Guru Ajar Tuan Muda

Guru Ajar Tuan Muda

Chapter One .. Di Terima Bekerja

Berjalan di trotoar dengan di temani suara bising dari kendaraan yang berlalu lalang, Margareta Airun Fathia berjalan terus sembari memeluk sebuah map.

Brugh!

"Aduh! "

"Maaf, "

Dengan cepat Fathia membungkukan badanya dengan mengulurkan tanganya agar di gapai oleh wanita paruh baya di depanya yang terjatuh di tanah.

Tangan keriput wanita itu menerima uluran tangan Fathia dengan senyum di wajahnya.

"Maaf, "

Lagi, Kata-kata itu keluar dari mulut mungil Fathia dengan mata menunduk merasa waswas sebab jika di lihat wanita paruh baya yang kini berada di depanya bukanlah orang biasa.

"Tidak apa-apa, ini bukan lah salahmu. " ucapan wanita di depanya berhasil membuat kepala Fathia mendongak.

"Perkenalkan namaku Lourdes Armara Marvous panggil saja Mara, " Mara wanita itu mengulurkan tanganya sementara Fathia merasa maju mundur untuk menjabatnya.

"Margareta Airun Fathia panggil saja Fathia, " balas Fathia dengan memenjabat tangan Mara.

"Nama yang cantik, oh ya ngomong-ngomong kamu mau kemana? " tanya Mara menatap mimik wajah Fathia yang nampak tegang tidak santai seperti ekpresi dirinya.

"Sa-saya sedang mencari kerja, " jawab Fathia dengan kaku.

"Woah kebetulan saya sedang mencari orang yang mau bekerja, " ucap Mara.

"Betulkah? maaf jika boleh tau bekerja sebagai apa ya Nyonya? " tanya Fathia dan sekarang dirinya sudah memasang ekpresi wajah bersemi-semi karena mendengar ucapan wanita paruh baya barusan, ia sangatlah membutuhkan pekerjaan apapun itu asalkan halal.

"Saya membutuhkan seorang guru untuk cucu saya, tapi saya tidak yakin karena hampir semua guru yang saya pekerjakan menyerah. " ucap Mara dengan sendu.

"Saya ingin bekerja dengan anda, " ujar Fathia dengan girang tak perduli dengan akhir ucapan Mara dirinya langsung memilih tanpa berpikir panjang karena mencari kerja di jaman sekarang itu sangatlah susah.

"Saya suka dengan antusiasmu, tapi saya ingin berbicara dengan anak saya terlebih dahulu untuk meminta persetujuan darinya. " ucap Mara dan di balas anggukan dari Fathia.

"Ini kartu nama saya, " Mara menyerahkan sebuah kartu nama yang langsung di terima oleh Fathia.

Akhirnya mereka berbincang-bincang sebentar mengobrolkan apa yang akan di lakukan selanjutnya.

***

Fathia mendorong gerbang rumahnya yang sudah berkarat lalu menutupnya kembali, gadis itu berjalan dengan senyum terukir indah di wajah manisnya.

Cklek!

Fathia mendorong kenop pintu dan terbukalah isi rumah yang tidak terlalu besar dan tidak juga kecil, rumah itu nampak besar walau modelnya tidaklah moderen karena rumah itu adalah rumah turun temurun dari keluarga ibunya Fathia, Margareta Rosly Harra.

"Ibu! "

Fathia berlari ke arah wanita paruh baya yang tengah duduk di kursi roda akibat kecelakaan lima tahun yang lalu, Harra adalah seorang ibu tunggal yang merawat Fathia sejak kecil tanpa seorang pendamping sebab suaminya Felson Roderick Ardana sudah menceraikan Harra sebab perusahaan yang selama ini berkembang pesat seketika bangkrut dan Felson tidak mau jatuh miskin oleh sebab itu dirinya meninggalkan anak dan istrinya.

Semua perusahaan miliknya harus dirinya jual demi membayar hutang yang sangat banyak jumlahnya, namun ia tidak menjual rumah peninggalan keluarganya karena itu adalah warisan dari keluarganya yang nantinya akan di berikan kepada Fathia.

Harra tersenyum dengan membalas pelukan hangat dari anak semata wayangnya.

"Ibu tahu? aku sudah mendapatkan pekerjaan sebagai seorang guru pribadi." Fathia berceruta dengan sangat semangat.

"Oh ya? selamat ya, ibu do'a-kan semoga lancar. " ujar Harra dengan lengkungan di bibirnya namun matanya mengeluarkan bulir demi bulir air bening.

