Watching You
Gugup ...
Itu yang dirasakan Javir malam itu, meski dia sudah yakin dan tau hasil akhir dari acara ini tetap saja dia gugup.
Malam ini dia akan bertunangan dengan sosok gadis yang masih kelas dua SMA, yang selalu mengikutinya beberapa bulan terakhi ini.
Angela Lovita
Gadis itu turun dari tangga dengan senyum segaris dan kedua tangan mengepal.
Dia pasti gugup juga.
Kalimat itu yang pertama kali muncul diotak Javir saat melihatnya.
Javir membuka kotak cincin pertunangan mereka ditangannya, menatap cincin itu dengan senyum kecil. Cincin pilihan yang sangat terlihat sederhana, namun memiliki arti yang kuat.
Cincin yang hanpir menyerupai Infinity dengan ukiran nama mereka didalamnya, Jeje & Angel panggilan mereka satu sama lain.
"Gea duduk disamping Javir" ucap Ara, Bunda sambung Gea.
Ya ... Gea adalah anak dari istri kedua Abraham Ganendra, setelah mereka bercerai, Gea memilih hidup bersama Abra dan Ara.
Sebelum duduk disamping Javir, Gea sempat menoleh pada Javir sehingga tatapan mata mereka bertautan sejanak sebelum Gea memutuskan tautan mata mereka dan menghela nafas, kembali berjalan duduk disamping Javir.
Ada sesuatu yang janggal, Javir tiba-tiba merasakan hal itu.
Sesekali Javir melirik memperhatiakn Gea dari samping mencoba menghilangkan perasaan buruk yang perlahan dirasakannya.
"Baiklah ayo kita mulai" ucap Abra, Ayah Gea.
Tangan Gea tiba-tiba terangkat, membuat Javir semakin merasa keanehan.
Javir menerutkan kening menatap Gea dengan tatapan penuh pertenyaan, tetapi perempuan itu tidak menoleh padanya.
"Kenapa harus dengan Gea?" Tanya Gea dengan suara lirihnya.
Saat itu, gadis itu menundukkan kepala dalam, bahkan suaranya terdengar sangat lirih.
Semua menatap kearahnya, tak terkecuali Javir yang duduk disampingnya.
Dada Javir mulai bergemuruh tidak tenang, kegugupannya berubah seketika. Kalimat yang di ucapkan Gea terdengar seperti peringatan yang tidak membuatnya tenang.
"Ayah sudah jelasin ke Gea ..."
"Gea berubah pikiran" potong Gea mengangkat kepalanya menatap Abra.
Semua tercengang tak percaya.
Javir menatap ke Ara dan Abra dengan tatapan tak mengerti.
Wajah bahagia semua orang berubah seketika, bahkan tawa dan candapun tidak lagi terdengar olehnya.
Dari dua minggu yang lalu setelah Malvin, Papa Javir kekantor Abra, dua keluarga itu berkumpul bersama dengan Javir dan Gea menanyakan pendapat mereka.
Javir pada awalnya terkejut, tetapi menerima rencana pertunangannya dengan Gea, sedangkan Gea saat itu tersenyum bahagia.
Mereka berdua juga meminta waktu untuk semakin saling mengenal selama dua minggu untuk memberikan jawaban pasti, dan tiga hari lalu mereka berdua memberikan jawaban yang sama, bahwa mereka mau dijodohkan.
Tetapi kenapa malam ini Gea berkata kenapa harus dengan Gea?, bahkan dengan gampangnya mengatakan berubah pikiran secara tiba-tiba.
"Gea jangan bercanda" tegur Javir.
Tatapan mata Gea masih tertuju pada Abra, tidak menatap Javir yang sedang berbicara dengannya.
"Mungkin Gea sedang gugup atau butuh waktu lagi ya?" Tanya Bela, Mama Javir lembut.
