Chapter 5 - Awal dari Segalanya

"Disana!"

"Jangan sampai Iblis itu kabur!"

Teriakan para Ksatria terus terdengar di sekitar Brian. Sedangkan Cecilia sendiri, kini tampak semakin lemas dan pucat.

Langkah kakinya mulai melambat, nafasnya pun mulai menipis.

Hingga akhirnya setelah beberapa saat....

'Braakkk!'

Cecilia tersungkur ke tanah, tertimbun di tumpukan dedaunan kering dan perakaran tanaman yang besar itu.

"Cecilia! Apa yang...."

Pada saat itu lah, Brian baru menyadari. Tak hanya di pundaknya, tapi paha kanan Cecilia juga terkena tembakan anak panah. Menusuk cukup dalam dengan darah yang masih terus mengalir sampai saat ini.

"La... ri...." ucap Cecilia dengan suara yang lirih.

"Apa yang kau katakan?! Tak mungkin aku meninggalkanmu kan?!" teriak Brian panik.

Pikirannya berputar dengan keras atas apa yang sebaiknya dilakukan terhadap luka seperti itu.

'Itu benar. Perban, perlambat aliran darah. Biarkan panah menancap untuk menutup aliran di sekitar luka, lalu....'

Brian segera menarik pedang tua itu dari sarungnya. Mengarahkannya tepat ke arah pakaiannya.

Dengan cepat, Brian memotong kain pakaiannya dan menggunakannya sebagai perban. Menutupi luka di sekitar paha kanan dan juga pundak Cecilia.

Hanya saja....

'Sruuugg! Srruuugg!'

Suara langkah kaki dan gesekan zirah besi para Ksatria itu mulai terdengar. Sesekali suara ayunan pedang mereka untuk memotong semak belukar juga terdengar dengan jelas.

'Deg! Deg!'

Jantung Brian berdegup semakin kencang.

Selama hidupnya, masalah paling besar yang di hadapinya hanyalah biaya tagihan yang lebih besar daripada gajinya.

Atau perkelahian antar karyawan di kantornya ketika sedang memperdebatkan suatu masalah sepele.

Tapi kini....

'Kenapa?! Kami berdua tak pernah melukai siapapun! Kenapa memburu kami seperti ini?!'

Brian mulai mempertanyakan hal itu dalam dirinya sendiri. Hal yang dilakukan oleh dirinya bersama dengan Cecilia hanyalah bertahan hidup dengan damai di dalam hutan.

Itu saja.

Tak lebih, dan juga tak kurang.

Cecilia memang pernah memperingatkannya untuk tidak memperlihatkan diri di pemukiman manusia, karena dirinya kini adalah bagian dari Iblis.

Juga untuk tidak pernah melukai umat manusia, agar tidak memancing amarah dari Ksatria dan Perintah Suci.

Mereka berdua tak pernah mengganggu umat manusia. Lantas kenapa harus menerima perlakuan seperti ini?

Bahkan....

Kini hanya ada dua pilihan di hadapannya. Yaitu menjaga dan berusaha menyelamatkan Cecilia, lalu mungkin mati dalam prosesnya.

Atau....

Meninggalkannya dan kabur dari tempat ini. Sendirian.

Saat Brian masih berpikir dengan pilihan yang sangat berat itu, suara para Ksatria terdengar semakin dekat.

"Pasti di sekitar sini!"

"Cari di sekitar semak-semak yang rimbun!"

"Hutan sialan...."

'Apa yang harus ku lakukan....'

Tapi, bahkan di tengah krisis seperti ini....

"Bri... an.... Akan ku ajarkan.... Sihir sederhana.... Padamu.... Lalu.... Tolong.... Gunakan itu, untuk kabur dari sini.... Aku.... Sudah berakhir...."

Suara lirih dari Cecilia membuat hati Brian semakin teriris.

