Drttt drtt ( suara ponsel berbunyi )
"Hallo assalamulaikum Bunga!!" suara seseorang dari balik ponsel, itu suara papa Bunga, terdengar isak tangis di sana, suara nenek.
"Waalikumsalam!! papa itu suara nenek kan? kenapa nenek menangis? mama mana?" tanya Bunga merasa khawatir.
"Ma_mama kamu masuk rumah sakit nak, penyakit mama kambuh lagi, sekarang kami ada di rumah sakit, kamu cepetan ke sini" balas papa Bunga sedih lalu mematikkan ponsel tersebut.
Bunga benar-benar shock mendengar perkataan papanya, bagaiman penyakit mama bisa kambuh, pasti ini ada hal yang tidak beres, Bunga curiga mama pasti ada masalah di rumah neneknya.
"Wa!! kita ke rumah sakit, mama!!" ucap Bunga tidak mampu menyelesaikan
kata-katanya.
"Iya sayang, kita ke sana sekarang, kamu jangan sedih, mama kamu pasti kuat melawan penyakitnya."
"Makasih Wa," balas Bunga tersenyum.
"Iya sayang, jangan sedih, aku ada di sini sayang, nemenin kamu," tutur Dewa mencium punggung tangan Bunga, tanpa ada penolakan dari gadis itu.
# Rumah Sakit
"Mama mana pa?" Bunga langsung menghampiri papa dan neneknya yang duduk gelisah di kursi rumah sakit di depan pintu rawat mamanya.
"Mama ada di dalam," lirih Fikram menghampiri anaknya.
"Apa yang terjadi sama mama?" Bunga menepis pelan tangan Fikram lalu pergi ke arah neneknya.
"Pasti ini gara-gara nenek kan?" Bunga menyalahkan neneknya, itu bukan nenek kandung Bunga, tapi lebih tepatnya nenek tiri Bunga, dan pelakor yang telah menghancurkan rumah tangga keluarga mamanya dulu.
"Maksud kamu apa Bunga? jaga bicaramu!!" sentak nenek Tiara yang sering di panggil nenek Ti, meninggikan suaranya.
"Ini semua gara-gara nenek, nenek jahat sama mama Bunga, dari dulu nenek Ti selalu maksa mama untuk tanda tangan penguasaan perusahaan, agar kak Dimas kan yang menguasai perusahaan kakek, agar cucu kesayangan nenek itu berkuasa semuanya kan," cetus Bunga terus menyalahkan neneknya.
"Ngak muda, ngak tua, nenek ngak pernah berubah, sadar nek!! sekarang nenek udah tua, nenek ngak perlu susah payah mengumpulkan harta, tugas nenek sekarang untuk beribadah mendekat kepada sang pencipta, bukan malah ngurusin harta terus."
"Jaga bicaramu Bunga!! nenek tidak seperti itu."
"Oh, terus buktinya sekarang apa ah? nenek udah buat mama dilema,dan banyak pikiran, antara menuruti wasiat kakek atau menuruti ibu tirinya yang jahat seperti nenek."
Nenek Ti tidak bisa menahan amarahnya, walaupun semua perkataan Bunga benar, ia hanya mengincar harta ayah dari mama Bunga, namun ia tidak terima Bunga memperlakukannya seperti ini, dan nenek Ti mengangguk tangannya ingin menampar wajah gadis itu.
"Dasar anak kurang ajar," teriak nenek Ti ingin menampar Bunga, namun tangan itu di halangi oleh seseorang, yang
tiba-tiba muncul dan meraih tangan tersebut.
"Jangan berani menyentuh calon istri saya!! atau hidup semua cucumu akan musnah di tangan saya," ancam Dewa menepis kasar tangan nenek Ti.
"De_Dewa!!" gumam Bunga terkejut melihat adegan kasar Dewa kepada nenek Ti.
"Oh sekarang kalian mencoba memojokkan nenek, bagus!! nenek akan pergi dari hadapan kalian," ucap nenek Ti merasa kesal.
"Pergilah!! dan jangan mencoba muncul di hadapan keluarga calon istri saya," cetus Dewa lantang.
"Saya akan membalas perlakuan anda kepada saya, tuan muda Dewa yang terhormat," nenek Ti melangkah pergi dan tak lupa mengancam Dewa di hadapan Bunga dan Fikram.
"Sudah nak Dewa!!" perintah Fikram menenangkan calon menantunya.
"Apa yang terjadi pa?" Bunga sekarang duduk memapah Fikram dan bertanya secara langsung kepada papanya.
"Mama kamu di ancam oleh nenek Ti, nenek Ti mengancam akan merusak perusahaan kakek kamu, kalau mama kamu tidak menandatangani surat perpindahan semua harta kekayaan kakek kamu atas nama cucunya Dimas."
"Ini tidak bisa di biarkan sayang, kamu dan keluarga kamu, berada dalam bahaya," sambung Dewa khawatir.
"Aku ngak takut sama nenek Ti sayang, toh dia udah tua."
"Sayang!! nenek Ti memang udah tua, tapi licik," jelas Dewa kepada Bunga.
"Benar kata Dewa nak, kita harus berhati-hati lagi menjaga perusahaan, apalagi Dimas sekarang berkerja di perusahaan papa, entah Dimas jahat atau tidak, tidak ada salahnya kita mengawasinya."
"Baik pa, papa harus lebih hati-hati lagi sama kak Dimas," balas Bunga khawatir, takut Dimas berbuat nekad seperti keturunan keluarganya yang licik.
Bersambung....!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Nurshaleha Enuy
nenek2 udah bau tanah masih juga doyan duit
2021-08-22
0
Yuli Ani
jahatnya nek ti udh uzur juga masih aja mikirin harta.
2021-08-21
0