"Apa Gea terlihat gugup?" Gea malah balik bertanya kali ini nada suaranya terdengar datar. "Gea gak butuh waktu lagi, dua minggu juga sia-sia terbuang" Gea tersenyum segaris berdiri dari duduknya.
Javir ikut berdiri menghalangi langkah Gea yang hendak pergi naik ketangga. "Kamu kenapa?" tanya Javir menatap wajah Gea dalam, sedangkan Gea yang membuang muka.
"Apa karena setelah tunangan aku keluar Negri dan kamu gak mau LDRan?, kita sudah bahas itu kan Gea?."
Javir mencoba menebak-nebak apa yang membuat Gea berubah pikiran dengan pertunangan mereka.
Gea tersenyum lebar, kali ini dia membalas tatapan Javir. "Aku bukan mainan, aku juga bukan tempat sampah" dua kaliamat yang diucapkan Gea penuh penekanan.
Setelah mengatakan itu Gea berjalan melewati Javir yang masih terdiam ditempatnya.
Apa maksud dari ucapan Gea?, Javir tidak mengerti.
"Gea keluarga Javir sudah ..."
"Ayah" potong Gea untuk yang kedua kalinya Gea menghentikan langkahnya didepan tangga, tanpa membalikkan badan dia berkata "barang bawaannya gak usah dikembalikan, nati Gea yang ganti ngambil uang tabungan Gea."
Tangan Javir mengepal kuat, dia masih terdiam ditempanya berdiri.
Abra melangkahkan kakinya dengan cepat menghampiri Gea yang masih berdiri didepan anak tangga. "Bukan masalah barang sayang, Om Malvin tidak kekurangan uang, ta ...."
"Ayah" potong Gea lirih sembil mendongakkan kepalanya menatap Abra. "Gea capek" ucap Gea begitu lirih.
Mata Javir terbelalak mendengarnya, suara Gea sangat lirih dan berserak.
"Naiklah."
Javir menatap Abra, tidak peecaya dengan apa yang dikatakan Abra barusan.
Abra malah menyuruh Gea naik?.
Tatapan mata Javir beralih pada Gea yang terlihat berjalan terburu-buru, menghela nafas dan membuang nafas beberapa kali.
Gea sedang menahan tangis, Javir tahu kebiasaan Gea yang satu itu.
Apa yang salah?.
Tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut Papanya, bahkan sejak mereka pulang dari rumah Ganendra, Papanya hanya diam tidak mengatakan apapun.
Javir menatap langit-langit kamarnya, semua memorinya saat bersama Gea berputar begitu saja tampa bisa dihalangi.
Apa kesalahan Javir?, Javir pun tidak tahu apa.
Gea masih terlihat baik-baik saja kemarin saat mengambil cincin pertunangan mereka di mall. Gea masih tertawa lepas, merangkul lengannya dan bersikap manja seperti biasa.
Otak Javir benar-benar mumet.
Dia butuh refresging.
Javir membuka komputernya, fokus memencet beberpaa tombol keybord leptopnya sebelum memasukkan leptopnya kedalam ransel dengan beberapa baju dan meloncat dari beranda kamar lantai duanya.
^-^
Sudah beberapa hari Javir menunggu Gea didepan rumahnya untuk mengantar gadis itu seperti biasa.
Hari pertama Ara mengatakan Gea tidak masuk sekolah karena ada dirumah Kakeknya.
Hari kedua, Gea sudah berangkat.
Hari ketiga, Gea berangkat lebih pagi lagi.
Dan akhirnya Javir jatuh sakit, pagi hari dihari keempat Javir tidak kerumah Ganendra, tetapi saat sore Javir didepan sekolah Gea, memeperhatikan Gea dari jauh.
Jika dia menampakkan diri sekarang didepan Gea, gadis itu pasti akan kabur dan menghindar lagi.
Javir menyandarkan kepalanya terasa semakin sakit ke setir mobilnya sambil memejamkan mata.
Tok Tok Tok
Dengan terpaksa Javir membuka matanya dan menoleh kesamping, tenyata Malvin berdiri disamping mobilnya menatapnya dengan tatapan tajam.
