Velicia menggerutu dalam hatinya. Tiap hari dia harus merawat Lili yang dianggap oleh Ferdi seperti anak adopsi mereka.
"Kenapa harus aku yang melakukan ini? Kenapa bukan dia sendiri yang melakukannya sebelum berangkat kerja dan sepulang kerja? Bukankah dia Ayahnya Lili?" Velicia terus saja menggerutu sambil mengganti pasir milik Lili.
"Bau sekali pasirmu Lili… Apa kamu gak bisa buang air besar dan pipis di kamar mandi biar gak merepotkan aku? Apa aku ajari dia pipis dan buang air besar di kamar mandi ya, biar bisa meringankan tugasku? Oke, aku harus mencobanya," ucap Velicia sambil mengganti pasir yang baru pada wadah pasir milik Lili.
Setelah membersihkan seluruh rumah, Velicia sekedar beristirahat duduk di sofa depan televisi.
"Huffttt… lelah sekali aku hari ini, mana panas banget lagi," gerutu Velicia sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya.
"Meow… Meow…," Lili mengeong sambil mencakar-cakar sofa yang sedang diduduki oleh Velicia.
"Lili, jangan! Jika kamu terus seperti ini, Bundamu ini yang akan dimarahi sama Ayahmu," tutur Velicia sambil mengangkat tubuh Lili untuk diletakkan di atas pangkuannya.
Dibelainya dengan lembut bulu Lili yang sehalus kapas itu. Ada perasaan tenang dalam hati Velicia mengusap bulu halus milik Lili. Bukan hanya Velicia saja yang merasa tenang, bahkan Lili pun tertidur di pangkuan Velicia dengan nyaman dan tenangnya.
Kebetulan hari ini hari sabtu. Velicia libur dari kegiatan mengajarnya. Seperti biasa, jadwal liburnya bukan untuk beristirahat, melainkan bebenah rumah dan memandikan Lili.
Jika rumah tidak dalam keadaan yang sangat bersih, bisa dipastikan jika Bu Anisa, ibu mertuanya itu akan mengomel sepanjang hari ketika berkunjung ke rumah tersebut.
Sedangkan Ferdi, hari ini dia ada kegiatan sehingga dia harus tetap bekerja meskipun hari ini adalah hari liburnya.
Angin yang bersemilir dari jendela membuat tirai jendela tersebut melambai-lambai. Lama-kelamaan Velicia tertidur di atas sofa tersebut bersama dengan Lili dengan ditemani oleh semilir angin yang berhembus menerpa di wajahnya.
Setelah beberapa lama, mata Velicia terbuka. Dia melihat ke arah jam yang tergantung indah pada dinding yang ada di ruangan tersebut.
"Sudah sore ternyata. Gawat, aku ketiduran. Aku belum masak, tapi udah jam segini. Apa kita makan di luar aja ya? Iya deh mending gitu aja. Sekali-sekali makan di luar dong, biar kayak pasangan lain yang makan berdua di luar," ucap Velicia sambil terkekeh.
Setelah itu dia membersihkan badannya dan meninggalkan Lili yang masih tertidur dengan nyenyak di atas sofa.
"Pakai baju ini ah… dress ini kan yang dibelikan Mas Ferdi pertama kali kita jadian. Siapa tau Mas Ferdi lebih sayang sama aku jika melihat baju pemberiannya masih aku simpan dengan baik sampai sekarang," Velicia bermonolog di depan cermin sambil mengganti pakaiannya.
Ceklek!
Tampak Ferdi masuk dengan wajah lelahnya. Dia melepas sepatunya secara sembarangan dan tidak meletakkannya kembali pada tempatnya.
"Mas… Mas Ferdi sudah pulang?" tanya Velicia berbasa-basi untuk menyambut kedatangan suaminya.
"Hmmm…," jawab Ferdi sambil mengangguk.
Velicia melihat sepatu Ferdi yang terlempar ke arah yang berlawanan satu sama lain. Dia menghela nafasnya. Rasanya lelah sekali selalu membenarkan letak sepatu suaminya itu yang seperti bocah TK, muridnya di sekolah.
Sepertinya dia melepas sepatunya dengan berdiri, Velicia berkata dalam hatinya sambil merapikan sepatu Ferdi yang terlempar ke lain arah.
Emmm… bau sekali, Velicia kembali berkata dalam hatinya pada saat mengambil kaos kaki yang terlempar di lantai dengan arah yang berbeda satu sama lainnya.
