Cursed Throne
10 Oktober, 2022
Kantor PT. Cahaya Abadi
'Ctak! Ctakk! Takk! Takk!'
Dalam ruang kantor yang begitu padat pegawai ini, suara dari ketukan keyboard memenuhi ruangan ini.
Sesekali terdengar suara dari beberapa pegawai yang mengeluh karena mesin printernya tak mau bekerja. Sesekali pula terdengar suara teriakan dari manajer yang mengeluhkan kinerja para pegawainya.
Sama seperti hari ini.
"Brian! Brian! Apa-apaan ini?!" teriak seorang pria berumur 30an tahun itu sambil memukul-mukul berkas di tangan kirinya.
"I-iya, Pak? A-ada apa ya?" tanya Brian takut.
Ia sudah paham dengan betul bahwa teriakan dari manajernya itu hanya berarti satu hal. Yaitu bahwa dirinya melakukan kesalahan, dan akan terkena marah karena hal itu.
"Apa-apaan laporan ini?! Apakah kau buta atau bagaimana?! Lihat! Laporan dari bulan April hingga bulan Juni masih belum dimasukkan!" teriak manajer itu sambil melemparkan berkas ke arah Brian.
Pemuda dengan rambut hitam agak panjang itu hanya bisa diam sambil merapikan berkas yang berserakan di lantai.
Sedangkan rekam kerja yang duduk di sekitarnya hanya melakukan satu dari dua hal. Antara mereka diam tanpa berani melirik, atau pura-pura sibuk dan pergi meninggalkan meja kerja mereka.
Dari mulut Brian, hanya bisa keluar satu kata.
"Maaf...."
"Maaf?! Jika maaf bisa menyelesaikan segalanya, maka tak perlu ada polisi dan...."
Brian hanya menutup telinganya sambil membereskan pekerjaannya. Kembali menatap ke layar monitornya.
Entah berapa lama waktu berlalu, tapi suara teriakan dari manajer itu telah berhenti. Tak hanya itu, cahaya matahari pun mulai terbenam. Menandakan akhir dari jam kerjanya.
"Aaah, selesai juga target hari ini!"
"Sialan, manajer sialan itu benar-benar tak bisa berhenti berteriak ya?"
"Biarkan saja. Dia akan mati karena darah tinggi sebentar lagi."
Ocehan dari beberapa pegawai yang lain terdengar. Memperindah akhir dari hari yang melelahkan ini.
Sedangkan Brian sendiri masih sibuk melanjutkan pekerjaannya yang sebelumnya.
"Oi, Brian. Kau tak pulang?" tanya rekan kerjanya.
"Sedikit lagi dan akan selesai." balas Brian yang masuk sibuk mengetik pada keyboardnya.
"Baiklah, tapi berhati-hati lah. Suasana malam di kantor ini cukup menyeramkan. Kabarnya ada suara-suara aneh bagi siapapun yang lembur di malam hari."
"Aku tak percaya dengan hantu." balas Brian dengan sikap yang acuh lalu kembali bekerja.
Perkataan rekannya memang ada benarnya. Lampu kantor mulai dimatikan satu persatu. Menyisakan hanya bilik meja kerja Brian yang menyala sendirian di lantai ini.
Bersama dengannya adalah beberapa pegawai di lantai yang berbeda, yang juga masih lembur untuk menyelesaikan target harian mereka.
'Hah.... Membosankan sekali. Ku pikir dunia orang dewasa akan jauh lebih menyenangkan.' pikir Brian dalam hatinya.
Tempo kerjanya mulai melambat. Bahkan tangannya mulai berhenti mengetik pada keyboard itu.
Secara perlahan, Brian mulai bersantai sambil menatap beberapa poster di samping bilik meja kerjanya.
...[Target tahun ini! Naik pangkat dan memperoleh upah minimal 7 juta per bulan! Fokus kerja!]...
Dalam poster itu terdapat foto dirinya yang masih muda, dirinya yang masih baru saja lulus dari perguruan tinggi 3 tahun yang lalu.
'Sudah berapa lama target itu terpasang tanpa tercapai?' tanya Brian dengan rasa iba.
'Apakah ini adalah kehidupan yang selama ini aku inginkan sejak kecil? Menjadi pegawai kantor dengan gaji tinggi? Untuk apa? Aku bahkan tak memiliki sosok untuk ku sokong dengan gajiku.' pikir Brian sekali lagi.
Kali ini, Brian mulai menoleh ke sudut biliknya dan menatap sebuah poster berbeda.
...[MMORPG Land of Heroes akan dirilis 21 Desember 2022! Dikabarkan akan menjadi game MMO terbaik sepanjang masa! Pastikan uang kalian cukup untuk membeli game ini!]...
Senyuman yang tipis mulai terlukis di wajah Brian setelah melihat poster itu.
