Bab 5 Omelan Ferdi

"Sayang… Sayang… agak ke sana dikit, aku mau tidur," ucap Velicia sambil menggeser-geser tubuh suaminya.

Ferdi tak sedikitpun menggeser tubuhnya. Dia malah melebarkan kaki dan tangannya ke samping, sehingga tidak ada ruang bagi Velicia untuk tidur di ranjang yang sama dengan suaminya.

"Huffftttt… lalu aku harus tidur di mana?" tanya Velicia lirih.

Beberapa menit dia berusaha membangunkan suaminya lagi, tapi tak ada hasil. Akhirnya dia keluar dari kamar tersebut dengan berbekal bantal dan selimut.

Ditatanya bantal dan selimut di atas sofa, kemudian dia duduk di sofa tersebut.

"Kenapa aku jadi seperti yang diusir dari kamarku? Harusnya aku yang marah sama dia karena dia sudah makan terlebih dahulu di luar bersama dengan teman-temannya tanpa memikirkan aku yang sedang kelaparan di rumah menunggunya untuk makan bersama. Hufffttt… sudahlah, percuma mengeluh, toh orangnya juga tidak merasa bersalah," ucap Velicia sambil merebahkan tubuhnya dan memakai selimut tebal yang dia bawa bersama bantal tadi dari kamarnya.

Hingga pagi menjelang, Velicia tertidur di atas sofa yang berada di depan televisi. Sedangkan Ferdi yang baru keluar dari kamarnya menggelengkan kepalanya melihat Velicia tertidur di sofa.

"Istri apa yang lebih memilih tidur di sofa daripada tidur di kamar bersama suaminya?" gerutu Ferdi sambil berlalu mengambil air minum.

"Bunda, Bunda… Bundanya Lili, cepat bangun, siapkan pakaianku dan sarapan untukku," ucap Ferdi sambil menggoyang-goyangkan badan Velicia.

"Hmmm…," Velicia bergumam dan menguap.

"Banguuuuun… sudah waktunya menyiapkan semuanya untuk suamimu," ucap Ferdi dengan suara yang tinggi di sebelah telinga Velicia.

Seketika mata Velicia terbuka. Tangannya mengucek-ucek matanya yang masih sedikit melekat karena rasa kantuk yang tersisa.

"Ngapain kamu tidur di sini? Sudah gak mau tidur bersama suamimu? Sekarang cepat kamu siapkan pakaian dan sarapanku," tegur Ferdi sambil beranjak pergi masuk ke dalam kamar mandi.

Velicia beranjak dengan malas dari sofa itu. Dia merasa sangat tidak bersemangat menghadapi hari ini.

"Dia pikir aku mau tidur di sofa? Harusnya dia itu mengangkat tubuhku dan dibawa ke atas ranjang. Lah ini malah aku dimaki-maki. Dikira gak capek tidur di sofa?" Velicia menggerutu di setiap langkahnya.

Velicia segera menyiapkan pakaian lengkap dengan dasinya. Setelah itu dia siapkan sarapan untuk suaminya itu.

"Sarapannya sudah siap. Tunggu aku sebentar, aku akan mandi dengan cepat," ujar Velicia sambil berjalan cepat menuju kamar mandi.

Ferdi yang sedang berjalan berpapasan dengannya menggelengkan kepalanya.

"Istri kok bangun siang. Biasanya kamu gak seperti itu. Sekarang kamu jadi pemalas," oceh Ferdi meskipun Velicia sudah tidak mendengarnya karena berada di dalam kamar mandi.

Ferdi makan terlebih dahulu dan meminum kopinya hingga habis sambil sesekali melihat ponselnya.

Velicia duduk di kursi makan yang biasanya dia duduki.

"Loh, kok udah habis Mas?" tanya Velicia yang terlihat sedih dan kecewa.

"Kamu kelamaan. Ngapain aja sih kamu di kamar mandi? Lagian kamu gak biasanya kesiangan. Ngapain aja kamu semalam?" tanya Ferdi beruntun seolah mencari pembelaan atas dirinya sendiri.

"Aku semalam membersihkan lemari es. Dan aku juga membangunkan Mas Ferdi, sayangnya aku malah kamu singkirkan dari ranjang," jawab Velicia mencoba membela dirinya agar tidak terus-terusam disalahkan oleh suaminya.

"Halah… kamu kebiasaan kalau salah selalu mencari pembelaan. Sudah, aku akan berangkat terlebih dahulu," ucap Ferdi sambil beranjak dari duduknya.

Ferdi berjalan menuju lemari es untuk mengambil minuman isotonik yang akan dia bawa untuk bekerja.

"Loh… minuman herbal yang dibelikan oleh Ibu ke mana? Gak mungkin banget kan kamu minum langsung semuanya?" tanya Ferdi yang sedang memperhatikan ke dalam lemari es, kini dia beralih memandang Velicia yang masih duduk di kursi meja makan.

"Uhuuk!"

Tenggorokan Velicia rasanya sakit. Dia tersedak nasi goreng yang super pedas miliknya. Dia kaget mendengar pertanyaan dari suaminya.

"Kalau gak mau minum, bilang ke Ibu agar tidak lagi membawakan setiap minggunya. Kasihan Ibu setiap satu minggu sekali datang ke sini hanya untuk mengirimi obat herbal agar menantunya bisa cepat hamil. Dan ternyata minuman itu dibuang oleh menantunya tanpa memikirkan niat baik Ibu mertuanya ," tutur Ferdi dengan sangat kesal.

Velicia mendengus kesal. Setelah itu dia menghela nafasnya berkali-kali agar kekesalannya bisa hilang. Bagaimanapun Ferdi adalah suaminya. Dan sepagi ini tidak seharusnya jika mereka memulai harinya dengan pertengkaran.

"Harusnya kamu juga meminum obat herbal itu. Jadi bukan hanya aku saja yang membutuhkan obat itu. Kita berjuang bersama, jadi sudah  seharusnya kita juga sama-sama meminum obat herbal itu. Mungkin saja masalahnya bukan ada padaku, tapi ada pada Mas Ferdi. Bagaimana coba?" 

Tanpa sadar Velicia mengatakannya dan tanpa berpikir panjang lagi, dia mengeluarkan semua yang ada dalam pikirannya.

Blam!

Pintu lemari es itu ditutup dengan kencang, kemudian minuman yang dia ambil dari lemari es itu dimasukkannya ke dalam tas yang dibawanya.

Velicia memegang dadanya dan mengelusnya perlahan. Sungguh dia tidak mengira jika sepagi itu dia sudah harus mendapatkan syok terapi.

"Aku berangkat!" ucap Ferdi tanpa menoleh pada istrinya.

Hati Velicia semakin bertambah kesal. Sedari tadi dia berusaha untuk menahan kekesalannya meskipun suaminya itu terus saja memojokkannya dan menyalahkannya. Kini Ferdi kembali membuat Velicia bertambah kesal.

"Dipikir obat herbal itu rasanya enak apa? Coba aja minum obat herbal itu dan buktikan bahwa kamu benar-benar bisa mempunyai anak!" 

Setelah mengucapkan hal itu, Velicia pergi meninggalkan Ferdi yang sedang memakai kaos kaki di sofa depan televisi, sehingga dia bisa mendengarkan secara gamblang apa yang dikatakan oleh istrinya itu.

Beberapa saat kemudian, Ferdi yang masih berusaha merapikan dasinya, kini dia harus menelan pil pahit yang sempat dikunyahnya.

Velicia menatap tajam pada Ferdi yang sedang merapikan dasinya.

Dalam hatinya dia tidak berani dan merasa tidak pantas melawan ataupun membentak suaminya. Hanya saja dia berharap untuk sekali ini saja dia bisa meluapkan kekesalannya. Karena selama ini dia tidak berani melawan setiap suaminya mengatakan hal yang selalu semena-mena dan menyudutkannya.

Tanpa berpamitan pada suaminya, Velicia bergegas memakai sepatu high heels nya.

Ferdi terperangah melihat sikap Velicia yang tidak seperti biasanya. Istrinya yang lemah lembut serta penurut itu, kini berubah menjadi pembangkang meskipun pada suaminya sendiri.

Braak!

Pintu rumah tersebut dibanting dengan keras oleh tangan Velicia seolah memberitahukan kekesalannya melalui tindakan.

"Makan apa dia kemarin malam hingga tiba-tiba dia bersikap seperti itu. Apa dia kesambet ya?" ucap Ferdi sambil melihat punggung istrinya yang sudah tidak ada dari dalam mobilnya.

Lain halnya dengan Ferdi yang sama sekali tidak menyadari semua kesalahannya. Velicia, dia seorang wanita yang tanpa sadar hatinya dilukai oleh suaminya dan ibu mertuanya.

Tentang suami yang selalu menyalahkan istrinya dan tentang ibu mertua yang selalu menekannya dengan masalah keturunan. Betapa stresnya dia tanpa dukungan dari suaminya yang membantu agar dia tidak merasakan tertekan dan stres. Bukankah tidak bisa memiliki keturunan bisa dari segala faktor yang ada?

"Bagaimana bisa hamil jika aku terus-terusan dibuat stres oleh mereka. Ibu dan anak sama aja. Hufffttt…," Velicia berkeluh kesah seiring langkah kakinya menuju tempat kerjanya.

Episodes
1 Bab 1 Velicia dan Ferdiansyah
2 Bab 2 Pertemuan
3 Bab 3 Bundanya Lili
4 Bab 4 Pertemuan tak terduga
5 Bab 5 Omelan Ferdi
6 Bab 6 Tragedi makan siang
7 Bab 7 Teman?
8 Bab 8 Taman pertemuan
9 Bab 9 Tragedi hujan
10 Bab 10 Sakit hati Velicia
11 Bab 11 Apa kamu selingkuh?
12 Bab 12 Lelah
13 Bab 13 Sebuah perhatian
14 Bab 14 Mandul?
15 Bab 15 Kuasa Tuhan
16 Bab 16 Luluh
17 Bab 17 Antara harapan dan kenyataan
18 Bab 18 Takdir Raymond
19 Bab 19 Wanita agresif
20 Bab 20 Tania dan Velicia
21 Bab 21 Pertemanan
22 Bab 22 Makan siang bersama teman baru
23 Bab 23 Perubahan Ferdi
24 Bab 24 Kedatangan tamu yang membuat was-was
25 Bab 25 Menikah?
26 Bab 26 Khasiat obat herbal
27 Bab 27 Tenang sebelum badai
28 Bab 28 Kebetulan yang tidak direncanakan
29 Bab 29 Sudah menikah?
30 Bab 30 Andai saja
31 Bab 31 Di antara dua pilihan
32 Bab 32 Cemas
33 Bab 33 Pahitnya arti menunggu
34 Bab 34 Penyebab sakitnya Velicia
35 Bab 35 Kemarahan Velicia
36 Bab 36 Teman baik
37 Bab 37 Kekhawatiran Raymond
38 Bab 38 Fakta yang menyakitkan hati
39 Bab 39 Runtuhnya sebuah kepercayaan
40 Bab 40 Kepercayaan dalam berumah tangga
41 Bab 41 Meratapi nasib
42 Bab 42 Penjelasan
43 Bab 43 Kenapa selalu perempuan yang disalahkan?
44 Bab 44 Mandul?
45 Bab 45 Kesendirian
46 Bab 46 Beruntung memilikimu
47 Bab 47 Kejutan untuk Velicia
48 Bab 48 Tangisan yang menyayat hati
49 Bab 49 Menghibur diri
50 Bab 50 Pembelaan diri
51 Bab 51 Pembuktian
52 Bab 52 Perasaan bersalah
53 Bab 53 Ketenangan hati Ferdi
54 Bab 54 Hari yang buruk
55 Bab 55 Rasa kehilangan
56 Bab 56 Apakah ini takdir?
57 Bab 57 Cincin pernikahan yang menjadi saksi
58 Bab 58 Bersamamu
59 Bab 59 Cinta
60 Bab 60 Mencari kebahagiaan
61 Bab 61 Tentang rasa
