Bab 4 Pertemuan tak terduga

Velicia masuk ke dalam warung tenda makan kaki lima yang tidak begitu ramai dengan harapan akan ada meja kosong untuknya makan di sana.

Namun, ketika dia sudah masuk ke dalam warung tenda tersebut, ternyata di dalamnya semua meja sudah terisi. Hanya ada beberapa kursi kosong yang berada di meja yang sudah ditempati oleh orang yang sedang menikmati makanannya.

"Huffttt… ternyata sudah penuh. Apa aku harus pindah ke warung lainnya ya? Atau beli dibungkus aja, makannya di rumah?" Velicia bermonolog lirih dengan raut wajah kecewa.

"Ve! Velicia! Kamu Velicia kan?" 

Ada suara yang memanggil nama Velicia. Dan Velicia yang merasa terpanggil segera mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok orang yang memanggilnya.

Mata Velicia terbelalak ketika melihat ada seorang laki-laki yang melambaikan tangannya untuk memanggilnya.

"Ray?!" Celetuk Velicia ketika melihat Raymond melambai ke arahnya.

"Sini! Duduklah di sini. Aku sendirian," ucap Raymond tanpa bersuara, dia hanya menggerakkan mulutnya sesuai apa yang dikatakannya.

Velicia sedikit mengerti apa yang dikatakan oleh Raymond. Sayangnya ada bagian yang tidak dia mengerti dari ucapan Raymond.

Mendekatlah Velicia ke meja Raymond untuk menanyakan apa yang dikatakannya barusan. Karena yang bisa dimengerti oleh Velicia hanyalah Raymond menyuruhnya untuk mendekat padanya.

"Ada apa Ray?" tanya Velicia yang sudah berada di dekat Raymond.

"Hai Ve, kamu mau makan?" tanya Raymond sambil meminum es jeruk yang ada di atas mejanya.

"Tadinya aku mau makan, hanya saja gak ada tempat yang kosong. Sepertinya aku bungkus saja makanannya," jawab Velicia yang masih dalam posisi berdiri di sebelah meja Raymond.

"Duduklah di sini Ve. Aku yang traktir sebagai ucapan terima kasihku karena kamu telah menunjukkan alamat yang aku cari waktu itu," ucap Raymond sambil tersenyum manis pada Velicia.

"Mmm… tapi…," ucapan Velicia tidak dapat dilanjutkannya, dia ragu akan mengatakan apa yang ada dalam pikirannya.

"Apa kamu datang dengan orang lain?" tanya Raymond menelisik.

"Enggak. Aku datang sendirian," jawab Velicia dengan cepat.

"Kalau gitu kita sama, aku juga datang sendirian. Duduklah, aku akan memesankan makanan untukmu. Dan jangan tolak traktiranku ini, karena ini ucapan terima kasihku untuk saat itu," tutur Raymond dengan senyuman manisnya.

Senyuman manis Raymond sangat mempesona, hingga Velicia dibuat tidak berkutik olehnya.

"Ini Mas pesanannya. Silahkan dimakan," ucap pemilik warung ketika menyerahkan makanan yang dipesan oleh Raymond.

"Terima kasih. Mas, nambah satu lagi seperti ini ya buat Mbak ini, sama minumannya juga," ucap Raymond ketika menerima makanannya.

"Baik Mas, tunggu sebentar ya," tukas si pemilik warung tersebut.

Raymond pun menganggukkan kepalanya pada orang tersebut. Kemudian dia kembali berbincang-bincang dengan Velicia.

Perbincangan mereka sempat terhenti ketika makanan Velicia datang. Dan mereka kembali berbincang-bincang hingga tak terasa makanan mereka habis.

"Ray, terima kasih ya sudah mentraktirku makan. Biar lain kali aku yang mentraktirmu," ucap Velicia ketika mereka keluar dari warung tenda kaki lima tadi.