Ia memang baru sesaat hidup dan mengenali wanita itu. Tapi entah kenapa, waktu sesaat itu terasa jauh lebih berharga baginya. Dibandingkan dengan puluhan tahun dirinya hidup di bumi.

Mungkin....

Karena di sana, tak ada yang memperdulikannya seperti ini?

Dengan gerakan yang begitu lemah, Cecilia menggambar sesuatu di tanah dengan ujung jari telunjuknya.

Apa yang digambarnya adalah sebuah segitiga dengan 3 garis yang saling berlawanan di dalamnya.

"Fleme.... Sihir api sederhana.... Sangat lemah, tapi di tengah hutan lebat ini.... Kau bisa memanfaatkannya.... Tirukan lambang ini.... Dan.... Fokuskan pikiranmu...."

Kedua mata Cecilia nampak mulai menutup secara perlahan. Bahkan suaranya semakin lirih hingga sangat sulit untuk di dengar.

Tapi bagi Brian, tak ada suara lain yang bisa didengarnya selain suara yang berasal dari mulut Cecilia.

"Aku mengerti. Tapi ku mohon.... Bertahan lah...."

Tak ada balasan lagi dari Cecilia, selain sebuah senyuman tipis yang terkesan begitu lega.

"Oi! Aku melihat sesuatu! Di sana!"

'Sruuugg! Sruuugg!'

Seluruh Ksatria yang mendengar teriakan itu segera mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara. Dimana salah seorang Ksatria nampak sedang menunjuk ke suatu arah.

Arah dimana Brian secara perlahan mulai berdiri di balik semak yang begitu lebat.

Sambil memegang pedang di tangan kanannya, Brian segera berlari dari tempat itu.

"Jangan biarkan dia kabur!"

Tatapan pria berambut hitam itu cukup suram, meski begitu Ia tetap terus berlari. Sesekali, Ia berhenti dan menggambarkan lambang yang sama di tanah. Tepat di bawah tumpukan dedaunan yang kering.

'Syyuttt! Jleebb!!'

Beberapa anak panah melesat, dan salah satu dari anak panah itu berhasil mengenai tepat di pundak kanan Brian.

'Sakit.... Sakit sekali.... Tapi....'

Setelah menyelesaikan lambang itu dan memfokuskan pikirannya, Brian dapat melihat percikan api kecil yang muncul di tanah.

Sedikit demi sedikit, mulai membakar dedaunan yang ada di sekitarnya.

"Hei! Berhenti kau!"

"Sialan! Sekalipun terluka, gerakannya masih sangat lincah!"

"Tembak dia!"

'Syuutt! Syuutt! Syuuutt!'

Anak panah terus menghujani di sekitar tempat Brian berlari. Tapi Ia sama sekali tak memperdulikannya.

Setelah tiba di tujuan berikutnya, Brian kembali menggambar simbol yang sama. Tapi kali ini jauh lebih cepat, dan menghasilkan api yang lebih besar.

'Satu lagi, dan aku akan membawa mu pergi dari sini, Cecilia.' pikir Brian dalam hatinya sambil berlari menuju ke tumpukan dedaunan kering berikutnya.

Tak berselang lama, salah seorang Ksatria mulai menyadari apa yang sebenarnya terjadi.

Tapi semua itu telah terlambat.

Bahkan dengan percikan api kecil sekalipun, dedaunan kering di dalam hutan yang lebat ini sudah cukup untuk menimbulkan kebakaran yang besar.

Terlebih lagi, jika semua itu diciptakan secara sengaja, dengan api yang jauh lebih besar.

"Oi! Bukankah itu cukup gawat?!" teriak salah seorang Ksatria sambil menunjuk ke arah kobaran api di kejauhan.

Kobaran itu berasal dari pembakaran pertama yang dilakukan oleh Brian.

Dengan cepat, api itu mulai merembet dan membakar dedaunan lain di sekitarnya. Menimbulkan asap tebal yang tak hanya membatasi penglihatan. Tapi juga mempersulit pernafasan.