'Benar juga.... Bukankah aku ingin membeli permainan itu? Baiklah! Fokus! Fokus untuk naik pangkat dan memperoleh lebih banyak uang untuk menikmati berbagai game lalu....'
Brian memperoleh kembali semangat kerjanya dan mulai fokus pada keyboard dan layarnya. Akan tetapi, rumor yang baru saja didengar dari rekannya, nampaknya terbukti benar.
"Dies val thur kathar...."
"Hmm? Siapa itu?" tanya Brian yang segera membalikkan badannya. Tapi Ia tak bisa menemukan satu orang pun.
Dalam pikirannya, Brian menyangka bahwa mungkin dirinya hanya salah dengar saja. Tapi....
"Veult rashkurr.... Thyrias vold...."
"Oke cukup! Candaan kalian benar-benar tidak lucu!" teriak Brian yang kini mulai berpikir bahwa rekannya mungkin mengerjai dirinya.
Brian pun berdiri dan berlari keluar. Memeriksa satu per satu bilik meja kerja di sekitarnya. Tapi di tengah-tengah ruang kantor yang besar ini, hanya terdapat dua lampu yang menyala.
Yaitu lampu yang berada tepat di atas bilik meja kerja Brian, dan juga lampu di pintu keluar.
Jantung Brian mulai berdegup kencang. Ia tak percaya bahwa hantu itu ada. Sama sekali tak percaya. Tapi bagaimana menjelaskan suara aneh yang seakan-akan berbisik tepat di samping telinganya itu?
Satu-satunya penjelasan yang logis hanyalah rekan kerjanya yang mengerjai dirinya dengan berpura-pura menciptakan suasana horror ini.
Karena tak lagi ada suara misterius itu, Brian kembali duduk di hadapan meja kerjanya. Bersiap untuk segera menyelesaikan perbaikan itu.
Akan tetapi.... saat Brian kembali menatap ke arah layarnya, sesuatu yang aneh muncul.
"Tu-tunggu. Apa-apaan ini?" teriak Brian terkejut.
Layar monitornya terlihat mengalami kerusakan dengan pixel yang pecah dan tampilan grafis yang terdistorsi.
'Bzzzttt!'
Tak berselang lama, suara listrik korsleting mulai terdengar.
"Sialan!" teriak Brian sambil memukul monitornya berkali-kali.
"Perusahaan sialan! Memberikan perangkat keras yang bobrok! Bagaimana aku bisa bekerja jika...."
Saat emosi Brian memuncak dan hendak memukul layar monitornya dari depan, tangannya secara tiba-tiba menembus layar monitornya. Bukan merusaknya.
Tapi seakan-akan.... Tertarik ke dalamnya.
"Uuggh! Apa-apaan ini?!"
Brian berusaha menarik tangan kanannya sekuat tenaga. Tapi tangannya seakan-akan tak bisa ditarik. Bahkan dari sisi lain, terdapat sesuatu yang berusaha menyeret tangannya ke dalam layar monitor itu.
Sedikit demi sedikit, tubuhnya mulai terseret ke dalam layar monitor 32 inchi itu.
Seberapa kuat pun Brian berusaha bertahan, Ia tak bisa melawan tarikan dari dalam layar itu. Mejanya pun mulai berserakan dengan kertas dan alat tulis yang mulai berjatuhan ke lantai.
Hingga akhirnya.... Setelah perjuangan sia-sia selama 1 menit, Brian pun sepenuhnya terseret ke dalam layar monitornya.
Meninggalkan ruang kantor ini.
......***......
'Braaakkkk!!!'
"Uugghh!"
Brian terjatuh ke tanah, pandangan di sekitarnya pun cukup gelap. Sebelum sadarkan diri sepenuhnya, Brian kembali mendengar suara yang aneh itu.
Tapi kini tak lagi dalam bentuk bisikan. Melainkan mendengarnya berada tepat di belakang kepalanya dengan sangat jelas.
"Val Karth.... Zashtum!"
Segera setelah menyelesaikan kalimat itu, Brian mulai merasakan hawa panas mengalir dalam tubuhnya. Sesuatu yang panas.... Dan berwarna merah menyala.
Saat Ia berhasil sedikit membuka matanya, Ia melihat sosok yang seharusnya tak ada di dunia ini.
Sosok seorang wanita berambut perak yang panjang, dengan telinga yang runcing dan panjang. Sedangkan matanya memiliki warna merah darah yang memukau.
"Apa-apaan ini?!"
Pada saat itu lah, keluhan Brian mengenai hari yang membosankan telah berakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Yorfinn
gaya bahasa nya enak, entah kenapa yang baca sepi
2022-12-29
2
Goe Soka Cara Loe
mantap lanjutkan 🧐
2022-12-24
1
John Singgih
bahasa yang dipakai untuk memanggil Brian itu bahasa apa ya ?
2022-12-15
1