Chapter Two .. Mengajar

Dua hari kemudian, dimana hari ini adalah hari dimana Fathia bisa mulai bekerja menjadi guru pribadi.

Gadis itu tengah berdiri di depan pintu gerbang dengan mengecek barang bawaanya untuk memastikan jika tidak ada yang terlupa sedikitpun.

Tin!

"Atas nama Margareta Airun Fathia? " seorang pria paruh baya berkumis tipis dengan memakai sebuah jaket hijau lengkap dengan helm yang sudah standby di kepala botaknya.

"Iya saya sendiri, " jawab Fathia setelah itu si Bapak menyodorkan helm ke arah Fathia yang langsung di sambut,

Breem!

Ngeeng!

Motor matic berwarna merah itu berjalan menjauh dari lokasi, di sepanjang jalan si Bapak bernyanyi lagu jadul dengan antusias sementara Fathia terus mengecek pergelangan tanganya yang bertengger sebuah jam tangan di sana yang menunjukan pukul setengah delapan.

"Pak bisa lebih cepat tidak? " Fathia menepuk pundak si Bapak dan setelah itu motor semakin bertambah kecepatanya mengalahkan kecepatan banyak mobil di sana.

...»»————><————««...

"Apakah ini yang di namakan guru? selalu membuatku menunggu. " Yanza berucap dengan menatap jam tangan yang ia gunakan sembari terus menggerutu sementara Mara yang melihat tingkah cucu laki-lakinya hanya bisa menggelengkan kepala.

"Tunggu saja, pasti sebentar lagi datang." Mara mencoba untuk meredakan rasa kesal cucunya.

Tap,,,Tap,,, Tap,,,

Dua orang itu langsung menoleh ke sumber suara dan langsung memperlihatkan seorang wanita dengan penampilan yang sudah acak-acakan dengan menenteng sepatu hak tingginya.

"Huh,, Huh,, maaf saya telat satu menit. " ujar Fathia dengan nafas tersengal-sengal langsung membuat Yanza melongo dengan guru barunya.

Mara menggelengkan kepalanya "Tidak apa, lagi pula hanya telat satu menit. " ucapnya menoleh ke arah Yanza.

"Perkenalkan ini cucu saya namanya Rayanza Grendia Marvous," jelas Mara sementara Fathia tersenyum ke arah Yanza yang menatapnya dengan sinis, sebenarnya di hati paling terdalam Fathia merasa gondog dengan tingkah laku Yanza.

"Baiklah, kamu bisa mulai bekerja sekarang. " ucap Mara tersenyum ke arah Fathia.

"Saya permisi, "

Mara berjalan meninggalkan Fathia dan Yanza, setelah tidak ada siapapun dua bocah dan orang dewasa itu saling tatap menatap.

"Baiklah Yan~" belum selesai Fathia melanjutkan perkataanya sudah di potong oleh Yanza.

"Panggil aku Tuan Muda, " dengan sombongnya Yanza berucap sementara Fathia hanya bisa tersenyum getir, baru kali ini dirinya bertemu dengan bocah yang sangat sombong.

"Maksudku Tuan Muda, apakah kita bisa memulai belajar mengajar? " tanya Fathia menatap bocah berusia tujuh tahun di hadapannya yang tengah bersedekah dada.

"Terserah, "

Yanza tanpa aba-aba langsung melangkahkan kakinya menuju sofa lalu duduk di sana dengan kaki yang di silangkan.

Fathia mendekat lalu duduk di samping Yanza namun dirinya berhasil tersentak dengan ucapan Yanza.

"Kau duduk di bawah, aku tidak sudi duduk berdampingan dengan orang miskin sepertimu. "

Sungguh pedas sekali ucapan Yanza barusan membuat Fathia dengan susah payah menelan salivanya namun walah begitu dirinya tetap menurut untuk duduk di bawah, bagai manapun bocah di depanya itu adalah bosnya.

Fathia membuka sebuah buku hitung-hitungan anak kelas dua sementara Yanza masih menatapnya sinis.

"Aku akan mengajarimu perkalian, " ujar Fathia mengajari Yanza sesuai dengan kelasnya.

"Sebelum itu aku akan menjelaskan terlebih dahulu apa itu perka~"

"Iya aku tahu, sudahlah langsung saja ke intinya. "

Lagi dan lagi ucapan Fathia kembali disela oleh Yanza namun dirinya hanya bisa diam menurut dari pada tambah runyam nantinya lalu endingnya dirinya di pecat.