Setelah merapikan sepatu Ferdi dan meletakkan kaos kaki Ferdi yang bau itu pada keranjang cucian kotor, dia segera mendekati Ferdi.
Ferdi duduk di sofa dan mengusap bulu halus Lili dengan lembut. Velicia mendekatinya, dia melepaskan dasi yang masih melingkar rapi pada kerah baju Ferdi.
"Mau ke mana kamu?" tanya Ferdi dengan menelisik penampilan istrinya dari atas hingga bawah.
Velicia tersenyum senang karena suaminya jeli dengan penampilannya. Kemudian dia bersandar pada lengan Ferdi dan berkata,
"Mas… kita makan di luar yuk… Sepertinya kita udah sangat lama sekali gak makan malam di luar berdua."
Ferdi menatap Velicia yang tersenyum manis padanya. Kemudian dia kembali memperhatikan Lili dan mengambil tubuh Lili untuk diletakkan di atas pangkuannya.
"Aku udah makan tadi. Kamu saja yang beli makan di luar, aku udah kenyang," tutur Ferdi tanpa memandang ke arah Velicia, tangannya masih sibuk mengusap bulu Lili.
"Loh kok Mas Ferdi udah makan sih?" tanya Velicia dengan gaya ngambeknya, dia mengerucutkan bibirnya serta melipat kedua tangannya di depan dadanya.
Ferdi melihat sekilas istrinya itu, setelah itu dia kembali sibuk memanjakan Lili. Hal itu membuat Velicia merasa diacuhkan oleh suaminya. Dan memang benar, setelah kehadiran Lili dalam rumah mereka, suaminya itu lebih sering memanjakan Lili dibandingkan dirinya yang jelas-jelas adalah istrinya.
"Tadi aku makan bersama yang lainnya. Aku gak bisa menolaknya. Sudahlah, lebih baik kamu segera membeli makanan di luar dan cepatlah kembali," ucap Ferdi yang sama sekali tidak melihat ke arah Velicia.
Tentu saja Velicia merasa kesal. Dia merelakan makan siangnya hanya karena ingin makan bersama dengan suaminya, tapi kenyataannya berbeda, kini dia hanya makan seorang diri saja.
"Mas Ferdi anterin Ve ya beli makannya… sambil kita jalan-jalan. Ini kan hari sabtu Mas, biar kita sama seperti pasangan yang lain, malam mingguan," Velicia merengek sambil menarik-narik lengan Ferdi.
"Aku capek. Aku ingin istirahat. Lebih baik kamu segera berangkat agar tidak kemalaman pulangnya," ucap Ferdi sambil melepas satu kancing bajunya.
"Apa Mas Ferdi gak ingin seperti orang lain yang jalan bersama pasangannya?" tanya Velicia kembali untuk memastikannya kembali.
Kini Ferdi menatap Velicia, dia melihat raut wajah kekecewaan pada wajah istrinya itu.
"Aku benar-benar capek, jika kamu gak mau keluar sendirian, masaklah apa adanya bahan yang ada di rumah," jawab Ferdi sambil beranjak dari duduknya.
Kaki Ferdi membawanya masuk ke dalam kamarnya, Melihat hal itu, Velicia yang benar-benar merasa kesal pada Ferdi memutuskan untuk membeli makanan di luar meskipun hanya seorang diri.
Dengan berbekal kekesalan hatinya, Velicia keluar dari rumahnya dan dia hendak membanting pintu rumahnya ketika akan menutup pintunya.
Namun, dia kembali teringat jika kehidupan mereka saat ini belum berlimpah dengan banyak uang, sehingga keinginan untuk membanting pintu tersebut diurungkannya.
Tahan Ve, jangan dibanting. bisa-bisa nanti keluar uang lebih untuk mengganti pintunya, Velicia berkata dalam hatinya sambil menutup pelan pintu tersebut.
Velicia berjalan kaki menyusuri trotoar jalanan menuju tempat para penjual makanan berada. Dengan langkah pelannya seolah dia menikmati suasana malam seorang diri, tanpa bersama pasangan.
"Makan apa ya? Apa aku makan itu saja? Eh tapi penuh sekali, sepertinya gak ada meja kosong deh. Apa dibungkus aja ya? Mas Ferdi bilang kan aku harus cepat pulang. Ah bodoh amat, biar dia tau rasa tinggal di rumah sendirian. Sekali-sekali aku akan menikmati hidupku," Velicia bermonolog sambil matanya melihat ke arah warung tenda dan penjual makanan kaki lima yang ada di tempat itu.
"Ve! Velicia kan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments