Aku Salah Jatuh Cinta
"Minumlah obat herbal ini agar kamu bisa cepat hamil," ucap Bu Anisa dengan menyodorkan gelas yang berisi minuman herbal pada menantunya.
Velicia dengan berat hati mengambil gelas tersebut dan meneguk ludahnya ketika mencium bau aneh yang menyengat pada indera penciumannya.
"Minum! Jangan cuma dipelototi aja," tutur Bu Anisa yang seolah siap menerkamnya apabila perintahnya tidak dilakukan oleh Velicia.
Dengan susah payah Velicia meneguk sedikit demi sedikit obat herbal tersebut dan ditahannya agar tidak memuntahkannya.
Aku harus bisa menahannya. Please jangan muntah…, Velicia menyemangati dirinya sendiri dalam hatinya.
"Habiskan, jangan sampai ada yang tersisa! Obat ini mahal," ucap Bu Anisa sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.
Punya mertua serasa seperti dipantau sama mandor aja. Nasibku gini amat ya…, Velicia mengeluh dalam hatinya sambil meminum obat herbal tersebut dan matanya memperhatikan ibu mertuanya yang sedang menunggunya untuk menghabiskan obat herbal tersebut.
Velicia mengernyit dan badannya bergidik merasakan obat herbal tersebut. Dia tidak menyangka jika dirinya yang sangat anti dengan obat-obatan itu bisa meminum obat herbal demi menuruti kemauan dari ibu mertuanya.
Bu Anisa mengambil tas jinjing yang dia bawa dari rumahnya dan mengeluarkan isi dari dalam tas tersebut.
"Ini harus kamu minum setiap hari. Jangan sampai kamu tidak meminumnya atau membuangnya. Mengerti?" tutur Bu Anisa sambil meletakkan beberapa bungkus obat herbal yang dia ambil dari tas tersebut.
Velicia menatap nanar bungkusan obat herbal di atas meja makannya. Sungguh dia ingin mengatakan pada ibu mertuanya itu bahwa dirinya muak melihat obat-obat herbal yang dibawanya setiap satu minggu sekali.
Namun, apa daya dia tidak bisa melakukannya. Ibu mertuanya itu sangat dipercaya oleh suaminya. Hingga apa saja yang ibu mertuanya itu bicarakan pada suami Velicia, pasti semuanya dipercayainya tanpa mencari tahu kebenarannya.
"Maaf Bu, saya harus berangkat kerja sekarang," ucap Velicia sambil memakai blazer nya dan menjinjing tasnya.
Velicia mendekati ibu mertuanya itu dan dia mengambil tangannya untuk mencium punggung tangan tersebut.
"Mau sampai kapan kamu bekerja terus-terusan? Suamimu bisa mencukupi kebutuhanmu. Tetaplah di rumah, tidak usah bekerja agar kamu bisa cepat hamil," ucap Bu Anisa ketika punggung tangannya dicium oleh Velicia.
"Tapi Bu, pekerjaan ini sangat berarti bagi saya. Mas Ferdi juga sudah menyetujuinya. Dan pekerjaan saya tidak berat Bu, jadi Ibu tidak usah khawatir. Pekerjaan saya ini tidak akan membuat saya lelah," tutur Velicia sambil tersenyum manis pada ibu mertuanya.
"Buktinya kamu belum juga hamil kan? Mungkin saja jika kamu berhenti bekerja, kamu bisa langsung hamil," sahut bu Anisa dengan percaya dirinya.
Velicia sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Dia sudah kalah, apapun yang akan dia katakan tidak berpengaruh pada ibu mertuanya karena ibu mertuanya itu selalu saja mempunyai jawaban yang tidak bisa dibantah.
"Saya berangkat dulu Bu. Apa ibu tidak pulang?" tanya Velicia sambil memakai sepatunya.
"Berangkatlah lebih dahulu, aku akan membersihkan tempat ini," jawab bu Anisa sambil berjalan ke arah dapur.
Klontang… klontang… klontang…
Suara itu berasal dari dapur. Dan Velicia yakin jika ibu mertuanya itu membersihkan semua yang ada di sana. Tak terkecuali makanan favoritnya, mi instant.
Velicia masih berdiri di sana. Di tempatnya sejak tadi memakai sepatunya. Dia menunggu ibu mertuanya itu keluar dari dapur untuk melihat barang-barang apa saja yang akan dibuangnya.