Fathia yang melihat ibunya menangis seketika menghapus air mata ibunya lalu berkata "Ibu jangan menangis," Harra seketika tersenyum dan menghapus air matanya.

...»»————><————««...

Hari demi hari berlaru namun tidak ada kabar sama sekali dari Mara, membuat Fathia merasa cemas jika dirinya tidak di terima.

"Fa, kamu kenapa? kok mondar-mandir gitu kayak kebingungan. " tanya Harra dengan mendorong roda agar kursi roda yang tengah ia duduki berjalan.

Fathia menoleh lalu duduk di sebuah sofa yang nampak usang apalagi sudah tampak robek-robek.

"Tidak apa-apa, aku hanya menunggu Nyonya Mara menghubungiku kalau aku di terima atau tidak." jawab Fathia sementara Harra manggut-manggut tanda mengerti.

"Lebih baik kamu menunggu saja, siapa tau beliau sedang sibuk. "

Deert,,,Deert,,,

Tepat setelah Harra berucap akhirnya ponsel jadul milik Fathia berdering menandakan jika ada yang menghubungi dan dengan cepat pula si pemilik ponsel menggeser tombol hijau.

[Halo,]

[Halo, apa benar ini Fathia?]

[Iya, ini saya Fathia,]

[Semoga saja kamu masih minat untuk bekerja menjadi guru cucu saya, karena kamu saya terima dan anak saya sudah menyetujuinya. ]

[Sa-saya di terima?]

[Iya, kamu di terima. Dan lusa kamu bisa langsung ke rumah saya untuk mulai mengajar,]

[Ba-baik, saya usahakan lusa akan datang dengan tepat waktu.]

[Yasudah kalau begitu lusa saya tunggu ya, dan mungkin sampai sini dulu sambungan telepon kita karena saya masih banyak kerjaan.]

Tut,,, Tut,,, Tut,,,

Sambungan telepon akhirnya tertutup dan di saat itulah wajah Fathia bersemu-semu dengan tanpa aba-aba dirinya langsung memeluk sang ibu.

"Aku di terima Bu, " ujar Fathia dengan antusias.

"Syukurlah, ibu ikut senang. " ucap Harra dengan senyum lebarnya.

***

Mara menatap layar ponsel miliknya yang barusan dirinya pergunakan untuk menelfon Fathia.

Mara sebenarnya ragu untuk mempekerjakan guru untuk cucu satu-satunya sebab sudah banyak guru yang dirinya pekerjakan namun tidak ada yang bisa bertahan lama, semuanya menyerah dengan alasan tidak kuat menghadapi tingkah bocah berusia tujuh tahun yang sangatlah menjengkelkan.

Walau mereka di bayar dengan mahal tetapi mereka tidak mau menjadi gila hanya karena tidak kuat menghadapi kegilaan anak didiknya.

Walaupun ragu Mara tetap memperkerjakan guru pribadi sebab cucunya itu tidak mau bersekolah walau sudah di rayu-rayu seperti apapun itu.

Rayanza Grendia Marvous bocah yang sangat aktif namun terkenal dengan kelicikanya dan ide konyol terisi penuh di dalam otaknya.

Bahkan Yanza pernah meledakan rumah berhektar-hektar hanya karena bocah itu merasa bosan, namun sang Ayah malah memuji tingkah Yanza.

Yanza adalah anak tanpa ibu, karena sang ibunda telah meninggalkanya saat berhasil melahirkan anak pertamanya.

Loure Verdouse sang ibunda Yanza.

Cklek!

Bocah kecil masuk tanpa mengetuk pintu, Yanza langsung berlari mendekat ke arah neneknya.

"Ada apa Nek? " Tanya Yanza dan Mara tersenyum dengan mengelus rambut Yanza namun tangan mungil Yanza langsung menepis sebab dirinya tidak menyukainya.

"Baiklah, Yanza. Lusa akan ada guru baru dia bernama Fathia." mimik wajah Yanza langsung mengkerut mendengar penuturan Mara.

'Ish aku harus berperang melawan manusia. tapi tak apa,'

Terpopuler

Comments

VLav

VLav

pembukaan perkenalan yang menarik
salam dari keluarga besar arsgaf 🙏

2023-03-21

0

Risfa

Risfa

Hadir ka

2023-03-20

0

Hanum Anindya

Hanum Anindya

semangat ya kak, semoga kakak sukses selalu. udah like, fave, bintang lima, bunga, vote juga kak💞keluarga ASGRAF.

2023-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!