"Enggak usah sungkan gitu Ve. Kan udah aku bilang jika tadi itu ucapan terima kasih aku untuk yang waktu itu. Dan aku senang bisa bertemu denganmu karena ternyata obrolan kita bisa nyambung. Aku gak mengira jika kita bisa ngobrol seasik ini," tutur Raymond dengan memberikan sebuah permen yang dia ambil dari kantong celananya dan diberikan pada Velicia.

Velicia mengkerutkan dahinya, dia tidak tahu dengan maksud dari uluran permen Raymond padanya.

"Untuk kamu. Makanlah," ucap Raymond sambil meletakkan permen tersebut pada tangan Velicia.

Velicia tersenyum dan membuka permen tersebut.

"Terima kasih," ucap Velicia sambil menunjukkan permen yang dia pegang.

Raymond tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia juga mengambil sebungkus permen dari dalam kantong celananya. Kemudian dia buka dan dimasukkan ke dalam mulutnya.

Velicia pun melakukan hal yang sama, dia membuka bungkus permen tersebut, kemudian dia memakan permennya dan menyimpan bungkus permen itu di dalam saku celananya.

Mereka berdua berjalan menyusuri jalan menuju ke rumah mereka dengan pelan-pelan dan berbincang tentang banyak hal.

Tak terasa obrolan mereka harus berakhir. Kini mereka sudah sampai di depan rumah Velicia. Sedangkan Raymond masih harus berjalan sebentar untuk bisa sampai di rumahnya.

Dalam perjalanannya menuju rumahnya, Raymond tersenyum-senyum sendiri mengingat obrolannya bersama dengan Velicia. Entah mengapa mereka bisa seasik itu padahal mereka baru saja bertemu dan berkenalan.

Begitupula dengan Velicia. Dia merasa sangat senang berbincang dengan Raymond. Meskipun mereka baru saja kenal, tapi mereka bisa begitu akrab, sehingga membuat Velicia menjadi teringat padanya.

"Ke mana aja? Kok lama? Mana makanannya?" tanya Ferdi yang sedang menonton televisi sambil memangku Lili.

Velicia menghela nafasnya, dia enggan menjawab pertanyaan dari suaminya karena melihat Lili yang berada dalam pangkuannya.

Seharusnya aku yang dia manjakan. Seharusnya aku yang ada di pangkuannya, bukan kucing, Velicia menggerutu dalam hatinya.

"Bunda, kok diam aja? Mana makanannya?" tanya Ferdi sambil memandang istrinya itu dengan penuh tanya.

"Udah aku makan di sana. Habisnya aku kelaparan sih nunggu orang pulang dan ternyata yang ditunggu malah udah makan duluan," jawab Velicia bermaksud untuk menyindir suaminya.

"Bunda! Aku kan gak ngerti kalau kamu mau mengajakku makan di luar. Lagian kalau Ibu tau pasti kita akan dimarahi. Kamu tau kan jika kita dilarang Ibu membeli makanan di luaran sana. Ibu menyuruhmu untuk memasak sendiri agar lebih sehat," seru Ferdi menanggapi sindiran dari Velicia, istrinya sendiri.

"Aku sehat, sangat sehat malahan. Tiap hari aku harus meminum obat herbal pemberian Ibumu. Kamu juga harus meminumnya, agar kamu bisa tau pengorbananku seperti apa, yang tiap hari harus meminumnya," ucap Velicia seperti sedang menentangnya.

Ferdi merasa sakit hati, dia beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan televisi yang masih tetap menyala menuju kamarnya.

Brak!

Pintu kamar itu tertutup sangat keras seolah mengibaratkan besarnya kemarahan Ferdi saat ini.

Velicia menghela nafasnya kesal. Baru saja dia merasa senang karena secara kebetulan dia bertemu dengan Raymond dan ternyata pertemuan serta obrolan mereka sangat berkesan.

Kini kebahagiaannya itu bukan hanya pudar belaka, bahkan sudah lenyap terkena perkataan Ferdi yang sangat tidak mengenakkan padanya.

"Rasanya panas sekali. Aku harus minum air dingin. Tenggorokanku rasanya kering," ucap Velicia sambil berjalan menuju lemari es. 

 

Di dalam lemari es itu dia kembali bertemu dengan beberapa botol minuman herbal yang diberikan ibu Ferdi padanya, berharap agar Velicia dan Ferdi segera mendapatkan keturunan.

"Bosen aku minum minuman herbal ini. Apa aku buang saja ya? Kan gak ada yang tahu," ucap Velicia sambil mengeluarkan beberapa botol minuman herbal itu dan berniat untuk membuangnya.

Ketika dia berjongkok di depan lemari es, ada sesuatu yang mengganjal di saku celananya. Dia berdiri kembali dan merogoh saku celananya.

Dikeluarkan ponselnya dari saku celananya. Dan ada benda yang terjatuh ketika ponsel itu ditariknya keluar dari saku celananya.

Dilihatnya benda yang terjatuh itu dan segera diambilnya benda tersebut dari lantai. Bibirnya melengkung ke atas ketika melihat bungkus permen yang diberikan oleh Raymond tadi.

"So cute," ucap Velicia membaca tulisan pada bungkus permen tersebut.

Episodes
1 Bab 1 Velicia dan Ferdiansyah
2 Bab 2 Pertemuan
3 Bab 3 Bundanya Lili
4 Bab 4 Pertemuan tak terduga
5 Bab 5 Omelan Ferdi
6 Bab 6 Tragedi makan siang
7 Bab 7 Teman?
8 Bab 8 Taman pertemuan
9 Bab 9 Tragedi hujan
10 Bab 10 Sakit hati Velicia
11 Bab 11 Apa kamu selingkuh?
12 Bab 12 Lelah
13 Bab 13 Sebuah perhatian
14 Bab 14 Mandul?
15 Bab 15 Kuasa Tuhan
16 Bab 16 Luluh
17 Bab 17 Antara harapan dan kenyataan
18 Bab 18 Takdir Raymond
19 Bab 19 Wanita agresif
20 Bab 20 Tania dan Velicia
21 Bab 21 Pertemanan
22 Bab 22 Makan siang bersama teman baru
23 Bab 23 Perubahan Ferdi
24 Bab 24 Kedatangan tamu yang membuat was-was
25 Bab 25 Menikah?
26 Bab 26 Khasiat obat herbal
27 Bab 27 Tenang sebelum badai
28 Bab 28 Kebetulan yang tidak direncanakan
29 Bab 29 Sudah menikah?
30 Bab 30 Andai saja
31 Bab 31 Di antara dua pilihan
32 Bab 32 Cemas
33 Bab 33 Pahitnya arti menunggu
34 Bab 34 Penyebab sakitnya Velicia
35 Bab 35 Kemarahan Velicia
36 Bab 36 Teman baik
37 Bab 37 Kekhawatiran Raymond
38 Bab 38 Fakta yang menyakitkan hati
39 Bab 39 Runtuhnya sebuah kepercayaan
40 Bab 40 Kepercayaan dalam berumah tangga
41 Bab 41 Meratapi nasib
42 Bab 42 Penjelasan
43 Bab 43 Kenapa selalu perempuan yang disalahkan?
44 Bab 44 Mandul?
45 Bab 45 Kesendirian
46 Bab 46 Beruntung memilikimu
47 Bab 47 Kejutan untuk Velicia
48 Bab 48 Tangisan yang menyayat hati
49 Bab 49 Menghibur diri
50 Bab 50 Pembelaan diri
51 Bab 51 Pembuktian
52 Bab 52 Perasaan bersalah
53 Bab 53 Ketenangan hati Ferdi
54 Bab 54 Hari yang buruk
55 Bab 55 Rasa kehilangan
56 Bab 56 Apakah ini takdir?
57 Bab 57 Cincin pernikahan yang menjadi saksi
58 Bab 58 Bersamamu
59 Bab 59 Cinta
60 Bab 60 Mencari kebahagiaan
61 Bab 61 Tentang rasa
62 Bab 62 Sebuah kebahagiaan
63 Bab 63 Tentang Ferdi
64 Bab 64 Bundanya Cinta?
65 Bab 65 Penolakan
66 Bab 66 Kebimbangan Velicia
67 Bsb 67 Perdebatan ibu dan anak
68 Bab 68 Marahnya Velicia
69 Bab 69 Menjadi seorang penjahat
70 Bab 70 Menenangkan hati
71 Bab 71 Kekecewaan Raymond
72 Bab 72 Sebuah syarat dari Tania
73 Bab 73 Tidak ingin kehilangan
74 Bab 74 Kenyataan pahit
75 Bab 75 Hujan yang menjadi saksi
76 Bab 76 Menjadi wanita jahat
77 Bab 77 Wanita yang bersuami
78 Bab 78 Kopi pembawa masalah
79 Bab 79 Penjelasan
80 Bab 80 Rasa cinta yang menyiksa
81 Bab 81 Pagi yang menegangkan
82 Bab 82 Menderita karena perpisahan
83 Bab 83 Sebuah rencana
84 Bab 84 Cafe bersejarah
85 Bab 85 Salah jatuh cinta
86 Bab 86 Pernyataan Raymond
87 Bab 87 Rindu yang menyiksa
88 Bab 88 Arti cinta
89 Bab 89 Operasi
90 Bab 90 Berlari padamu
91 Bab 91 Merasakan jatuh cinta yang sebenarnya
92 Bab 92 Memulai kembali perjalanan
93 Bab 93 Kenyataan yang menyakitkan
94 Bab 94 Kemarahan Tania
95 Bab 95 Resiko yang harus diterima
96 Bab 96 Penyesalan
97 Bab 97 Kotak pandora yang terbuka
98 Bab 98 Ceraikan aku!
99 Bab 99 Fakta yang harus diterima
100 Bab 100 Jalan yang tak dapat dihindari
101 Bab 101 Jika aku kehilangannya
102 Bab 102 Sisi liar yang memalukan
103 Bab 103 Harga yang harus dibayar
104 Bab 104 Cinta yang menyedihkan
105 Bab 105 Pengakuan Velicia
106 Bab 106 Pernikahan tanpa cinta
107 Bab 107 Proses yang harus dilalui
108 Bab 108 Tempat pelarian untuk beristirahat
109 Bab 109 Malam yang dipenuhi dengan bintang
110 Bab 110 Setelah kepergiannya
111 Bab 111 Sebelum badai
112 Bab 112 Perasaan bersalah
113 Bab 113 Tentang perasaan
114 Bab 114 Malam sebelum aku terjatuh
115 BAB 115 Kesedihan yang kelam
116 Bab 116 Cinta yang sangat menyakitkan
117 Bab 117 Takdir
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Bab 1 Velicia dan Ferdiansyah
2
Bab 2 Pertemuan
3
Bab 3 Bundanya Lili
4
Bab 4 Pertemuan tak terduga
5
Bab 5 Omelan Ferdi
6
Bab 6 Tragedi makan siang
7
Bab 7 Teman?
8
Bab 8 Taman pertemuan
9
Bab 9 Tragedi hujan
10
Bab 10 Sakit hati Velicia
11
Bab 11 Apa kamu selingkuh?
12
Bab 12 Lelah
13
Bab 13 Sebuah perhatian
14
Bab 14 Mandul?
15
Bab 15 Kuasa Tuhan
16
Bab 16 Luluh
17
Bab 17 Antara harapan dan kenyataan
18
Bab 18 Takdir Raymond
19
Bab 19 Wanita agresif
20
Bab 20 Tania dan Velicia
21
Bab 21 Pertemanan
22
Bab 22 Makan siang bersama teman baru
23
Bab 23 Perubahan Ferdi
24
Bab 24 Kedatangan tamu yang membuat was-was
25
Bab 25 Menikah?
26
Bab 26 Khasiat obat herbal
27
Bab 27 Tenang sebelum badai
28
Bab 28 Kebetulan yang tidak direncanakan
29
Bab 29 Sudah menikah?
30
Bab 30 Andai saja
31
Bab 31 Di antara dua pilihan
32
Bab 32 Cemas
33
Bab 33 Pahitnya arti menunggu
34
Bab 34 Penyebab sakitnya Velicia
35
Bab 35 Kemarahan Velicia
36
Bab 36 Teman baik
37
Bab 37 Kekhawatiran Raymond
38
Bab 38 Fakta yang menyakitkan hati
39
Bab 39 Runtuhnya sebuah kepercayaan
40
Bab 40 Kepercayaan dalam berumah tangga
41
Bab 41 Meratapi nasib
42
Bab 42 Penjelasan
43
Bab 43 Kenapa selalu perempuan yang disalahkan?
44
Bab 44 Mandul?
45
Bab 45 Kesendirian
46
Bab 46 Beruntung memilikimu
47
Bab 47 Kejutan untuk Velicia
48
Bab 48 Tangisan yang menyayat hati
49
Bab 49 Menghibur diri
50
Bab 50 Pembelaan diri
51
Bab 51 Pembuktian
52
Bab 52 Perasaan bersalah
53
Bab 53 Ketenangan hati Ferdi
54
Bab 54 Hari yang buruk
55
Bab 55 Rasa kehilangan
56
Bab 56 Apakah ini takdir?
57
Bab 57 Cincin pernikahan yang menjadi saksi
58
Bab 58 Bersamamu
59
Bab 59 Cinta
60
Bab 60 Mencari kebahagiaan
61
Bab 61 Tentang rasa
62
Bab 62 Sebuah kebahagiaan
63
Bab 63 Tentang Ferdi
64
Bab 64 Bundanya Cinta?
65
Bab 65 Penolakan
66
Bab 66 Kebimbangan Velicia
67
Bsb 67 Perdebatan ibu dan anak
68
Bab 68 Marahnya Velicia
69
Bab 69 Menjadi seorang penjahat
70
Bab 70 Menenangkan hati
71
Bab 71 Kekecewaan Raymond
72
Bab 72 Sebuah syarat dari Tania
73
Bab 73 Tidak ingin kehilangan
74
Bab 74 Kenyataan pahit
75
Bab 75 Hujan yang menjadi saksi
76
Bab 76 Menjadi wanita jahat
77
Bab 77 Wanita yang bersuami
78
Bab 78 Kopi pembawa masalah
79
Bab 79 Penjelasan
80
Bab 80 Rasa cinta yang menyiksa
81
Bab 81 Pagi yang menegangkan
82
Bab 82 Menderita karena perpisahan
83
Bab 83 Sebuah rencana
84
Bab 84 Cafe bersejarah
85
Bab 85 Salah jatuh cinta
86
Bab 86 Pernyataan Raymond
87
Bab 87 Rindu yang menyiksa
88
Bab 88 Arti cinta
89
Bab 89 Operasi
90
Bab 90 Berlari padamu
91
Bab 91 Merasakan jatuh cinta yang sebenarnya
92
Bab 92 Memulai kembali perjalanan
93
Bab 93 Kenyataan yang menyakitkan
94
Bab 94 Kemarahan Tania
95
Bab 95 Resiko yang harus diterima
96
Bab 96 Penyesalan
97
Bab 97 Kotak pandora yang terbuka
98
Bab 98 Ceraikan aku!
99
Bab 99 Fakta yang harus diterima
100
Bab 100 Jalan yang tak dapat dihindari
101
Bab 101 Jika aku kehilangannya
102
Bab 102 Sisi liar yang memalukan
103
Bab 103 Harga yang harus dibayar
104
Bab 104 Cinta yang menyedihkan
105
Bab 105 Pengakuan Velicia
106
Bab 106 Pernikahan tanpa cinta
107
Bab 107 Proses yang harus dilalui
108
Bab 108 Tempat pelarian untuk beristirahat
109
Bab 109 Malam yang dipenuhi dengan bintang
110
Bab 110 Setelah kepergiannya
111
Bab 111 Sebelum badai
112
Bab 112 Perasaan bersalah
113
Bab 113 Tentang perasaan
114
Bab 114 Malam sebelum aku terjatuh
115
BAB 115 Kesedihan yang kelam
116
Bab 116 Cinta yang sangat menyakitkan
117
Bab 117 Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!