Javir menghela nafas sebelum membuka pintu mobil dan keluar.
"Wah ... Ternyata benar kamu disini" ucap Malvin dengan nada dingin. "Apa kamu sudah gila karena ditolak Gea?, kabur dari runah, merusak semua alat pelacak dan pendeteksi yang Papa buat agar tahu kamu dimana. Gonta ganti mobil agar Papa terkecoh, hebat!."
Javir tidak mengatakan apapun, dia tidak punya tenaga untuk adu mulut dengan Ayahnya kali ini.
"Selama ini tidur dimana?" Tanya Malvin.
"Di BEM" jawab Javir santai.
"Kenapa suaramu serak begitu?, kamu sakit?."
Plak ...
"Ah ..."
Telapak tangan Malvin menggeplak kening Javir dengan keras.
"Papa mau memastikan aku sakit apa mau mukul?."
"Dua-duanya" jawab Malvin santai, "pulang sekarang, lusa berangkat menyusul Aslan dan Regan."
Ya ...
Meski pertunangan mereka gagal, rencana keberangkatan Javir masih berlanjut.
Seminggu setelah gagalnya pertunangan itu, Javir pergi keluar negeri menemani Regan dan Aslan (anak angkat keluarga Ganendra) seperti rencana awal Malvin Papanya dan atasnnya Abra, Ayah Aslan, Gea dan Regan.
Javir pikir mereka tidak akan bertemu selama beberapa tahun kedepan, nyatanya setelah beberapa bulan Gea kenegara itu bersama keluarga Ganendra.
Setiap kali mereka berpapasan, suasana pasti serasa dingin.
Setiap kali berdua pasti Gea memilih diam.
Merasa Gea sepertinya terganggu malam itu Javir pergi ke club malam, tangannya membuka salah satubaplikasi di ponselnya.
Memcoba memperhatika Gea dari cctv rumah.
Aslan, Regan dan Gea berada disatu kamar, sehingga Javir bisa mendengarkan obrolan mereka melalui penyadap yang dia pasang di jam tangan Regan, saat itu Javir tahu apa kesalahannya sehingga Gea memutuskan untuk berubah pikiran.
Meski Javir meminum alkohol, nyatanya sebenarnya dia masih kuat untuk berjalan. Tetapi Javir membiarkan Alaric anak teman Ayahnya, memapahnya untuk berjalan masuk kedalam rumah.
Langkahnya terhenti kala melihat Gea berdiri didepannya.
Javir menatap Gea dalam, menghala nafas menatap mata coklat itu. Dia merindukan tatapan Gea yang seperti sekarang.
perlahan Javir melepas rangkulan tangan Alaric berjalan menghanpiri Gea, sesampainya didepan Gea tubuh Javir melemas dan memeluk Gea erat.
"Aku selalu memikirkanmu ..." guma Javir dengan sepenuh hati, "aku selalu menunggu kamu menghubungiku ... aku selalu menunggu kamu menjelaskan apa yang membuatmu menjauh dariku ... aku ... hehehe ... aku ... aku merindukanmu." Kening Javir menyandar pada pundak Gea.
Javir mengatakan segala hal yang ingin dia katakan, apa yang terpendam selama berbulan-bulan.
"Alaric, bawa dia kekamarmu."
Suara bariton Abra yang begitu tegas membuat Javir mengeratkan pelukannya.
Saat ini mereka mengaggapnya sedang mabuk, jadi ini kesempatannya untuk bisa memeluk Gea yang dia rindukan.
Tangan Alaric menarik tubuh Javir tetapi Javir semakin erat memerluk Gea, nyaman ... dia tidak ingin melepaskan pelukannya.
"Kamu tiba-tiba mengusik ketenangan hidupku, tetapi setelah itu kamu pergi ... kamu tidak mau bertemu denganku ... kamu ..."
Buk ...
