tapi aku tidak bisa di jodohkan dengan wanita lain. Aku hanya ingin menikah dengan Tania, wanita yang aku cintai!' batin Indra.
Setelah menyiapkan air hangat, Indra berjalan keluar dan menggendong tubuh istrinya.
"Mas, kamu jangan gendong aku terus. Kamu kan capek! Aku bisa jalan sendiri!" titah Tania melingkarkan tangannya di leher suami.
"Memangnya kenapa? Aku sama sekali tidak capek. Justru kamu yang tepat, Tan!" kekeh Indra.
"Kamu benar-benar menyebalkan Mas! Dulu, sewaktu kita berpacaran, kamu tidak pernah genit atau modus ke aku. Tapi setelah kita menikah, kamu langsung mengeluarkan ucapan manismu itu. Jangan-jangan sebelum menikah, kamu sudah bersikap manis dengan wanita lain?" tuduh Tania.
"Untuk apa aku tebar pesona ke semua wanita?" tanya Indra.
"Oh, iya, Mas Indra kan terkenal dengan sikap dinginnya. Tidak ada wanita yang mau berdekatan dengan Mas Indra. Aku saja, ragu saat ingin menaklukkan hati Mas Indra, tapi saat melihat sisi baik Mas Indra, aku jadi yakin ingin menaklukkan hati Mas Indra." ucap Tania.
Indra merebahkan tubuh istrinya ke dalam bathup. "Oh, iya? Memangnya, aku seperti apa? Bukankah, aku pria yang manis dan berhati seperti malaikat?" puji dirinya sendiri.
"Ish, kamu bisa saja, Mas! Ya, sudah. Kamu keluar dari kamar mandi. Aku mau merilekskan tubuhku dulu!" titah Tania.
"Em, kita sekalian mandi bersama bagaimana?" goda Indra yang mendapat gelengan dari Tania.
"Jangan Mas! Akan beresiko jika kita mandi bersama. Pasti ujung-ujungnya mandi kita lama!"
"Tidak apa-apa. Tidak ada peraturan yang tidak memperbolehkan mandi lama-lama kan?" goda Indra.
"Mas, aku masih capek, loh! Kamu tega denganku?" rengek Tania sambil mengerucutkan bibirnya yang berwarna merah muda.
Cup!
Kecupan singkat mendarat di bibir mungil Tania. "Aku akan siapkan makan malam. Kalau masih sakit, atau tidak kuat berjalan, kamu bisa panggil saja aku, okeh!" titah Indra.
"Iya. Ya, sudah. Kamu pergi saja dulu, Mas!" titah Tania.
"Kamu mau di masakkan apa?" tanya Indra.
"Terserah kamu saja, Mas! Aku menyukai semua makanan, asalkan kamu sendiri yang membuatnya!" jawab Tania.
"Istriku mulai pintar merayu!" ucap Indra berjalan keluar kamar mandi.
Setelah sampai dapur, Indra melihat beberapa sayuran yang berada di dalam kulkas.
"Aku mau masak apa?" gumam Indra mengeluarkan satu bungkus sosis dan cabe. "Oseng sosis!" sambungnya lagi.
Di satu sisi. Tania memainkan air dengan perasaan yang sangat bahagia. Tak henti-hentinya senyum itu terbit dari bibir Tania.
"Aku tidak percaya, aku sudah menjadi istri dari Indra Prayoga. Pria yang sangat aku cintai." lirih Tania.
Tak membutuhkan waktu lama untuk Tania membersihkan tubuhnya. Walaupun bagian bawahnya terasa sakit, tapi dia tidak ingin merepotkan suaminya yang sedang memasak di dapur. Dengan sekuat tenaga, Tania berjalan dengan tertatih.
Di ambilnya pakaian yang berada di lemari. Setelah selesai memakai pakaiannya, Tania berjalan menuju dapur. Dia melihat suaminya yang sedang berkutat dengan alat dapurnya.
"Mas, biar aku saja. Kamu mandi gih!" titah Tania yang baru saja datang.
Indra menoleh istrinya. "Kamu sudah selesai mandi? Bagaimana? Masih sakit?" tanya Indra mematikan kompornya. "Coba rasakan! Menurutmu, kurang garam atau tidak?"
"Biar aku cicipi, Mas!" titah Tania mengambil sendok dan mencicipi oseng sosis buatan suaminya.
"Bagaimana, Tan?" tanya Indra memastikan.
"Enak, Mas! Kurang asin sedikit. Tapi tidak apa-apa, kalau kamu tambahkan garam, bisa saja rasanya asin!" jawab Tania.
"Yakin, Tan? Biar aku tambahkan lagi!"
"Tidak perlu Mas Indra sayang. Rasanya sudah pas, hanya kurang sedikit dan aku tidak mempermasalahkan. Sekarang, aku lapar dan aku mau makan!" jawab Tania mendudukkan pantatnya di kursi meja makan.
"Bagaimana? Apa masih sakit?" tanya Indra.
"Sedikit. Tapi tidak seperti tadi." jawab Tania. "Biar aku ambilkan nasi dan lauknya, Mas!"
"Tidak perlu. Kamu duduk saja, biar aku yang menyiapkan semuanya." tolak Indra.
"Tapi kenapa, Mas? Aku sudah tidak sakit lagi, kok! Aku bisa me--"
"Persiapkan dirimu saja, kita tempur lagi malam ini!" goda Indra membuat Tania memicingkan matanya tak suka.
"Aku masih capek, Mas! Dan tiba-tiba rasa sakit itu datang lagi!" jawab Tania melihat suaminya menyiapkan makan malamnya.
"Aku suapi, dan jangan banyak alasan!" titah Indra.
"Kamu kalau sudah ada mau nya, ternyata susah untuk di bohongi." gerutu Tania.
"Kamu menyesal mempunyai suami sepertiku, Tan?" tanya Indra tak percaya.
"Mana mungkin aku menyesal mempunyai suami sepertimu. Aku hanya terkejut saja, banyak sikap aslimu yang keluar setelah kita menikah."
"Makanlah! Dan siapkan dirimu!" titah Indra menyodorkan sendok yang berisi nasi dan lauknya.
"Em ... enak ya, Mas. Kalau punya suami sepertimu. Yang baik dan sangat perhatian." ucap Tania sambil mengunyah makanannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments