Chapter 2 - Awal Kehidupan yang Baru

Senyuman lebar mulai menghiasi wajah Brian setelah menyadari situasinya saat ini.

Tak ada satu orang pun yang tak mengenali ciri wanita di hadapannya, meskipun....

'Aku tak pernah tahu Elf akan secantik ini di kenyataan. Tunggu! Aku tak bermimpi bukan?!' pikir Brian dalam hatinya.

"Hume? Naght?" ucap wanita Elf bermata merah darah itu dengan wajah kebingungan. Ia kemudian melihat kedua telapak tangannya dan memeriksa lingkaran sihir di sekitar tempat Brian berada.

Setelah beberapa kali memeriksanya, Elf itu akhirnya menyadari satu hal yang fatal.

Ia meraih saku di dalam pakaiannya dan menemukan sebuah pecahan tanduk berukuran kecil di dalamnya.

"Aaarrrgghh! Naght! Naght?! Fargash!"

'Sialan, aku sama sekali tak paham dengan apa yang dikatakannya. Tapi nampaknya dia sangat kesal.' pikir Brian setelah melihat sosok Elf itu menampar pipinya sendiri beberapa kali.

Setelah membiarkannya kesal selama beberapa saat, Brian pun memberanikan dirinya untuk bertanya. Tentunya, dengan satu-satunya bahasa yang diketahuinya.

"Maaf.... Aku tak tahu apa yang kau katakan tapi...."

Mendengar sosok manusia berambut hitam itu berbicara, Elf itu segera mengarahkan tatapannya yang tajam tepat ke mata Brian.

"Hume, naght vas kuruds dier niev? Sicht nas dartum?" tanya Elf itu dengan wajah yang seakan terlihat begitu kecewa.

"Sudah ku katakan aku tak tahu apa yang kau bicarakan. Jadi aku minta maaf...."

Elf itu pun mulai menyipitkan matanya. Tatapannya masih terpaku ke arah Brian. Dan secara tiba-tiba, Ia mulai mendekatkan wajahnya.

"Tu-tunggu! Apa yang kau?!"

Wanita Elf itu mulai mengendus di sekitar wajah Brian. Seakan-akan ingin memastikan sesuatu dalam tubuhnya. Setelah beberapa kali mengendus tubuhnya, Elf itu pun melangkah mundur dan segera berdiri.

"Nafn?" tanya Elf itu.

Brian sama sekali tak mengerti apa yang dimaksudkan oleh wanita itu. Meski begitu, kedua matanya tak bisa berhenti untuk mengagumi keindahan yang ada di hadapannya.

Sosok wanita itu begitu memukau bagi Brian, dan lebih dari itu....

Merupakan sosok Elf yang jauh melampaui apa yang pernah diciptakan dalam dunia permainan maupun cerita.

Tak memperoleh jawaban selama beberapa saat, wanita Elf itu pun mulai mengarahkan jari telunjuknya tepat di dadanya dan berkata.

"Sheerah, Cecilia." ucapnya sambil berulang kali menunjuk di dadanya sendiri.

Akhirnya, Brian pun menyadari dengan apa yang dimaksudkan olehnya. Sambil menirukannya menunjuk di dadanya, Brian pun membalas.

"Brian."

"Brian...." ucap Cecilia menirukan perkataan pria itu. Dengan senyuman yang mulai melebar, Ia pun mulai mengulurkan tangan kanannya ke arah Brian.

Tangannya menunjukkan warna kulitnya yang putih pucat namun begitu lembut. Segera setelah menjabat lengan wanita itu, kehidupan Brian akhirnya berubah sepenuhnya.

Meskipun.... Ia sama sekali tak mengetahui apa yang terjadi di sini.

......***......

"Abhaile." ucap Cecilia sambil menunjuk ke sebuah rumah kayu kecil di tengah hutan ini.

"Rumah, ya? Baiklah aku bisa mulai mempelajari semua ini." balas Brian sambil menganggukkan kepalanya beberapa kali.

"Ocras?" tanya Cecilia sambil mengelus-elus perutnya. Tak hanya itu, Ia juga mengarahkan tangannya ke mulutnya seakan-akan hendak memasukkan sesuatu.

"Makan? Tidak.... Lapar? Ya, ku rasa aku memang cukup lapar." balas Brian yang terus berusaha berkomunikasi dengan keterbatasan bahasa itu.

Cecilia nampak tersenyum dan segera berlari ke dalam rumah kayu kecil itu. Dalam rumah itu, Brian melihat sesuatu yang membuatnya semakin jatuh cinta dengan dunia ini.

Dari tangan Cecilia mulai muncul api yang membara, membakar potongan daging yang baru saja dibumbui olehnya.

Tak hanya makanan, Cecilia juga menghangatkan air berwarna kecoklatan yang mungkin merupakan semacam teh.

Dan dalam hitungan sekejap, hidangan pun siap di atas piring kayu sederhana.

