"Disana!"
"Jangan sampai Iblis itu kabur!"
Teriakan para Ksatria terus terdengar di sekitar Brian. Sedangkan Cecilia sendiri, kini tampak semakin lemas dan pucat.
Langkah kakinya mulai melambat, nafasnya pun mulai menipis.
Hingga akhirnya setelah beberapa saat....
'Braakkk!'
Cecilia tersungkur ke tanah, tertimbun di tumpukan dedaunan kering dan perakaran tanaman yang besar itu.
"Cecilia! Apa yang...."
Pada saat itu lah, Brian baru menyadari. Tak hanya di pundaknya, tapi paha kanan Cecilia juga terkena tembakan anak panah. Menusuk cukup dalam dengan darah yang masih terus mengalir sampai saat ini.
"La... ri...." ucap Cecilia dengan suara yang lirih.
"Apa yang kau katakan?! Tak mungkin aku meninggalkanmu kan?!" teriak Brian panik.
Pikirannya berputar dengan keras atas apa yang sebaiknya dilakukan terhadap luka seperti itu.
'Itu benar. Perban, perlambat aliran darah. Biarkan panah menancap untuk menutup aliran di sekitar luka, lalu....'
Brian segera menarik pedang tua itu dari sarungnya. Mengarahkannya tepat ke arah pakaiannya.
Dengan cepat, Brian memotong kain pakaiannya dan menggunakannya sebagai perban. Menutupi luka di sekitar paha kanan dan juga pundak Cecilia.
Hanya saja....
'Sruuugg! Srruuugg!'
Suara langkah kaki dan gesekan zirah besi para Ksatria itu mulai terdengar. Sesekali suara ayunan pedang mereka untuk memotong semak belukar juga terdengar dengan jelas.
'Deg! Deg!'
Jantung Brian berdegup semakin kencang.
Selama hidupnya, masalah paling besar yang di hadapinya hanyalah biaya tagihan yang lebih besar daripada gajinya.
Atau perkelahian antar karyawan di kantornya ketika sedang memperdebatkan suatu masalah sepele.
Tapi kini....
'Kenapa?! Kami berdua tak pernah melukai siapapun! Kenapa memburu kami seperti ini?!'
Brian mulai mempertanyakan hal itu dalam dirinya sendiri. Hal yang dilakukan oleh dirinya bersama dengan Cecilia hanyalah bertahan hidup dengan damai di dalam hutan.
Itu saja.
Tak lebih, dan juga tak kurang.
Cecilia memang pernah memperingatkannya untuk tidak memperlihatkan diri di pemukiman manusia, karena dirinya kini adalah bagian dari Iblis.
Juga untuk tidak pernah melukai umat manusia, agar tidak memancing amarah dari Ksatria dan Perintah Suci.
Mereka berdua tak pernah mengganggu umat manusia. Lantas kenapa harus menerima perlakuan seperti ini?
Bahkan....
Kini hanya ada dua pilihan di hadapannya. Yaitu menjaga dan berusaha menyelamatkan Cecilia, lalu mungkin mati dalam prosesnya.
Atau....
Meninggalkannya dan kabur dari tempat ini. Sendirian.
Saat Brian masih berpikir dengan pilihan yang sangat berat itu, suara para Ksatria terdengar semakin dekat.
"Pasti di sekitar sini!"
"Cari di sekitar semak-semak yang rimbun!"
"Hutan sialan...."
'Apa yang harus ku lakukan....'
Tapi, bahkan di tengah krisis seperti ini....
"Bri... an.... Akan ku ajarkan.... Sihir sederhana.... Padamu.... Lalu.... Tolong.... Gunakan itu, untuk kabur dari sini.... Aku.... Sudah berakhir...."
Suara lirih dari Cecilia membuat hati Brian semakin teriris.
Ia memang baru sesaat hidup dan mengenali wanita itu. Tapi entah kenapa, waktu sesaat itu terasa jauh lebih berharga baginya. Dibandingkan dengan puluhan tahun dirinya hidup di bumi.
Mungkin....
Karena di sana, tak ada yang memperdulikannya seperti ini?
Dengan gerakan yang begitu lemah, Cecilia menggambar sesuatu di tanah dengan ujung jari telunjuknya.
Apa yang digambarnya adalah sebuah segitiga dengan 3 garis yang saling berlawanan di dalamnya.
"Fleme.... Sihir api sederhana.... Sangat lemah, tapi di tengah hutan lebat ini.... Kau bisa memanfaatkannya.... Tirukan lambang ini.... Dan.... Fokuskan pikiranmu...."
Kedua mata Cecilia nampak mulai menutup secara perlahan. Bahkan suaranya semakin lirih hingga sangat sulit untuk di dengar.
Tapi bagi Brian, tak ada suara lain yang bisa didengarnya selain suara yang berasal dari mulut Cecilia.
"Aku mengerti. Tapi ku mohon.... Bertahan lah...."
Tak ada balasan lagi dari Cecilia, selain sebuah senyuman tipis yang terkesan begitu lega.
"Oi! Aku melihat sesuatu! Di sana!"
'Sruuugg! Sruuugg!'
Seluruh Ksatria yang mendengar teriakan itu segera mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara. Dimana salah seorang Ksatria nampak sedang menunjuk ke suatu arah.
Arah dimana Brian secara perlahan mulai berdiri di balik semak yang begitu lebat.
Sambil memegang pedang di tangan kanannya, Brian segera berlari dari tempat itu.