"Soal pertama, satu di kali lima sama dengan?" Fathia mulai memberikan satu pertanyaan sementara Yanza mengeluarkan segepok uang dari balik hodie yang ia kenakan.

"Seratus, dua ratus, tiga ratus, empat ratu, lima ratus. " Yanza menghitung membiarkan Fathia terbelalak melihat bagaimana cara Yanza menghitung.

'Gilak, sultan mah bebas yak. '

Yanza tersenyum mengejek lalu meletakan lima lembar uang di atas meja lalu berucap "Jawabanya lima. "

Fathia melihat lima lembar uang di atas meja dengan menelan salivanya dengan susah payah karena jujur dirinya baru pertama kali bertemu manusia jenis Yanza.

"Bagaimana, apakah jawabanku benar? " tanya Yanza.

"I-iya benar," dirinya menjawab karena memang jawaban Yanza itu benar namun caranya saja yang tidak biasa.

"Ck, ini membosankan. " decak Yanza bersedekap dada, memang benar dirinya saat ini merasa bosan entah karena apa.

"Baiklah, agar Tuan Muda tidak bosan mari kita menggambar. " saran Fathia sementara Yanza hanya menjawab dengan kata 'Terserah'.

Fathia mengeluarkan perlengkapan untuk menggambar lalu meletakanya di atas meja "Kali ini aku akan mengajarimu cara menggambar kelinci. "

Yanza hanya berdehem dengan menatap Fathia yang mulai menggambar dengan bernyanyi "Lingkaran kecil lingkaran kecil,,, "

Selama Fathia bernyanyi hanya ada keheningan bahkan Yanza tidak berkutik lagi, akhirnya Fathia menoleh dan dirinya langsung menghela nafas ketika melihat Yanza tengah berlayar di alam mimpi.

"Astaga, kalau begini bagaimana caranya aku mengajar dia? " gumam Fathia dengan raut wajah frustasi namun dirinya di kejutkan dengan sekumpulan Bodyguard mendekat ke arahnya.

Mereka menggakat tubuh Yanza dengan hati-hati untuk membawanya ke kamar sementara Fathia masih terbengong-bengong entah sampai kapan dirinya seperti itu.

"Nona, "

"Eh Iya, "

"Nona sebaiknya pulang saja, biarkan Tuan Muda beristirahat di kamarnya. " Bodyguard perempuan itu berucap dengan ramah sedangkan Fathia hanya mengganggukan kepalanya lalu mulai membereskan buku-buku dan lainnya yang ada di atas meja.

Setelah semuanya selesai barulah Fathia pamit berjalan keluar dari rumah mewah itu.

***

Sekarang dirinya tengah berjalan hendak pulang ke rumah namun dirinya masih tidak menyangka bahwa hari pertamanya bekerja akan seperti ini, bahkan dirinya membayangkan saat Yanza menghitung dengan menggunakan lembaran uang.

Hap!

Dirinya menoleh saat merasakan ada seseorang yang menepuk pundaknya dengan cukup keras.

"Abian, "

Abianza Elcloby, salah satu tetangga Fathia yang paling akrab bahkan mereka sudah kenal lama.

"Aku denger-denger kamu udah dapet pekerjaan ya? " tanya Abian menatap Fathia.

"Iya, "

"Lalu? sekarang kenapa kau tidak bekerja? " kembali Abian melontarkan sebuah pertanyaan.

"Pulang cepat, "

Abian mengganggukan kepalanya tanda mengerti walau dirinya masih menyimpan banyak pertanyaan di otaknya yang ingin segera dirinya pertanyakan namun saat melihat raut wajah Fathia seketika dirinya mengurungkan niatnya.

"Oh ya ini ada Siomay tadi aku beli, " Abian menyodorkan sepiring siomay ke arah Fathia,

"Wah Terima kasih, " ujar Fathia setelah menerima sepiring Siomay dari Abian.

"Iya sama-sama, " jawab Abian tersenyum.

"Oh ya aku pamit ya,." pamitnya yang di balas anggukan oleh Fathia.

Setelah Abian pergi barulah dirinya membuka gerbang berkarat itu lalu menguncinya.

Sampai di dapur dirinya langsung meletakan siomay itu di atas meja dan menyantapnya dengan nikmat.

Terpopuler

Comments

Risfa

Risfa

mangatt

2023-03-20

0

Ansyanovels

Ansyanovels

Ayolah lihat kondisi, aku lagi lapar malah ada siomay di sini 😭

2022-11-14

1

Ansyanovels

Ansyanovels

What?! Ada bodyguard-nya juga

2022-11-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!