"Aithe." ucap Cecilia dengan senyuman yang begitu ramah. Sebuah senyuman yang semakin membuat Brian... bersyukur telah terbebas dari dunia membosankannya lalu berada di dunia ini.

Ia tak peduli apapun yang akan terjadi kedepannya, entah Ia akan menderita atau bahagia.

Tapi selama dirinya bisa melihat kecantikan sosok wanita yang ada di hadapannya lebih lama lagi, Brian takkan mempermasalahkan apapun.

Dalam hatinya tak ada perasaan lebih selain rasa kagum atas keindahan yang ada di hadapannya, layaknya seorang pengunjung museum seni yang terkagum atas karya yang begitu sempurna.

"Makan? Baiklah, terimakasih banyak." balas Brian juga dengan senyuman yang ramah.

Tak ada sedikit pun rasa takut atau pun curiga pada makanan dan minuman yang disajikan oleh Cecilia kepadanya.

Dengan lahap, Brian pun menghabiskan semuanya.

Tanpa di duga olehnya, hidangan yang disajikan justru jauh lebih nikmat dari apa yang sering dimakan olehnya semasa berada di bumi sebelumnya.

......***......

Beberapa hari telah berlalu.

Kehidupan baru Brian di dunia lain ini jauh lebih indah dan menyenangkan daripada yang dibayangkannya.

Brian akan memulai pagi harinya dengan sarapan dan belajar bahasa asing dengan Cecilia hingga sore hari.

Bukan belajar dengan berdiam diri di dalam ruangan bersama dengan kertas dan pena, melainkan dengan berkeliling di sekitar kediaman mereka untuk mempelajari berbagai kata untuk setiap keadaan.

Entah itu mempelajari nama hewan, tanaman, ataupun tindakan.

Setelah hari mulai gelap, keduanya akan makan sore sebelum bersiap untuk berburu.

Berkat bakat alami dari ras cabang dari Elf, Cecilia memiliki kemampuan penglihatan yang sangat tajam dalam kegelapan.

Dan entah kenapa....

'Apakah aku memang selalu bisa melihat dalam kegelapan?' tanya Brian kebingungan pada dirinya sendiri sambil membawa busur dan panah di kedua tangannya.

"Brian, sisi Utara." bisik Cecilia perlahan sambil mengarahkan jari telunjuknya.

'Hmm? Apakah penglihatanku baru saja mengalami efek zoom? kenapa aku bisa melihat kelinci di kejauhan itu dengan jelas?'

Tanpa banyak bertanya, Brian segera menarik anak panahnya dan mengarahkannya tepat kepada kelinci itu.

'Swuuusshhh! Jleebbb!'

"Kerja bagus. Ayo kita ambil." ucap Cecilia dengan nada yang seakan sedang memujinya.

'Bagaimana bisa aku membidik dengan baik ketika aku baru memegang busur beberapa hari ini?'

Berbagai pertanyaan mulai muncul di dalam pikiran Brian. Tapi masa bodoh dengan itu saat ini, hal terpenting saat ini adalah untuk memperoleh buruan yang cukup untuk stok makanan beberapa hari kedepan.

Dan tanpa mempertanyakannya lebih lanjut lagi, Brian pun mulai berlari ke arah dimana kelinci itu berada.

'Tunggu.... Apakah aku memang bisa berlari secepat ini? Sialan....' pikir Brian dalam hatinya setelah menyadari betapa cepatnya Ia berlari. Tak hanya itu, Ia juga tak merasa kelelahan setelah melakukannya.

Pada akhirnya, Brian tak lagi bisa membendung segudang pertanyaan dalam dirinya. Ia memutuskan untuk menanyakannya saat ini juga.

"Um.... Cecilia? Apakah kau tahu sesuatu kenapa tubuhku terasa sedikit.... Aneh?"

"Aneh?" tanya Cecilia yang sedang mengambil kelinci itu lalu memasukkannya dalam tas buruannya.

"Ya. Seperti kenapa aku bisa berlari dengan cepat. Atau kenapa aku bisa melihat dalam kegelapan."

Mendengar pertanyaan itu, Cecilia memasang ekspresi yang penuh dengan keheranan. Tapi dengan segera Ia pun menjawabnya.

"Hanya itu? Yah, wajar saja karena aku hanya menggunakan 3 tetes darah Raja Iblis sebelumnya.

Mungkin jika aku menggunakan lebih banyak darah, dan tidak lupa menggunakan pecahan tanduknya.... Kau akan jauh lebih kuat lagi daripada saat ini. Tapi tak masalah, kita bisa mencari sisa darah itu lain waktu."

Jawaban yang didengar oleh Brian hanya memberikan lebih banyak lagi tanda tanya dalam pikirannya.

"Eh? Darah? Raja Iblis? Apa yang sebenarnya terjadi?!"