"Kok kamu masih ada di sini? Bukannya tadi kamu bilang akan telat?" tanya Bu Anisa sambil menenteng trash bag berwarna hitam yang akan dibuangnya ke tempat sampah yang berada di depan rumah mereka.
"Sini Bu, biar saya saja yang membuangnya," ucap Velicia sambil tangannya meraih trash bag tersebut dari tangan ibu mertuanya.
"Kamu yakin?" tanya bu Anisa sambil memicingkan matanya seolah tidak percaya pada menantunya itu.
"Yakin Bu. Sebaiknya Ibu di sini saja agar ibu tidak capek," ucap Velicia dengan memberikan senyum manisnya pada ibu mertuanya agar percaya padanya.
"Ya sudah terserah kamu," tukas Bu Anisa sambil berjalan kembali ke arah dapur.
Velicia segera keluar dari rumahnya dan membuka trash bag tersebut di samping rumahnya.
"Hufffttt… akhirnya selamat juga kalian anak-anakku," ucap Velicia dengan mata yang berbinar melihat beberapa bungkus mi instant dengan aneka rasa.
Bu Anisa selalu melarang Velicia dan Ferdi memakan makanan instant, terutama mi instant. Bagi Bu Anisa makanan-makanan tersebut membuat Velicia dan Ferdi tidak sehat serta mengganggu kesuburan mereka.
Segera disembunyikannya beberapa bungkus mi instant tersebut di belakang pot bunga besar yang ada di samping rumahnya. Kemudian dia berangkat kerja dengan berjalan kaki menuju tempat kerjanya.
Velicia, dia seorang guru TK yang sudah lama mengajar di salah satu TK swasta yang terkenal dan menjadi salah satu sekolah TK terbaik dengan pendidikan usia dininya. Dia menikah dengan Ferdi, anak Bu Anisa sudah lima tahun lamanya.
Ferdiansyah, dia seorang banker yang handal. Banyak pujian yang dia terima atas dedikasinya selama delapan tahun bekerja di bank swasta tersebut.
Pernikahan Ferdi dengan Velicia sudah berjalan lima tahun dan mereka belum juga dikaruniai seorang anak.
Tentu saja mereka sangat menginginkannya, hanya saja mereka tidak bisa mendapatkannya tanpa kehendak dari sang kuasa.
Velicia selalu ditekan oleh ibu mertuanya agar cepat mendapatkan anak. Alasannya sangat simpel, dia malu jika bertemu dengan teman-teman arisannya yang selalu menceritakan tentang cucunya dan memamerkan foto-foto cucu mereka yang katanya sangat lucu.
Velicia dan Ferdi selalu merasa bersalah pada Bu Anisa jika ibunya itu sudah menceritakan dan menyindir mereka. Untung saja Velicia adalah seorang yatim piatu, sehingga tidak ada dari pihaknya yang selalu menekannya seperti ibu dari suaminya itu.
Velicia benar-benar sebatang kara di dunia ini. Dia ditinggal kedua orang tuanya yang meninggal karena suatu kecelakaan. Dan dia tidak memiliki saudara sepupu, kakak ataupun adik.
Velicia dan Ferdi bertemu dalam acara amal di sebuah panti asuhan. Kala itu Ferdi bersama dengan teman-temannya mengadakan acara di panti asuhan tersebut sebagai bakti sosial yang diselenggarakan bank tempat kerjanya.
Sedangkan Velicia merupakan bagian dari panti asuhan tersebut. Dia berada di sana semenjak kedua orang tuanya meninggal. Dari sanalah cerita mereka dimulai.
Ferdi tertarik pada Velicia ketika dia baru saja datang di panti asuhan tersebut. Velicia menyambut hangat semuanya sebagai perwakilan dari panti asuhan itu.
Disetiap kesempatan, Ferdi selalu mendekatinya dan mengajaknya untuk mengobrol bersamanya. Setelah beberapa minggu kemudian, Ferdi datang kembali bersama ibunya untuk melamar Velicia.
Ferdi sudah tidak memiliki ayah lagi sejak tiga tahun yang lalu. Oleh karena itu dia bisa memahami dengan mudah perasaan Velicia yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya ketika masih berumur delapan tahun.
"Maaf Mbak, bisakah saya bertanya di mana alamat ini?" tanya seorang laki-laki dengan membawa kertas yang bertuliskan alamat rumah pada Velicia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Griselda Nirbita
aku mampir kak..
2023-03-21
1
Sebutir Debu 3
Semangat Kan Shena
2022-12-05
2