Javir tidak mengingat apapun lagi setelah itu karena Abra memukul wajahnya.
^-^
Dan disinilah dia ...
Lima tahun kemudian kembali menatap Gea secara langsung, tampa harus melalui media sosial dan meretes beberapa cctv dari kejahuan.
Javir menghentikan langkahnya tidak berhenti menuruni tangga.
Menatap Gea yang baru saja masuk kedalam rumah dengan menggenggam tangan dua anak berseragan taman kanak-kanak ditangan kanan dan kirinya.
Tampak bahagia dengan senyumnya.
"Masih disini?"
Tampa mengalihkan tatapannya pada Gea Javir menjawab, "ya" ucapnya singkat.
Javir tahu jika yang berdiri disampingnya adalah Abra, Ayah Gea. Tetapi Javir tetap saja tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari Gea.
"Pulanglah"
"Ya"
Javir masih enggan melepas tatapannya dari gadis itu, apalagi pulang sekarang juga.
Plak ...
"Aw ..."
Abra memukul lengan Javir dengan keras hingga Javir mengadu kesakitan dan secara sepontan menoleh pada Abra dengan tatapan marah.
Mata Abra yang memelototinya membuat tatapan marah Javir sirna, Javir langaung menyengir kuda.
"Iya Ayah iya" ucap Javir terpaksa berjalan menuruni tangga.
Saat menuruni tangga, Javir kembali menoleh kesamping untuk menatap Gea.
Tampa sengaja tatapan mereka bertautan, dada Javir berdetak kencang karenanya.
Gila ... kenapa loe hanya begini saat dengan dia, keluh Javir dalam hati pada jantungnya.
"Abang Je ..."
Bilqis berlari kearah Javir bersama Chaka kembarannya.
Javir merendahkan tubuhnya merentangkan tangan memeluk mereka berdua, namun tatapannya masih mengarah pada Gea.
"Abang kapan datang?" Tanya Bilqis melepaskan pelukannya.
Terpaksa Javir mengalihkan perhatiaannya dari Gea pada dua anak kecil didepannya.
"Dua hari lalu" jawab Javir dengan senyum.
"Oh ya?" Tanya Bilqis girang.
"Abang-abang yangblain polang enggak?" Tanya Chaka.
Javir menggelengkan kepalanya pelan.
Terdengar helaan nafas Bilqis yang mengekpresikan kekesalannya, "kalian berempat memang anak lupa kampung halaman."
Javir tertawa kecil mendengar ucapan Bilqis yang penuh kecewa.
"Ayo ganti baju" perintah Abra namun dengan suara lembut.
Bilqis dan Chaka berlari kecil menuju kamar mereka berdua, diikuti Abra yang berjalan dibelakangannya.
"Hai" sapa Gea.
"Hai" balas Javir.
Mereka terdiam beberapa saat, saling tatap namun tidak ada yang mengatakan apapun.
Gea menunduk memutuskan tautan tatapan mereka. "Lagi diskusi masalah hotel yang mau kalian bangun ya?" Tanya Gea tampa menatap Javir.
"Ya" jawab Javir singkat.
"Semoga sukses" ucap Gea.
Sebelum Gea melangkah pergi, Gea sempat tersenyum sekilas padanya lalu berjalan melewati Javir menyusul si kembar dan Abra.
Javir menghela nafas sebelum melangkah keluar rumah Ganendra, masuk kedalam mobil milik Papanya namun hanya duduk didalam mobil tidak berniat menyalakan mesin mobil dan pergi.
"Ya Tuhan ... dada gue serasa mau meledak" ucap Javir tampa tenaga.
^-^
.
Selamat datang dikarya Author yang ke 4 😇
Semoga suka untuk karya ini 😍
Jangan lupa 👍Like, 💬Coment dan tambah ke ❤️Favorit ya ...😉 biar gak ketinggalan tiap kali Author update
Mohon dukungannya juga ya 🥰
Love you 😘
Unik Muaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments