Keheningan pun tercipta di ruangan sejenak. Sedari tadi Darla menunggu jawaban dari Grey. Namun pria itu malah menatap lekat kepadanya. Pancaran mata Grey menunjukkan rasa tidak suka dengan pertanyaan Darla barusan. Bukannya takut Darla malah semakin penasaran. Apalagi informasi yang di dapatkan barusan tak membuatnya puas. Pasalnya Grey hanya menjelaskan pekerjaan James adalah seorang mafia. Sedari tadi Darla lebih penasaran dengan keluarga James yang tak diketahui di mana keberadaannya.
Tanpa sengaja Darla melihat bingkai foto besar di ruang tengah menampilkan wajah James berserta ayah, ibu dan sepertinya adik James. Darla yakin jika James memiliki seorang kekasih.
"Apa anda masih mau melihat matahari?" Seketika ruangan menjadi dingin manakala Grey malah balik bertanya padanya.
"Tentu saja aku masih mau melihat matahari, jangankan matahari, bulan saja ingin aku datangi jika bisa." Darla bersikap setenang mungkin walau sebenarnya tangannya sudah berkeringat dingin. Pria tua dihadapannya ini memiliki aura yang mematikan sama seperti James pikir Darla untuk sesaat.
Grey mendengus kemudian berdercih sejenak.
"Sebaiknya anda baca lah buku ini, saya akan mengambilkan anda minuman," kata Grey. Ia malas meladeni Darla karena menurutnya Darla' wanita yang menyebalkan.
"Oke, terimakasih Grey. Sekalian ambilkan aku makanan." Darla tersenyum penuh arti. Jiwa jahil Darla mulai meronta-ronta ingin melihat sampai sejauh mana Grey dapat menahan sabarnya.
Malas berdebat Grey mengiyakan permintaan Darla lalu berjalan menuju dapur. Selepas kepergian Grey. Darla mengedarkan pandangan ke segala arah melihat situasi mansion James yang nampak sepi. Dan hanya terdengar bunyi vacum cleaner berdengung di ujung sana. Secara bersamaan pula ekor mata Darla dapat melihat para maid sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang mengepel, mengelap kaca, meja dan membersihkan gorden dari ruang ke ruangan lain. Seketika Darla beralih menatap ke buku yang diberikan Grey tadi.
"Berasa sidang skripsi ini mah," kata Darla pada diri sendiri. Secepat kilat membuka buku tersebut dan membaca dengan seksama kalimat yang tertera di lembar kertas.
"Pria gila..." ucap Darla lirih saat membaca aturan nomor 30 jika ingin makan menunggu titah darinya. Ia membuka lagi lembaran buku karena terlalu banyak aturan yang dibuat membuat Darla menguap seketika.
"Ah sudah lah pusing!" Darla menutup buku tersebut dengan kuat sebelum membaca semua aturan yang telah dibuat.
"Apa anda sudah membaca semuanya?" Grey baru saja tiba melihat Darla tengah memanyunkan bibir sembari melipat tangan di dada. Pria tua itu tengah membawa nampan yang di dalamnya ada segelas air putih dan sebuah cupcake coklat.
Darla menoleh, kemudian berkata,"Sudah Mr. Grey." Seketika matanya berbinar melihat cupcake tersebut dihadapannya.
"Wow, rupanya kau baik juga ya, Grey." Darla nampak kegirangan karena pria yang menurutnya ketus mau memberikannya kue cupcake.
Mendengar perkataan Darla barusan membuat Grey mendengus kasar. "Ini makanan sisa," katanya datar dan dingin.
Seketika senyum Darla memudar. "Baik lah, aku tarik kata-kata ku tadi." Meski cupcake itu makanan sisa. Secepat kilat Darla menyambar cupcake tersebut dan menyantapnya cepat. Karena lapar dia tak perduli lagi rasanya yang terpenting saat ini memberikan cacing-cacing di dalam perutnya agar berhenti berdemo. Darla makan dengan begitu lahap.
Tanpa tahu saat ini Grey menatap jijik padanya. Menurut Grey' Darla memiliki tabble manner yang buruk dalam makan dan duduk. Pria itu menggeleng pelan tengah menilai Darla.
"Anggap lah ini sebagai hadiah kedatangan anda ke mansion. Karena besok anda tidak akan bisa menikmati makanan yang enak. Sekarang ikuti saya. Mari kita study tour di mansion supaya anda tidak tersesat di kemudian hari," kata Grey setelah melihat Darla selesai makan dan minum.
Darla merengut kesal karena baru saja selesai makan sudah harus berjalan. Dengan terpaksa Darla mengikuti arahan Grey.
