Di sinilah sekarang seorang pria menunggu sang kekasih yang tengah pergi entah kemana. Dewa memang langsung pulang ke rumah Bunga, karena merasa bersalah dengan kekasihnya. Dewa telah berani menyembunyikan sesuatu selama ini, tanpa berniat menjelaskannya kepada Bunga.
"Kamu kemana ajha Bunga? aku nungguin kamu dari tadi, ini udah jam 9 malam," tanya Dewa yang semula duduk, sekarang berdiri di hadapan Bunga."
"Maaf!!" balas Bunga singkat.
"Kamu dari mana? kenapa ngak ngabarin aku? itu ponsel kamu di non aktifkan. Jawab aku Bunga!!" teriak Dewa marah.
Bunga tersenyum santai ke arah Dewa, pria yang membuat dirinya selalu menunggu dan menangis dan berteriak seperti orang gila di danau, menumpahkan semua sakit hatinya, sekarang Dewa sudah keterlaluan.
"Bunga!! jawab aku!!" teriak Dewa kembali menekan suaranya dengan keras.
"Aku capek, kita bahas besok pagi ajha," balas Bunga melangkah pergi, namun tangannya langsung di cengkram keras oleh Dewa.
"Kamu dari mana tadi ah? keluyuran ngak jelas, sampai jam segini," bentak Dewa tidak ingin melepas tangan Bunga.
Bunga mencoba melepas cengkraman Dewa, namun usahanya tidak memuaskan, tangan Dewa terlalu kekar dan kuat, mencengkram tangannya dengan kasar.
"Aku baru pulang dari masjid, shalat Maghrib di sana, terus cari makan sebentar dan shalat Isya di masjid lagi, berdo'a semoga kekasih yang ada di depanku ini cepat insaf," jelas Bunga santai.
"Ka_kamu do'ain aku?" Dewa bertanya serius memandang wajah Bunga, kekasih yang selama ini ia cintai.
"Makanya jangan suka su'uzon, lepasin tangan aku!! kita bukan mahrom tau," sinis Bunga dengan wajah kesal.
"Kamu kok marah sama aku? biasanya kan kita selalu Peganggangan tangan," balas Dewa cemberut, lalu memenuhi perkataan Bunga, dengan melepaskan tangan tunangannya.
"Itu berlaku dulu ya, sekarang ngak lagi, kamu lebih mentingin pekerjaan kamu dari pada aku, jadi aku ngak salah dong, jaga jarak sama kamu."
"Tapi itu untuk masa dep...."
Bunga langsung memotong perkataan Dewa, ia tidak menginginkan alasan itu. Omong kosong, batin Bunga melotot ke arah Dewa.
"Udah ya! aku capek, kamu sibuk ajha sana sama kerjaan kamu, mentang-mentang udah jadi tuan muda yang sukses, giliran aku dilupakan."
"Aku jadi curiga sama kamu Wa,
jangan-jangan kamu selingkuh di belakang aku," ucap Bunga penasaran dengan respon Dewa, walaupun Bunga hanya berniat menggertak Dewa.
"Ngak sayang, aku sibuk di kantor ajha kok, ngak ada pekerjaan yang lain."
"Aku ngak suka pria yang suka bohong ya? awas ajha kalau kamu ketauan mempunyai hubungan dengan cewek lain, dan alasannya sibuk berkerja, aku pastikan hubungan kita berakhir sampai di sini," ancam Bunga penuh kemenangan.
"Kok kamu ngomong seperti itu yang? terus pernikahan kita di batalkan?"
"Di batalkan!! percuma punya suami sibuk ngurusin wanita lain, mending aku nyari cowok lain kan, walaupun ngak kaya tapi waktunya tetap untuk aku."
"Aku ngak mau yang!! pokoknya kamu itu hanya milik Dewa seorang, ngak boleh yang lain," ujar Dewa memeluk Bunga dengan erat.
Bunga mencubit pinggang Dewa cukup keras, membuat empunya kesakitan, bukannya melepas pelukannya, Dewa mempererat pelukannya di pinggang Bunga, dan sedikit lagi ingin mencium kening Bunga, walaupun gadis itu memberontak, karena sedang marahan dengan Dewa.
"Wa!! lepasin aku, aku kesulitan bernafas," kesal Bunga mencoba melepas pelukan erat Dewa.
"Ngak!! sampai kapanpun, kamu hanya milik aku, kamu itu jodoh aku, aku berjanji akan menghancurkan hidup pria yang mencoba merebut kamu dari aku."
"Tuh mulut harus di jaga," sungut Bunga mencubit kembali pinggang Dewa dengan keras.
"Auww!!" pekik Dewa kegelian.
"Kamu sih nyebelin," lirih Dewa cemberut.
"Oh, kamu nyalahin aku gitu?"
"Ngak sayangku, aku kan yang salah, maaf ya!! jangan marah dong yang? aku jadi ngak fokus kerja besok pagi kalau kamu seperti ini."
"Biarin, biar kamu sekalian berhenti jadi CEO, dan selalu ada waktu untuk aku."
"Kok ngomongnya seperti itu sayang?"
"Kenapa emangnya? kamu keberatan ahh?"
"Ngak kok sayang, jangan marah lagi ya?" Dewa mengetahui, Bunga sedang lelah sekarang, sehingga ia tidak ingin membantah semua perkataan Bunga, dari pada Bunga marah nanti kepadanya dan ingin berpisah, apa jadinya hidup Dewa tanpa Bunga, lebih baik Dewa menjadi gila, kalau tidak bersama Bunga.
"Ya udah, aku maafkan, kamu pulang gih, ngak enak sama tetangga, bertamu sampai tengah malam, mana mama dan papa lagi di luar lagi."
"Mama dan papa di luar ya? kapan pulangnya?" tanya Dewa senyum tidak jelas.
"Mungkin mereka akan menginap di rumah nenek, karena mama akhir-akhir ini nyariin nenek, katanya rindu."
"Oh, bagus dong."
"Bagus apa'an?" tanya Bunga melotot.
"Heh, ngak ada dong yang."
"Jangan macem-macem!! kamu mau aku makan ya?" sungut Bunga menatap tajam Dewa.
"Ampun yang!! aku hanya bercanda kok, mana mungkin aku berani nyentuh kamu, walaupun sebentar lagi kita akan menikah."
"Bagus, kamu nyadar diri, sebelum jadi santapan aku malam ini."
"Serem banget sih kamu yang."
"Sayang!!" teriak Bunga menatap tajam ke arah Dewa. Memperingati Dewa agar cepat angkat kaki dari rumahnya.
"Iya sayang, aku pamit dulu ya? ya udah sini aku kecup keningnya dulu."
"Ngak ada," sinis Bunga marah.
"Kok ngak ada sih yang?"
"Pulang!!" bentak Bunga.
"Iya deh, besok pagi aku jemput."
"Baiklah, tuh pintu jangan lupa di tutup!"
"Siap sayang love you!!"
"Love you too," balas Bunga melangkah menaiki tangga, dan masuk ke dalam kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Nurshaleha Enuy
berasa baca kisah sendiri hehe
ngakunya sibuk taunya punya yg lain di luar
2021-08-22
2
Yuli Ani
dr awal baca ceritanya udah bgus bnget aku ska.semngat thor
2021-08-21
3