Terpopuler

Comments

Abed Nugi

Abed Nugi

Penasaran dengan konsep raja iblis yang tetap sama atau berbeda dengan yang lainnya

2022-12-18

1

Abed Nugi

Abed Nugi

Jujur banyak penjelasan bagus dinovel kali ini yang tentunya lain dibanding biasanya

2022-12-18

1

John Singgih

John Singgih

rupanya memang yang dimakan MC ada apa-apanya

2022-12-15

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Kehidupan yang Membosankan
2 Chapter 2 - Awal Kehidupan yang Baru
3 Chapter 3 - Situasi
4 Chapter 4 - Pelarian
5 Chapter 5 - Awal dari Segalanya
6 Chapter 6 - Keputusan
7 Chapter 7 - Ekspedisi
8 Kekaisaran Luvelia
9 Chapter 8 - Temuan Pertama
10 Chapter 9 - Mata Hecate?
11 Chapter 10 - Perjalanan
12 Chapter 11 - Pecahan Informasi
13 Chapter 12 - Guild
14 Chapter 13 - Quest
15 Chapter 14 - Perburuan Pertama
16 Chapter 15 - Pesta
17 Chapter 16 - Tetes Darah
18 Chapter 17 - Tawaran dari Kegelapan
19 Chapter 18 - Jiwa tak Dikenal
20 Chapter 19 - Orkestra Kematian
21 Chapter 20 - Langit yang Cerah
22 Chapter 21 - Penyelamat
23 Chapter 22 - Panggilan
24 Chapter 23 - Ketidakberdayaan
25 Chapter 24 - Pertumpahan Darah
26 Chapter 25 - Tamu tak Menyenangkan
27 Chapter 26 - Rumor
28 Chapter 27 - Grenary
29 Chapter 28 - Acolyte
30 Chapter 29 - Persembahan
31 Chapter 30 - Pecahan
32 Chapter 31 - Kejanggalan
33 Chapter 32 - Pahlawan?
34 Chapter 33 - Kedamaian
35 Chapter 34 - Kembali ke Toko
36 Chapter 35 - Guild
37 Chapter 36 - Kegelapan di balik Cahaya
38 Chapter 37 - Pekerjaan Baru
39 Chapter 38 - Persiapan
40 Chapter 39 - Ekspedisi
41 Chapter 40 - Perburuan
42 Chapter 41 - Peluang
43 Chapter 42 - Akhir Perburuan
44 Chapter 43 - Pulang
45 Chapter 44 - Kejadian tak Terduga
46 Chapter 45 - Amarah
47 Chapter 46 - Konfrontasi
48 Chapter 47 - Dragon Slayer
49 Chapter 48 - Harga
50 Chapter 49 - Langkah Berikutnya
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Chapter 1 - Kehidupan yang Membosankan
2
Chapter 2 - Awal Kehidupan yang Baru
3
Chapter 3 - Situasi
4
Chapter 4 - Pelarian
5
Chapter 5 - Awal dari Segalanya
6
Chapter 6 - Keputusan
7
Chapter 7 - Ekspedisi
8
Kekaisaran Luvelia
9
Chapter 8 - Temuan Pertama
10
Chapter 9 - Mata Hecate?
11
Chapter 10 - Perjalanan
12
Chapter 11 - Pecahan Informasi
13
Chapter 12 - Guild
14
Chapter 13 - Quest
15
Chapter 14 - Perburuan Pertama
16
Chapter 15 - Pesta
17
Chapter 16 - Tetes Darah
18
Chapter 17 - Tawaran dari Kegelapan
19
Chapter 18 - Jiwa tak Dikenal
20
Chapter 19 - Orkestra Kematian
21
Chapter 20 - Langit yang Cerah
22
Chapter 21 - Penyelamat
23
Chapter 22 - Panggilan
24
Chapter 23 - Ketidakberdayaan
25
Chapter 24 - Pertumpahan Darah
26
Chapter 25 - Tamu tak Menyenangkan
27
Chapter 26 - Rumor
28
Chapter 27 - Grenary
29
Chapter 28 - Acolyte
30
Chapter 29 - Persembahan
31
Chapter 30 - Pecahan
32
Chapter 31 - Kejanggalan
33
Chapter 32 - Pahlawan?
34
Chapter 33 - Kedamaian
35
Chapter 34 - Kembali ke Toko
36
Chapter 35 - Guild
37
Chapter 36 - Kegelapan di balik Cahaya
38
Chapter 37 - Pekerjaan Baru
39
Chapter 38 - Persiapan
40
Chapter 39 - Ekspedisi
41
Chapter 40 - Perburuan
42
Chapter 41 - Peluang
43
Chapter 42 - Akhir Perburuan
44
Chapter 43 - Pulang
45
Chapter 44 - Kejadian tak Terduga
46
Chapter 45 - Amarah
47
Chapter 46 - Konfrontasi
48
Chapter 47 - Dragon Slayer
49
Chapter 48 - Harga
50
Chapter 49 - Langkah Berikutnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!