"Iblis sialan itu.... Dia berniat membakar hutan ini?!"

"Ketua! Disana! Ada satu lagi!"

"Sialan!"

"Apa yang sebaiknya kita lakukan, Ketua?!"

Seorang Ksatria dengan zirah yang sedikit lebih tebal dari yang lainnya, dengan lambang di dadanya mulai berbicara.

"Tugas kita adalah membasmi iblis. Dan melihat ukuran api ini, kedua iblis itu takkan bisa selamat. Terlebih lagi mereka telah terluka.

Jadi, ini perintah dariku. Mundur secara teratur! Jika melihat Iblis itu lagi, berikan beberapa tembakan tambahan untuk memperlambat langkah mereka! Kebakaran hutan ini yang akan mengakhiri nyawa mereka!"

"Siap laksanakan!"

Dengan segera, seluruh Ksatria itu mulai berbalik arah dan bersiap untuk pergi. Tapi mereka membuat formasi lebar untuk sekaligus menyisir hutan ini dari keberadaan Iblis itu.

Berkat asap kebakaran yang semakin menebal, Brian bisa bersembunyi dengan sedikit lebih baik. Ia segera mengendap-endap untuk kembali ke lokasi dimana Cecilia berada setelah menyalakan api yang ketiga.

Penguatan yang diperolehnya pada penglihatannya benar-benar membantu di situasi ini.

"Apakah kalian menemukan jejaknya?!"

"Tidak ada!"

"Terus cari sambil mundur dari hutan ini!"

'Syukurlah.... Mereka benar-benar mundur.' pikir Brian dalam hatinya sambil memperhatikan barisan Ksatria yang mulai menjauh itu.

Dengan sigap, Brian segera membopong tubuh Cecilia, dan membawanya pergi dari sini. Entah akan kemana tujuannya, tapi setidaknya menjauhi para Ksatria itu.

Sekaligus, menjauhi kobaran api yang mulai membesar di tengah hutan ini.

Kali ini....

Brian mulai dapat memahaminya.

Bagaimana rasanya, menjadi sosok yang benar-benar tertindas. Sebuah perasaan yang tak pernah dialaminya sebagai seorang manusia.

Tapi kini, sebagai bagian dari apa yang disebut Iblis....

Menjadi pihak yang selalu dianggap bersalah, sekalipun tak pernah melakukan apapun....

Lambat laun, akan mulai menggerogoti hatinya.

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

pelan-pelan Brian berubah menjadi iblis

2022-12-15

1

Triple-A (@triple_a_author)

Triple-A (@triple_a_author)

Wah, Brian mulai "dewasa" disituasi saat itu, seperti ... Dimas si E-Rank yang awalnya naif, lemah, tak berpikir panjang kemudian berubah menjadi sosok yang disegani dengan kecerdasan dan kemampuan nya ...

Brian ... kau akan menjadi korban kesuraman Author Cordius Satya, seperti seniormu di universe berbeda ...

Salam, Triple-A A.K.A Alif Ardra.

2022-11-08

5

zuyoka

zuyoka

brian jadi iblis karena minum darah raja iblis, begitukah? tapi cuma 1 iblis yg dirasakan oleh... aeryn(?) eh siapa, lupa nama wkwkwkwk