62 Bab 62 Sebuah kebahagiaan
63 Bab 63 Tentang Ferdi
64 Bab 64 Bundanya Cinta?
65 Bab 65 Penolakan
66 Bab 66 Kebimbangan Velicia
67 Bsb 67 Perdebatan ibu dan anak
68 Bab 68 Marahnya Velicia
69 Bab 69 Menjadi seorang penjahat
70 Bab 70 Menenangkan hati
71 Bab 71 Kekecewaan Raymond
72 Bab 72 Sebuah syarat dari Tania
73 Bab 73 Tidak ingin kehilangan
74 Bab 74 Kenyataan pahit
75 Bab 75 Hujan yang menjadi saksi
76 Bab 76 Menjadi wanita jahat
77 Bab 77 Wanita yang bersuami
78 Bab 78 Kopi pembawa masalah
79 Bab 79 Penjelasan
80 Bab 80 Rasa cinta yang menyiksa
81 Bab 81 Pagi yang menegangkan
82 Bab 82 Menderita karena perpisahan
83 Bab 83 Sebuah rencana
84 Bab 84 Cafe bersejarah
85 Bab 85 Salah jatuh cinta
86 Bab 86 Pernyataan Raymond
87 Bab 87 Rindu yang menyiksa
88 Bab 88 Arti cinta
89 Bab 89 Operasi
90 Bab 90 Berlari padamu
91 Bab 91 Merasakan jatuh cinta yang sebenarnya
92 Bab 92 Memulai kembali perjalanan
93 Bab 93 Kenyataan yang menyakitkan
94 Bab 94 Kemarahan Tania
95 Bab 95 Resiko yang harus diterima
96 Bab 96 Penyesalan
97 Bab 97 Kotak pandora yang terbuka
98 Bab 98 Ceraikan aku!
99 Bab 99 Fakta yang harus diterima
100 Bab 100 Jalan yang tak dapat dihindari
101 Bab 101 Jika aku kehilangannya
102 Bab 102 Sisi liar yang memalukan
103 Bab 103 Harga yang harus dibayar
104 Bab 104 Cinta yang menyedihkan
105 Bab 105 Pengakuan Velicia
106 Bab 106 Pernikahan tanpa cinta
107 Bab 107 Proses yang harus dilalui
108 Bab 108 Tempat pelarian untuk beristirahat
109 Bab 109 Malam yang dipenuhi dengan bintang
110 Bab 110 Setelah kepergiannya
111 Bab 111 Sebelum badai
112 Bab 112 Perasaan bersalah
113 Bab 113 Tentang perasaan
114 Bab 114 Malam sebelum aku terjatuh
115 BAB 115 Kesedihan yang kelam
116 Bab 116 Cinta yang sangat menyakitkan
117 Bab 117 Takdir
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Bab 1 Velicia dan Ferdiansyah
2
Bab 2 Pertemuan
3
Bab 3 Bundanya Lili
4
Bab 4 Pertemuan tak terduga
5
Bab 5 Omelan Ferdi
6
Bab 6 Tragedi makan siang
7
Bab 7 Teman?
8
Bab 8 Taman pertemuan
9
Bab 9 Tragedi hujan
10
Bab 10 Sakit hati Velicia
11
Bab 11 Apa kamu selingkuh?
12
Bab 12 Lelah
13
Bab 13 Sebuah perhatian
14
Bab 14 Mandul?
15
Bab 15 Kuasa Tuhan
16
Bab 16 Luluh
17
Bab 17 Antara harapan dan kenyataan
18
Bab 18 Takdir Raymond
19
Bab 19 Wanita agresif
20
Bab 20 Tania dan Velicia
21
Bab 21 Pertemanan
22
Bab 22 Makan siang bersama teman baru
23
Bab 23 Perubahan Ferdi
24
Bab 24 Kedatangan tamu yang membuat was-was
25
Bab 25 Menikah?
26
Bab 26 Khasiat obat herbal
27
Bab 27 Tenang sebelum badai
28
Bab 28 Kebetulan yang tidak direncanakan
29
Bab 29 Sudah menikah?
30
Bab 30 Andai saja
31
Bab 31 Di antara dua pilihan
32
Bab 32 Cemas
33
