(BCL) Bertemu Cinta Lama
Pemandangan luar apartemen pada malam hari tak pernah membuatnya jemu. Ia selalu menatap pemandangan jalanan kota dari atas balkon apartemen hampir setiap malam sebelum terlelap di atas ranjang dingin miliknya.
Jayden, mengisap vape miliknya sekali lagi. Kepulan asap yang keluar dari mulut ia biarkan mengudara seperti angannya.
Kriing!
Jayden melirik ponselnya yang tergeletak di atas meja samping kursi yang ia duduki. Satu panggilan dari nama yang sangat akrab dengan dirinya akhir-akhir ini.
"Ya?" Jayden menjawab panggilan tersebut dengan sikap malas.
" ... "
"Aku sedang tidak mood. Kau bisa pergi tanpa aku."
Klik! Jayden memutus sambungan telepon.
Jay menyesap kopi terakhirnya lalu beranjak kembali ke dalam ruangan.
Jayden melirik jam kecil di atas kabinet sudut ruangan tersebut. Jarum jam menunjukkan pukul tujuh malam. Masih terlalu sore untuk tidur. Tentu saja! Apalagi malam ini adalah malam minggu yang notabene banyak orang menghabiskan malam dengan teman atau bahkan pasangan.
"Pasangan? Cih!" Jayden berdecih.
Sudah genap dua tahun ia menyendiri. Bukan karena Jayden tak laku. Ia bahkan memiliki semua yang menjadi kriteria para wanita.
Laki-laki tampan berparas bule dengan materi yang berlimpah sebagai pewaris satu-satunya perusahaan ternama yang bergerak di bidang logistik Kencana Group, juga pendiri sekaligus pemilik perusahaan permen yang ia geluti dua tahun terakhir. Wanita mana yang tak akan takluk oleh pesona luar dalam Jayden. Tapi Jay tak pernah mau berurusan dengan wanita. Hatinya seperti sudah tenggelam dan mati bersama dengan kisah masa lampau dengan mantan istrinya.
Yup! Jayden adalah duda kaya nan tampan. Istrinya mengalami kecelakaan dua tahun silam.
"Aku tidak mau minum ini!" desahnya.
Seperti malam-malam sebelumnya. Ia selalu tak bisa melelapkan tubuhnya. Selalu saja memerlukan obat untuk tidur.
Malam ini pun ia sudah siap menenggak pil tidur yang selalu tersedia di dalam nakas. Namun, kali ini ia memutuskan untuk mengurungkan kebiasaannya itu. Ia lantas menyambar ponsel dan kunci mobil dan bergegas keluar dari apartemennya. Jayden perlu udara segar!
***
"Tolong aku, malam ini saja, ya? Ku mohon ... "
Pemilik kedua manik mata lentik itu tak berkedip, menatap sosok wanita di hadapannya yang tengah mengiba sambil menyatukan kedua telapak tangan.
"Tapi, aku ... "
"Ayolah, Bunga ... Malam ini saja tolong aku. Biar kutebus kebaikanmu malam ini dengan menjaga Dion esok. Bagaimana?"
Wajah wanita yang bernama Bunga nampak ragu tapi ada secercah perasaan tak tega pada sahabatnya itu.
"Baiklah ... Malam ini saja ya, Vidya?"
"Oke, deal! Terima kasih banyak. Aku berhutang nyawa padamu. Kau memang sahabatku yang paling baik sejagat raya."
Bunga memutar bola matanya, jengah.
"Baiklah, kalau begitu ini kunci motorku dan ini kunci lokerku. Di dalam loker ada seragam yang harus kau kenakan saat bertugas nanti."
Bunga menerima dua kunci dengan gantungan yang berbeda. Salah satunya adalah kunci loker tempat Bunga menggantikan posisi Vidya malam ini.
"Kalau begitu, aku pergi dulu. Pacarku sudah menungguku di ujung jalan ini. Kau bekerjalah dengan baik ya?" ujarnya sambil menepuk bahu Bunga lalu pergi tanpa rasa bersalah.
"Haish ... Dia tidak pernah berubah sejak dulu, selalu mementingkan percintaan daripada pekerjaan, hemmh ... " gumam Bunga sambil beranjak masuk ke dalam rumahnya.
Ia melirik sekilas jam dinding di ruang tamunya. Jam di dinding ruang tamu tersebut berdetak tepat ke angka tujuh malam.
"Aku masih punya waktu satu jam untuk memulai pekerjaan Vidya. Sebaiknya aku bersiap sekarang," gumam Bunga.
***
Jalanan malam akhir pekan selalu padat dan ramai. Sepanjang jalan ada saja pasangan muda mudi yang berjalan santai sambil berpegang tangan ataupun yang berkendara berduaan sambil sang wanita memeluk dari arah belakang sang pria.
Jay hanya melihat sekilas. Wajahnya datar tanpa ekspresi.
Dulu sekali, dadanya pernah nyeri melihat pemandangan tersebut. Ia iri melihat mereka yang mengumbar kemesraan di jalan. Tapi, kini hatinya sudah beku. Ia tak lagi peduli dengan kemesraan itu.
"Sial! Kenapa di depan macet sekali. Argh!" umpat Jay saat laju mobilnya mulai melambat karena sesuatu.
Jay gusar. Seharusnya ia minum saja pil tidur, dan terlelap malam ini. Tapi entah mengapa hati dan pikirannya menggerakkan kakinya untuk melangkah keluar apartemen tanpa tujuan.
Jay menoleh ke sisi kanan jalan. Ia melihat kendaraan lain pun merasakan gusar yang sama dengan dirinya. Ada beberapa pengendara mobil yang tak sabar lantas menekan klakson berkali-kali. Membuat bising suasana malam itu.
Pupil mata Jay tiba-tiba saja membulat saat sebuah suara klakson mungil menyapa telinganya. Ia menoleh dan menangkap satu sosok yang sangat ia kenali di ingatannya.
Sosok itu duduk di atas sebuah kendaraan beroda dua dengan mengenakan pelindung kepala berwarna pink. Jarak Jay dan dirinya hanya terhalang oleh satu mobil pick up saja.
"Aku tidak sedang berhalusinasi 'kan?!" guman Jay bermonolog.
Jay mengucek mata dan sedikit memicingkan kelopak matanya. Ia berusaha memperjelas pandangan matanya.
"Aku tidak mungkin salah. Dia ... "
Tiiiinn !!!!
Suara klakson dari mobil di belakang Jay berbunyi nyaring dengan gusar.
Jay tersentak. Ia menoleh ke arah depan, ternyata laju kendaraan sudah mulai lancar. Jay terpaksa menginjak pedal gas.
"Ke mana dia?!"
Mata Jay memindai. Ia berusaha mencari keberadaan sosok yang ia lihat saat macet tadi.
"Argh sial! Aku kehilangan dia!" maki Jay kesal sambil memukul asal kemudi mobilnya.
Pikiran Jay mendadak semakin kalut. Banyak pertanyaan berkecamuk dalam otaknya.
"Kenapa dia ada di kota ini? Bukankah ia berada di luar kota demi mengejar cita-citanya? Haish ... Astaga! Aku bahkan belum yakin, sosok yang ada di seberang itu adalah dia!"
***
Udara malam begitu menusuk tulang Bunga. Ia merapatkan jaket jeans miliknya. Hanya itu yang ia punya, setidaknya begitulah ia menyebutnya, sebab sebagian banyak pakaiannya, ia tinggalkan di kota perantauan.
Bunga menyalakan mesin motor matic milik Vidya. Malam ini, Bunga diminta oleh Vidya menggantikan tugasnya bekerja di salah satu cafe ternama di kota Kembang. Vidya mengalihkan kewajibannya pada Bunga sebab ia harus bertemu dengan pacarnya yang baru saja tiba dari luar kota.
"Dasar kau Vidya! Seenaknya saja mengalihkan kewajiban padaku," keluh Bunga sambil menjalankan motor tersebut.
Bunga tak sampai hati kesal pada sahabatnya itu, ia malah merasa berhutang banyak pada Vidya karena sudah memberi tempat bernaung untuknya selama ia belum mendapatkan pekerjaan. Tapi, mendapat tugas yang mendadak seperti saat ini, Bunga sangat tidak suka.
Bunga memelankan laju motornya. Sesuatu tiba-tiba menghambat perjalanannya.
"Haish ... Kenapa tiba-tiba macet? Astaga ... "
Bunga gusar, ia sesekali melongok jam tangan mungil di tangan kirinya. Ada lima belas menit lagi waktu tersisa. Ia takut terlambat datang ke cafe. Sebuah konsekuensi yang harus ia tanggung jika terlambat adalah bayaran Vidya yang akan dipotong oleh pemilik cafe.
"Ck ... Cepatlah bergerak ... !"
Bunga membunyikan klakson motornya tak sabaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-10-02
0
Mochamad Hafizh
bacaan keren nih, ninggalin jejak dl
2023-04-06
0
bintang kehidupan
lumayan niih ceritanya bikin penasaran
2022-12-17
0