2022-11-04

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Kehidupan yang Membosankan
2 Chapter 2 - Awal Kehidupan yang Baru
3 Chapter 3 - Situasi
4 Chapter 4 - Pelarian
5 Chapter 5 - Awal dari Segalanya
6 Chapter 6 - Keputusan
7 Chapter 7 - Ekspedisi
8 Kekaisaran Luvelia
9 Chapter 8 - Temuan Pertama
10 Chapter 9 - Mata Hecate?
11 Chapter 10 - Perjalanan
12 Chapter 11 - Pecahan Informasi
13 Chapter 12 - Guild
14 Chapter 13 - Quest
15 Chapter 14 - Perburuan Pertama
16 Chapter 15 - Pesta
17 Chapter 16 - Tetes Darah
18 Chapter 17 - Tawaran dari Kegelapan
19 Chapter 18 - Jiwa tak Dikenal
20 Chapter 19 - Orkestra Kematian
21 Chapter 20 - Langit yang Cerah
22 Chapter 21 - Penyelamat
23 Chapter 22 - Panggilan
24 Chapter 23 - Ketidakberdayaan
25 Chapter 24 - Pertumpahan Darah
26 Chapter 25 - Tamu tak Menyenangkan
27 Chapter 26 - Rumor
28 Chapter 27 - Grenary
29 Chapter 28 - Acolyte
30 Chapter 29 - Persembahan
31 Chapter 30 - Pecahan
32 Chapter 31 - Kejanggalan
33 Chapter 32 - Pahlawan?
34 Chapter 33 - Kedamaian
35 Chapter 34 - Kembali ke Toko
36 Chapter 35 - Guild
37 Chapter 36 - Kegelapan di balik Cahaya
38 Chapter 37 - Pekerjaan Baru
39 Chapter 38 - Persiapan
40 Chapter 39 - Ekspedisi
41 Chapter 40 - Perburuan
42 Chapter 41 - Peluang
43 Chapter 42 - Akhir Perburuan
44 Chapter 43 - Pulang
45 Chapter 44 - Kejadian tak Terduga
46 Chapter 45 - Amarah
47 Chapter 46 - Konfrontasi
48 Chapter 47 - Dragon Slayer
49 Chapter 48 - Harga
50 Chapter 49 - Langkah Berikutnya
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Chapter 1 - Kehidupan yang Membosankan
2
Chapter 2 - Awal Kehidupan yang Baru
3
Chapter 3 - Situasi
4
Chapter 4 - Pelarian
5
Chapter 5 - Awal dari Segalanya
6
Chapter 6 - Keputusan
7
Chapter 7 - Ekspedisi
8
Kekaisaran Luvelia
9
Chapter 8 - Temuan Pertama
10
Chapter 9 - Mata Hecate?
11
Chapter 10 - Perjalanan
12
Chapter 11 - Pecahan Informasi
13
Chapter 12 - Guild
14
Chapter 13 - Quest
15
Chapter 14 - Perburuan Pertama
16
Chapter 15 - Pesta
17
Chapter 16 - Tetes Darah
18
Chapter 17 - Tawaran dari Kegelapan
19
Chapter 18 - Jiwa tak Dikenal
20
Chapter 19 - Orkestra Kematian
21
Chapter 20 - Langit yang Cerah
22
Chapter 21 - Penyelamat
23
Chapter 22 - Panggilan
24
Chapter 23 - Ketidakberdayaan
25
Chapter 24 - Pertumpahan Darah
26
Chapter 25 - Tamu tak Menyenangkan
27
Chapter 26 - Rumor
28
Chapter 27 - Grenary
29
Chapter 28 - Acolyte
30
Chapter 29 - Persembahan
31
Chapter 30 - Pecahan
32
Chapter 31 - Kejanggalan
33
Chapter 32 - Pahlawan?
34
Chapter 33 - Kedamaian
35
Chapter 34 - Kembali ke Toko
36
Chapter 35 - Guild
37
Chapter 36 - Kegelapan di balik Cahaya
38
Chapter 37 - Pekerjaan Baru
39
Chapter 38 - Persiapan
40
Chapter 39 - Ekspedisi
41
Chapter 40 - Perburuan
42
Chapter 41 - Peluang
43
Chapter 42 - Akhir Perburuan
44
Chapter 43 - Pulang
45
Chapter 44 - Kejadian tak Terduga
46
Chapter 45 - Amarah
47
Chapter 46 - Konfrontasi
48
Chapter 47 - Dragon Slayer
49
Chapter 48 - Harga
50
Chapter 49 - Langkah Berikutnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!