Krekk krekk
Suara pintu ruang ICU terbuka, memperlihatkan seorang dokter memakai jas putih, tinggi, muda dan berkharisma keluar dari ruangan tersebut, dokter tersebut memakai masker dan mendekat ke arah
Bunga, Dewa dan Fikram yang dari tadi duduk menunggu dokter keluar.
"Bagaimana keadaan istri saya dok?" Fikram langsung menanyakan hal itu kepada pria tersebut, Fikram benar-benar khawatir dengan keadaan Elina, istrinya, sekaligus mama dari Bunga.
Dokter tersebut membuka maskernya, dan memandang ke arah Bunga, gadis itu shock bukan main, karena pria itu adalah orang asing yang ia lempar di danau terlihat benjolan sedikit membiru di keningnya.
"Hem, keadaan istri bapak, alhamdulliah cukup membaik, sekarang buk Elina sedang di tangani oleh suster di dalam, kalian boleh masuk," lirih dokter tersebut ramah.
Drtt drtt ( suara ponsel berdering )
"Hallo!!" Dewa langsung mengangkat ponselnya dan sedikit menjauh dari Bunga dan Fikram.
"Sayang!! aku keluar sebentar."
"Baiklah," balas Bunga mengangguk.
"Dewa!! lo kemana ajha sih? kenapa lo ngak masuk kerja?" itu suara Andra memarahi Dewa, yang tiba-tiba menghilang sedangkan ada rapat penting di kantor.
"Cerewet banget sih lo, gue lagi di rumah sakit."
"Ahh? siapa yang sakit, kenapa lo ngak bilang ke gue, lo sedang sakit."
"Ehh, mulut lo jangan asal nyerocos ngak jelas, dengerin perkataan gue dulu, jangan asal potong ajha."
"He, he, sorry!! kan gue khawatir sama lo Wa, lo kan sahabat gue."
"Nyengir lo!! mama dari calon istri gue sakit, makanya gue ngak masuk kerja tadi pagi, nih bentar lagi gue ke kantor."
"Mamanya Bunga ya? titip salam gue ke Bunga Wa!! bilangin moga mamanya cepat sembuh."
"Ngak ada titip-titip salam ke cewek gue, sembarang ajha lo kalau ngomong."
"Eleh, posesif banget lo jadi cowok, belum jadi lakinya ajha udah kayak gini, apalagi jadi suaminya."
"Lo mending cepetan kesini deh, proyek lo siapa yang urusin," cetus Andra sini.
"Okey, gue pergi, gue pamit dulu ke Bunga," balas Dewa langsung mematikkan ponselnya.
Setelah mematikkan ponselnya, Dewa langsung masuk ke ruang rawat, untuk pamitan ke Bunga, dan papanya.
"Sayang! aku harus pergi ke kantor, nanti kabarin aku, kalau kamu kangen," ucap Dewa tersenyum.
"Dewa!!" panggil Bunga menahan malunya.
"Iya sayang," cengegesan.
"Ya udah, kamu langsung ke kantor jangan keluyuran nyari sensai," Bunga memperingati Dewa agar tidak
kemana-mana dan langsung ke kantornya.
"Asyiap sayang," balas Dewa tersenyum manis.
"Om!! Dewa pamit dulu, salam ke tante Elina, semoga cepat sembuh."
"Terima kasih nak Dewa, kamu juga
hati-hati di jalan," balas Fikram tersenyum.
"Iya om, assalamua'alikum!!"
"Waalikumsalam.
Selang beberapa menit, Elina belum juga sadar mungkin efek daari obat bius dari dokter, sedangkan hari sudah mulai beranjak siang, sepertinya Bunga harus mencari makanan di sekitar rumah sakit, karena tubuhnya juga perlu asupan.
"Pa!! Bunga ke depan bentar ya? nyari makanan, papa mau nitip apa?" Bunga menawarkan ke papanya, karena kasihan melihat papanya yang dari tadi tidak ingin meninggalkan mamanya.
"Kamu beli roti tawar untuk mama, sama air mineral, kalau untuk papa, ngak usah," balas Fikram singkat.
"Hem baiklah, Bunga pergi ya pa!! assalamuaikum."
"Waalikumsalam."
Bunga menutup pintu dengan pelan, tidak ingin menganggu istirahat mamanya, sungguh masalah Bunga terlalu menumpuk sekarang, belum masalah pernikahannya dengan Dewa, belum masalah nenek Ti, dan banyak lagi, membuat bunga Frustasi.
"Oh, nama kamu Bunga Permata sari," suara seseorang tiba-tiba muncul di hadapan Bunga, gadis itu langsung terkejut dengan keberadaan orang itu.
"Ka_kamu," balas Bunga terbata-bata.
Bersambung!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Nurshaleha Enuy
fiks deh tuh dokter jodohnya bunga
ya gak sih ? hehe
2021-08-22
0
Yuli Ani
nah lo ketauan bkal bls dendam si pak dokter
2021-08-21
0