Kusuma nampak tak percaya ketika dirinya disuruh oleh Luna untuk berlutut meminta maaf padanya padahal dirinya tidak melakukan kesalahan apa pun pada wanita itu.
“Lakukan sekarang juga,” ujar wanita itu dengan nada sombongnya.
“Kenapa aku harus melakukan itu? Aku tidak sudi kalau harus merendahkan diriku untuk meminta pengampunan darimu, lagi pula aku sama sekali tidak salah dalam hal ini. Kalaupun ada orang yang berlutut meminta maaf
maka harusnya itu adalah kamu!”
“Ya Tuhan, berani sekali wanita tua ini membantahku.”
“Bu, lakukan saja apa yang diperintahkan olehnya,” ujar Nadiba yang membuat Kusuma terkejut.
“Apa maksudmu Nak, Ibu sama sekali tidak bersalah dalam hal ini, kamu harus percaya pada Ibu!”
“Lakukan saja apa yang diperinatahkan olehnya Bu, jangan membantahnya.”
“Ibu tidak sudi, Nak. Ibu sama sekali tidak melakukan kesalahan padanya.”
Maka Nadiba pun kemudian berlutut di depan Luna dan Faruq yang membuat Kusuma terkejut dan meminta supaya Nadiba segera bangun.
“Maafkan kesalahan ibuku.”
“Apa yang kamu lakukan? Bangun sekarang juga!”
“Harusnya kamu lebih menjaga ibumu ini supaya tidak mengusik kami lagi.”
“Aku akan menjaganya, kalian tenang saja.”
“Baguslah karena kalau sampai kejadian seperti itu kembali terulang dikemudian hari, maka aku tidak akan berbaik hati seperti hari ini dengan membebaskannya dari penjara.”
Setelah mengatakan itu Luna dan Faruq kemudian pergi dari kantor polisi itu, Kusuma nampak kesal dengan yang Nadiba lakukan barusan, ia sama sekali tidak terima kalau putrinya harus berlutut dan meminta
pengampunan pada wanita jahat itu.
“Kenapa kamu harus melakukan itu Nadiba? Kamu tidak perlu melakukannya.”
“Sudahlah Bu, aku melakukan itu supaya dia tidak memperpanjang masalah Ibu.”
“Kalau memang itu yang harus Ibu lakukan untuk meminta maaf padanya, seharusnya Ibu lebih baik dipenjara saja, sampai mati pun aku tidak sudi berlutut pada wanita jahat itu!”
“Sudahlah Bu, lebih baik kita pulang sekarang.”
“Ya Tuhan anakku, kenapa kamu harus merendahkan dirimu pada iblis itu?”
****
Nadiba mengatakan pada Rama bahwa mereka harus pindah saat ini, tentu saja Rama heran dengan ucapan Nadiba tersebut.
“Kita akan pindah ke mana, Bu?”
“Kita akan kembali ke kampung nenek.”
“Kenapa kita harus ke sana?”
“Karena di sini sudah tidak kondusif, Nak.”
“Tapi aku tetap ingin di sini, Bu, bagaimana kalau di sana aku tidak memiliki teman?”
“Di sana kamu pasti akan memiliki teman, percayalah pada Ibu.”
“Lalu bagaimana aku bisa bertemu dengan ayah?”
Nadiba terdiam mendengar pertanyaan dari Rama barusan, ia pun bingung apa yang harus ia lakukan saat ini.
“Aku mau bertemu dengan ayah sekarang, Bu.”
“Ayah sedang tidak dapat ditemui sekarang, Nak.”
“Pokoknya aku mau bertemu dengan ayah!”
Nadiba nampak sedih sekaligus bingung apa yang harus ia lakukan saat ini, dengan sangat terpaksa maka ia pun harus menelpon mantan suaminya itu.
“Kenapa kamu menelponku?”
“Rama bilang dia ingin bertemu denganmu, tolong kamu luangkan waktu padanya.”
“Aku tidak tahu apakah aku bisa melakukannya atau tidak.”
“Apakah kamu tidak kasihan pada Rama? Dia merindukanmu dan ingin bertemu denganmu, anggap saja ini adalah permintaan terakhirku sebelum kami pergi dari kota ini.”
“Baiklah kalau begitu, aku akan kirimkan nanti alamatnya.”
Setelah itu Faruq menutup sambungan teleponnya dan Nadiba mengatakan bahwa nanti ia akan mengantarkan anaknya ini bertemu dengan Faruq.