Bab 33 Pahitnya arti menunggu
34
Bab 34 Penyebab sakitnya Velicia
35
Bab 35 Kemarahan Velicia
36
Bab 36 Teman baik
37
Bab 37 Kekhawatiran Raymond
38
Bab 38 Fakta yang menyakitkan hati
39
Bab 39 Runtuhnya sebuah kepercayaan
40
Bab 40 Kepercayaan dalam berumah tangga
41
Bab 41 Meratapi nasib
42
Bab 42 Penjelasan
43
Bab 43 Kenapa selalu perempuan yang disalahkan?
44
Bab 44 Mandul?
45
Bab 45 Kesendirian
46
Bab 46 Beruntung memilikimu
47
Bab 47 Kejutan untuk Velicia
48
Bab 48 Tangisan yang menyayat hati
49
Bab 49 Menghibur diri
50
Bab 50 Pembelaan diri
51
Bab 51 Pembuktian
52
Bab 52 Perasaan bersalah
53
Bab 53 Ketenangan hati Ferdi
54
Bab 54 Hari yang buruk
55
Bab 55 Rasa kehilangan
56
Bab 56 Apakah ini takdir?
57
Bab 57 Cincin pernikahan yang menjadi saksi
58
Bab 58 Bersamamu
59
Bab 59 Cinta
60
Bab 60 Mencari kebahagiaan
61
Bab 61 Tentang rasa
62
Bab 62 Sebuah kebahagiaan
63
Bab 63 Tentang Ferdi
64
Bab 64 Bundanya Cinta?
65
Bab 65 Penolakan
66
Bab 66 Kebimbangan Velicia
67
Bsb 67 Perdebatan ibu dan anak
68
Bab 68 Marahnya Velicia
69
Bab 69 Menjadi seorang penjahat
70
Bab 70 Menenangkan hati
71
Bab 71 Kekecewaan Raymond
72
Bab 72 Sebuah syarat dari Tania
73
Bab 73 Tidak ingin kehilangan
74
Bab 74 Kenyataan pahit
75
Bab 75 Hujan yang menjadi saksi
76
Bab 76 Menjadi wanita jahat
77
Bab 77 Wanita yang bersuami
78
Bab 78 Kopi pembawa masalah
79
Bab 79 Penjelasan
80
Bab 80 Rasa cinta yang menyiksa
81
Bab 81 Pagi yang menegangkan
82
Bab 82 Menderita karena perpisahan
83
Bab 83 Sebuah rencana
84
Bab 84 Cafe bersejarah
85
Bab 85 Salah jatuh cinta
86
Bab 86 Pernyataan Raymond
87
Bab 87 Rindu yang menyiksa
88
Bab 88 Arti cinta
89
Bab 89 Operasi
90
Bab 90 Berlari padamu
91
Bab 91 Merasakan jatuh cinta yang sebenarnya
92
Bab 92 Memulai kembali perjalanan
93
Bab 93 Kenyataan yang menyakitkan
94
Bab 94 Kemarahan Tania
95
Bab 95 Resiko yang harus diterima
96
Bab 96 Penyesalan
97
Bab 97 Kotak pandora yang terbuka
98
Bab 98 Ceraikan aku!
99
Bab 99 Fakta yang harus diterima
100
Bab 100 Jalan yang tak dapat dihindari
101
Bab 101 Jika aku kehilangannya
102
Bab 102 Sisi liar yang memalukan
103
Bab 103 Harga yang harus dibayar
104
Bab 104 Cinta yang menyedihkan
105
Bab 105 Pengakuan Velicia
106
Bab 106 Pernikahan tanpa cinta
107
Bab 107 Proses yang harus dilalui
108
Bab 108 Tempat pelarian untuk beristirahat
109
Bab 109 Malam yang dipenuhi dengan bintang
110
Bab 110 Setelah kepergiannya
111
Bab 111 Sebelum badai
112
Bab 112 Perasaan bersalah
113
Bab 113 Tentang perasaan
114
Bab 114 Malam sebelum aku terjatuh
115
BAB 115 Kesedihan yang kelam
116
Bab 116 Cinta yang sangat menyakitkan
117
Bab 117 Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!