Setelah selesai berjalan di mansion bersama Grey. Pria tua itu memerintahkan Darla untuk beristirahat di kamar khusus para maid. Darla merasa lega karena akhirnya dapat beristirahat.
Saat ini Darla tengah menatap langit-langit kamarnya. Ia sangat kelelahan. Menarik nafas panjang kemudian bergumam pelan,"Apa aku sedang bermimpi? Mengapa Lunna, Kak Ken, Kak Nick, Kak Sam, dan Romeo tidak menghubungiku sama sekali? Kemana mereka?" Darla meracau sendiri mencoba mengingat-ingat kejadian semalam. Berharap bahwa kejadian hari ini tidak lah benar dan hanya lah mimpi semata. Detik selanjutnya kedua mata Darla mulai menutup perlahan.
***
Waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Di sebuah kamar yang di dominasi cat berwarna putih. Terdengar dengkuran halus dari hidung Darla. Karena keletihan Darla sampai lupa jika waktu sudah malam.
Di depan pelataran mansion. James baru saja sampai di kediamannya. Nampak pria bertato dan para maid menyambut kedatangan tuannya di pintu utama.
"Di mana wanita itu?" tanya James kepada Grey yang sedang menunggu kedatangannya di depan pintu.
"Nona Darla?"
"Hanya Darla, kau tak perlu memanggilnya Nona. Ingat Grey, wanita itu sama seperti wanita yang lainnya." James mendengus kasar kemudian membuka cepat jas berwarna hitam itu.
Grey membungkuk sedikit. "Maaf Tuan, dia ada di kamarnya sedang beristirahat."
"Siapa yang mengizinkannya beristirahat." Suara James terdengar dingin membuat para maid nampak ketakutan saat melihat pancaran mata James yang begitu tajam.
Grey mengerutkan dahi. Biasanya aturan untuk para maid akan diberikan waktu istirahat sebelum berkerja esok harinya. Lantas hal tersebut membuat Grey nampak kebingungan. Pria tua itu enggan menyahut malah menundukkan kepalanya. Sebagai tanda ia mengakui telah melakukan kesalahan yang sebenarnya ia sendiri pun tak tahu apa kesalahannya.
"Khusus untuk Darla, dia mulai berkerja malam ini." James memandangi Grey dengan seksama kemudian tanpa banyak kata ia berjalan cepat menuju koridor yang mengarah ke khusus kamar para maid. Secepat kilat Grey mengikuti langkah kaki James sembari memberikan kode kepada para maid untuk menyiapkan makan malam.
Brak!!!
"Darla! Bangun!" panggil Grey setelah mendobrak paksa pintu kamar Darla barusan. Membuat Darla yang berada di pulau kapuk sontak terlonjak kaget. Dia membuka kelopak matanya kemudian mengucek-ucek cepat matanya.
"Apa?!" Darla menahan geram karena waktu istirahatnya terganggu.
"Apa begini cara seorang istri menyambut kedatangan suaminya?!" James membuka suara sedari tadi dia memperhatikan tingkah laku Darla. Pria itu melayangkan tatapan dingin kepada Darla.
"Istri? Bukannya aku hanya babumu!" seru Darla membuat James mulai tersulut emosi. Grey yang berada di samping tubuhnya juga mulai naik pitam melihat Darla sama sekali tak menunjukkan rasa takut pada Tuannya. Baru kali ini ada seorang wanita berani pada James.
"Grey! Apa kau sudah mengatakan apa saja tugasnya di mansion?" Bukannya menyahut perkataan Darla. James malah beralih menatap Grey yang sedang tergugu melihat pancaran mata James yang menyeramkan.
"Sudah, Tuan. Semua sudah saya katakan pada Darla dan saya juga sudah menyuruhnya membaca buku peraturan."
Mendengar penuturan Grey. Seketika ruangan hening. Saat ini James menatap tajam ke arah Darla yang masih duduk di atas tempat tidur. Darla juga melayangkan tatapan tajam pada James. Keduanya saling menatap satu sama lain. Seketika James memutus kontak mata kemudian secepat kilat menghampiri Darla, menarik tangan Darla hingga wanita itu jatuh tersungkur ke lantai.
"Dasar j@lang! Kau berani denganku!" seru James dengan menarik rambut Darla sehingga wanita berambut panjang itu mendongakkan kepalanya ke atas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
ni kali kau jahat nanti jatuh cinta pula
2024-06-12
0
Syahna Amira sy
kazar bgt....KL nggak suka knpa dibawa pulang coba????
2024-05-05
0
Surati
kasihan Darla terjebak dgn manusia kejam😭😭😭
2022-11-05
1