"Jangan biarkan dia kabur!"
Tatapan pria berambut hitam itu cukup suram, meski begitu Ia tetap terus berlari. Sesekali, Ia berhenti dan menggambarkan lambang yang sama di tanah. Tepat di bawah tumpukan dedaunan yang kering.
'Syyuttt! Jleebb!!'
Beberapa anak panah melesat, dan salah satu dari anak panah itu berhasil mengenai tepat di pundak kanan Brian.
'Sakit.... Sakit sekali.... Tapi....'
Setelah menyelesaikan lambang itu dan memfokuskan pikirannya, Brian dapat melihat percikan api kecil yang muncul di tanah.
Sedikit demi sedikit, mulai membakar dedaunan yang ada di sekitarnya.
"Hei! Berhenti kau!"
"Sialan! Sekalipun terluka, gerakannya masih sangat lincah!"
"Tembak dia!"
'Syuutt! Syuutt! Syuuutt!'
Anak panah terus menghujani di sekitar tempat Brian berlari. Tapi Ia sama sekali tak memperdulikannya.
Setelah tiba di tujuan berikutnya, Brian kembali menggambar simbol yang sama. Tapi kali ini jauh lebih cepat, dan menghasilkan api yang lebih besar.
'Satu lagi, dan aku akan membawa mu pergi dari sini, Cecilia.' pikir Brian dalam hatinya sambil berlari menuju ke tumpukan dedaunan kering berikutnya.
Tak berselang lama, salah seorang Ksatria mulai menyadari apa yang sebenarnya terjadi.
Tapi semua itu telah terlambat.
Bahkan dengan percikan api kecil sekalipun, dedaunan kering di dalam hutan yang lebat ini sudah cukup untuk menimbulkan kebakaran yang besar.
Terlebih lagi, jika semua itu diciptakan secara sengaja, dengan api yang jauh lebih besar.
"Oi! Bukankah itu cukup gawat?!" teriak salah seorang Ksatria sambil menunjuk ke arah kobaran api di kejauhan.
Kobaran itu berasal dari pembakaran pertama yang dilakukan oleh Brian.
Dengan cepat, api itu mulai merembet dan membakar dedaunan lain di sekitarnya. Menimbulkan asap tebal yang tak hanya membatasi penglihatan. Tapi juga mempersulit pernafasan.
"Iblis sialan itu.... Dia berniat membakar hutan ini?!"
"Ketua! Disana! Ada satu lagi!"
"Sialan!"
"Apa yang sebaiknya kita lakukan, Ketua?!"
Seorang Ksatria dengan zirah yang sedikit lebih tebal dari yang lainnya, dengan lambang di dadanya mulai berbicara.
"Tugas kita adalah membasmi iblis. Dan melihat ukuran api ini, kedua iblis itu takkan bisa selamat. Terlebih lagi mereka telah terluka.
Jadi, ini perintah dariku. Mundur secara teratur! Jika melihat Iblis itu lagi, berikan beberapa tembakan tambahan untuk memperlambat langkah mereka! Kebakaran hutan ini yang akan mengakhiri nyawa mereka!"
"Siap laksanakan!"
Dengan segera, seluruh Ksatria itu mulai berbalik arah dan bersiap untuk pergi. Tapi mereka membuat formasi lebar untuk sekaligus menyisir hutan ini dari keberadaan Iblis itu.
Berkat asap kebakaran yang semakin menebal, Brian bisa bersembunyi dengan sedikit lebih baik. Ia segera mengendap-endap untuk kembali ke lokasi dimana Cecilia berada setelah menyalakan api yang ketiga.
Penguatan yang diperolehnya pada penglihatannya benar-benar membantu di situasi ini.
"Apakah kalian menemukan jejaknya?!"
"Tidak ada!"
"Terus cari sambil mundur dari hutan ini!"
'Syukurlah.... Mereka benar-benar mundur.' pikir Brian dalam hatinya sambil memperhatikan barisan Ksatria yang mulai menjauh itu.
Dengan sigap, Brian segera membopong tubuh Cecilia, dan membawanya pergi dari sini. Entah akan kemana tujuannya, tapi setidaknya menjauhi para Ksatria itu.
Sekaligus, menjauhi kobaran api yang mulai membesar di tengah hutan ini.
Kali ini....
Brian mulai dapat memahaminya.
Bagaimana rasanya, menjadi sosok yang benar-benar tertindas. Sebuah perasaan yang tak pernah dialaminya sebagai seorang manusia.
Tapi kini, sebagai bagian dari apa yang disebut Iblis....
Menjadi pihak yang selalu dianggap bersalah, sekalipun tak pernah melakukan apapun....
Lambat laun, akan mulai menggerogoti hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
John Singgih
pelan-pelan Brian berubah menjadi iblis
2022-12-15
1
Triple-A (@triple_a_author)
Wah, Brian mulai "dewasa" disituasi saat itu, seperti ... Dimas si E-Rank yang awalnya naif, lemah, tak berpikir panjang kemudian berubah menjadi sosok yang disegani dengan kecerdasan dan kemampuan nya ...
Brian ... kau akan menjadi korban kesuraman Author Cordius Satya, seperti seniormu di universe berbeda ...
Salam, Triple-A A.K.A Alif Ardra.
2022-11-08
5
zuyoka
brian jadi iblis karena minum darah raja iblis, begitukah? tapi cuma 1 iblis yg dirasakan oleh... aeryn(?) eh siapa, lupa nama wkwkwkwk
2022-11-04
1