****
Luna sebenarnya tidak setuju kalau suaminya ini bertemu dengan anaknya, ia takut kalau Faruq bertemu dengan Rama maka Faruq tidak akan mau lagi bersamanya namun tentu saja Faruq membantah itu semua. Ia
mengatakan hanya ingin bertemu dengan Rama untuk yang terakhir kalinya karena
setelah ini Rama akan ikut dengan Nadiba pindah keluar kota.
“Percayalah padaku.”
“Baiklah aku akan percaya padamu namun aku harus ikut supaya bisa melihat sendiri kebenarannya.”
Faruq pun mengajak Luna untuk bertemu dengan Rama di sebuah taman, mereka sudah ada di taman itu ketika Rama belum kelihatan batang hidungnya. Luna nampak mendengus kesal dan mengatakan seharusnya Faruq tidak
perlu menyanggupi permintaan dari Nadiba itu.
“Kamu tidak perlu takut kalau aku akan kembali pada Nadiba karena satu-satunya wanita yang ada di hatiku saat ini adalah kamu.”
“Iya aku tahu hanya saja aku takut kalau kamu akan berubah pikiran setelah mendengar anakmu itu memelas padamu."
Akhirnya Nadiba dan Rama tiba juga di taman itu, Rama langsung berlari menghampiri Faruq dan memeluk ayahnya itu dengan erat, Luna nampak gelisah karena takut Rama akan meminta sesuatu hal yang bukan-bukan pada Faruq.
“Ayah, aku merindukan Ayah.”
“Ayah juga merindukanmu, Nak.”
****
Nadiba mengajak Luna untuk meninggalkan mereka berdua di taman itu namun Luna menolaknya, ia mengatakan tidak akan pergi dari taman ini kecuali dengan suaminya.
“Mereka membutuhkan waktu berdua untuk bicara.”
“Aku tidak mau, hei anak kecil kalau kamu mau bicara cepat katakan!” seru Luna.
“Begitukah caramu memperlakukan anak-anak? Kenapa kamu kasar sekali?” tanya Nadiba kesal.
“Aku memiliki alasan kenapa tidak menyukai anak ini karena anak ini adalah anakmu, aku tidak suka kalau ada bagian darimu yang masih menghantui Faruq.”
“Sebegitu kamu takutnya kamu aku kembali padanya sampai-sampai pada anakku saja kamu membencinya?”
“Ayah kenapa mau menikah dengan wanita jahat seperti dia?” tanya Rama.
“Apa katamu? Hei anak kecil kurang ajar!” bentak Luna.
“Luna, kendalikan dirimu,” ujar Faruq.
“Anak ini pasti tidak pernah kamu didik dengan benar sampai bisa bersikap tidak sopan pada orang yang jauh lebih tua darinya.”
“Ibuku mendidikku dengan baik tapi kamu adalah wanita jahat, kamu mencuri ayahku dari Ibu!” seru Rama.
“Kamu ini benar-benar, ya!” seru Luna yang ingin memberikan Rama pelajaran namun ditahan oleh Nadiba dan Faruq.
“Hentikan Luna.”
“Tapi kamu lihat sendiri sikapnya menyebalkan sekali!”
“Itu semua karena kamu, kalau kamu memperlakukannya dengan baik maka Rama pasti akan bersikap dengan baik.”
“Sudah aku duga kalau kamu pasti akan membela anak ini!”
****
Faruq mengatakan pada Rama bahwa ia harus ikut dengan Nadiba pergi keluar kota saat ini walaupun Rama menolaknya karena akan merindukan ayahnya, Faruq pun mengatakan bahwa setiap libur sekolah maka ia
akan menjemput Rama dan mengajaknya berlibur di sini.
“Ayah janji?”
“Iya sayang Ayah janji.”
“Baiklah kalau begitu.”
“Jangan menjadi anak yang nakal di sekolah barumu nanti juga jaga ibumu baik-baik.”
“Faruq!” seru Luna kesal.
“Iya Ayah, aku akan melakukan semua itu, tapi aku tetap tidak suka pada wanita itu.”
“Siapa juga yang menyukaimu dasar anak kecil kurang ajar!” seru Luna.
Rama memberikan wajah meledek dan membuat Luna marah, ia hendak memberikan pelajaran pada Rama namun anak itu langsung bersembunyi di balik tubuh Faruq.
“Luna hentikan.”
“Tapi kamu lihat sendiri anak ini menyebalkan sekali kan?!”
“Nak, ayo sekarang kita pulang,” ajak Nadiba.
“Selamat tinggal Ayah,” ujar Rama memeluk ayahnya untuk yang terakhir kali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Zenun
ih janganlah berlutut pada orang seperti itu. Harusnya ibu tadinya gak usah gangguin pernikahannya
2022-11-20
1