Anugerah Cintamu
Nadiba tengah menyapu ruang tamu rumahnya ketika seorang pria masuk ke dalam rumah dan membuat acara menyapu lantainya menjadi berantakan. Pria yang tidak lain adalah suaminya itu tengah menatapnya tajam dan Nadiba sama sekali tidak paham dengan yang terjadi saat ini.
"Ada apa, Mas?”
“Ada sesuatu yang ingin aku
katakan padamu.”
“Sepertinya ini adalah hal yang serius?”
“Iya memang ini adalah hal yang serius.”
“Memangnya ada apa?”
“Aku ingin kita bercerai sekarang juga.”
“Apa katamu?”
“Kamu tidak tuli kan? Aku bilang aku ingin kita bercerai sekarang juga.”
“Tapi kenapa kamu ingin menceraikanku?”
“Sudahlah kamu tidak perlu tahu kenapa aku mau menceraikanmu, pokoknya kamu harus segera tanda tangan
surat cerai ini supaya kita bisa segera berpisah.”
“Aku tidak mau melakukannya.”
“Bisakah saat ini kamu tidak usah keras kepala?!”
“Lalu kenapa kamu sangat ingin sekali bercerai dariku? Katakan apa salahku!”
Tidak lama kemudian seorang wanita masuk ke dalam rumah mereka dan dengan santainya si wanita itu mengapit
lengan sang suami di depan mata Nadiba.
“Kenapa kamu lama sekali di rumah ini, sayang?”
“Aku sudah selesai kok, ayo kita pergi sekarang.”
“Tunggu dulu, siapa kamu? Kenapa kamu mengapit lengan suamiku seperti itu?!”
“Aku? Aku adalah pacarnya yang sebentar lagi akan dinikahi olehnya.”
“Apa katamu?!”
“Iya Nadiba, aku tidak lama lagi akan menikah dengan Luna.”
“Kamu tega sekali padaku Mas, kenapa kamu melakukan ini?!”
“Karena aku sudah muak hidup susah selama ini, aku ingin mengubah nasibku menjadi kaya raya dan mendapatkan apa yang aku inginkan!”
Nadiba yang mendengar itu sontak saja marah dan memukuli suaminya, namun suaminya itu langsung mendorong
Nadiba hingga ia jatuh ke lantai.
“Ayo kita pergi dari sini.”
Suaminya dan wanita yang bernama Luna itu kemudian pergi dari rumah tanpa merasa bersalah setelah apa
yang sudah ia lakukan pada Nadiba.
“Kamu keterlaluan Mas, kamu keterlaluan, hiks.”
****
Nadiba masih bertahan tidak mau menandatangani surat cerai yang diberikan oleh suaminya beberapa hari yang
lalu sampai akhirnya suaminya itu datang ke rumah untuk menagih surat cerai
tersebut pada Nadiba.
“Ambil ini.”
Ketika suaminya itu melihat Nadiba belum juga menandatangani surat cerai itu membuatnya geram setengah mati, ia menggebrak meja dan menyuruh Nadiba segera menandatangani surat cerai ini.
“Kamu tidak bisa memaksaku melakukannya Mas, aku berhak menolak perceraian ini.”
“Berapa banyak yang kamu inginkan dariku sebagai kompensasi atas perceraian kita? Katakan padaku!”
PLAK
Nadiba benar-benar kesal dan tersinggung dengan ucapan suaminya ini, ia mengatakan bahwa ia tidak
membutuhkan uang dari suaminya ini.
“Yang aku butuhkan adalah kehadiranmu di sisiku Mas, kasihan Rama dia masih kecil, dia membutuhkan kamu
sebagai ayahnya.”
“Aku tidak peduli, Rama bisa tetap bermain ke rumahku ketika akhir pekan walaupun kita sudah bercerai!”
“Tapi Mas ….”
“Lakukan seperti yang aku perintahkan dan jangan membuat kesabaranku habis, Nadiba!”
“Aku tidak bisa melakukannya, aku tidak bisa!”
“Kamu memang benar-benar menguji kesabaranku, ya!”
Ketika suaminya ini hendak menampar lagi Nadiba, anak mereka datang dan melerai ayahnya yang hendak
memukul sang ibu.
“Tolong Ayah jangan kasar pada Ibu.”
“Minggir kamu!”
“Tidak, aku tidak akan membiarkan Ayah menyakiti Ibu!”
“Baiklah, untuk saat ini aku pergi namun besok aku akan kembali dan saat aku kembali, maka kamu harus sudah
menandatangani surat cerai itu!”Nadiba benar-benar sedih karena sikap suaminya berubah setelah mengenal wanita bernama Luna itu, sebenarnya sudah lama sekali ia curiga kalau suaminya berselingkuh diam-diam di
belakangnya namun Nadiba tidak pernah mendapatkan bukti yang mendukung
asumsinya. Sampai suatu ketika akhirnya ia memergoki sang suami tengah berduaan
dengan wanita itu di sebuah restoran hingga akhirnya ia pun melabrak mereka.
“Bu.”
“Iya Rama?”
“Kenapa ayah tadi bersikap kasar
pada Ibu?”
“Ayah tadi sedang emosi itu
saja.”
“Lalu kenapa sekarang ayah
tidak pulang?”
“Ayah pasti akan pulang.”
“Aku rindu ayah, Bu.”
Nadiba tentu saja sedih mendengar jeritan hati anaknya ini, ia pun memeluk anak satu-satunya itu. Ketika
berpelukan itu Nadiba berusaha menahan air matanya supaya tidak keluar karena
tidak mau membuat anaknya bersedih.
“Hari sudah malam Nak, besok kan kamu harus sekolah jadi lebih baik sekarang kamu tidur, ya?”
“Iya Bu, selamat malam.”
“Selamat malam sayang.”
Setelah anaknya itu tidur, Nadiba juga ingin tidur namun setelah beberapa saat ia mencoba memejamkan
matanya ia tetap tidak bisa tidur karena kepikiran soal surat cerai yang
diberikan oleh suaminya itu. Nadiba meraih surat cerai yang berada di atas
nakas meja sambil menatap tanda tangan sang suami yang sudah ada di sana.
“Apakah kamu benar-benar ingin berpisah denganku?”
****
Keesokan harinya suaminya yang bernama Faruq itu datang dan mengaih surat cerai yang harus Nadiba tanda
tangani itu dan akhirnya Nadiba pun memberikan surat cerai yang sudah ia tanda
tangani itu.
“Apakah kamu yakin ingin bercerai denganku?”
“Sudah aku bilang bahwa aku ingin bercerai denganmu, itu artinya aku benar-benar ingin berpisah denganmu.”
“Apakah kamu yakin tidak akan menyesalinya?”
“Tentu saja tidak akan pernah, selama aku hidup denganmu maka aku selalu hidup menderita maka sekarang saatnya aku merubah nasibku.”
Faruq kemudian pergi meninggalkan Nadiba yang masih sedih dengan sikap suaminya yang justru sama
sekali tidak merasa sedih saat mereka bercerai, Nadiba hanya bisa berharap
semoga Faruq bisa mendapatkan kebahagiaan dengan wanita barunya itu.
“Aku tidak boleh sedih, mulai saat ini aku harus mandiri dan tidak ketergantungan pada dia.”
Nadiba masuk ke dalam rumah untuk mulai memasak makan siang untuk Rama yang sebentar lagi akan pulang
sekolah, saat ia sedang memasak itu terdengar suara orang yang mengetuk pintu
rumahnya.
“Siapa ya kira-kira yang datang?”
Nadiba kemudian pergi ke pintu untuk melihat siapa yang datang saat ini dan rupanya yang datang saat ini
adalah ibunya.
“Ibu?”
“Nadiba sayang, bagaimana kabarmu?”
“Aku baik, duduklah.”
****
Nadiba awalnya tidak mau menceritakan soal masalah yang ia alami dengan Faruq namun setelah ia pikir-pikir
lagi maka ibunya juga harus tahu mengenai hal itu. Kusuma nampak terkejut saat tahu bahwa putrinya akan segera bercerai dan ia menyesalkan kenapa Nadiba tidak pernah bercerita padanya kalau ada masalah dengan suaminya.
“Harusnya kamu cerita pada Ibu, bukan memendamnya sendirian.”
“Aku minta maaf Bu, aku hanya tidak ingin membebani Ibu.”
“Kamu itu adalah anakku, mana mungkin membebaniku? Kenapa kamu dan dia mau bercerai?”
“Dia mau menikah lagi dengan wanita kaya.”
“Apa katamu?!”
“Iya, waktu itu dia mengajak calon istrinya itu ke sini dan menyodorkan surat cerai padaku.”
“Kurang ajar sekali, di mana mereka tinggal akan aku hajar mereka!”
“Bu tidak perlu.”
“Katakan di mana mereka berada!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Tiwi
.
2024-07-06
0
Yeonso
semangat thoorr!!
2022-11-21
0