Hantu Senja
...༻◈༺...
'Bagiku hantu itu nyata. Mereka selalu terlihat dimana-mana. Satu-satunya jalan untuk menghindari mereka adalah dengan sengaja berpura-pura tidak melihat. Itulah yang aku lakukan sekarang.Tapi melakukannya terkadang tidak mudah.' Julie menatap pantulan dirinya di cermin toilet. Dia baru selesai membasuh muka.
Tepat di belakang Julie, terdapat seorang wanita dengan kepala memiring dan lidah yang terjulur. Di lehernya terdapat tali tambang yang mengalung. Jelas dia bukan manusia.
Julie menghela nafas. Ia berusaha tenang dan bersikap normal. Julie yang sempat menundukkan kepala, mendongak untuk kembali menatap cermin.
Tanpa diduga, hantu yang ada di belakang tadi sudah berada tepat di samping. Julie membulatkan mata. Jantungnya berdetak lebih cepat.
Julie berlagak tidak melihat. Dia merapikan rambut dan pakaian. Lalu bergegas pergi dari toilet.
Dengan langkah cepat, Julie kembali ke ruang kerjanya. Dia langsung di sapa oleh semua karyawan.
Julie mengelus dada setelah masuk ke kantor. Dia duduk dan segera berkutat dengan berkas laporan dan laptop.
Julie Anastasya, dia merupakan CEO perusahaan dekor dan properti. Dia sangat sukses memimpin perusahaan. Bahkan setelah kecelakaan besar yang sempat menimpanya.
Perusahaan yang dikelola Julie merupakan salah satu cabang milik sang ayah. Dia memegang kendali perusahaan di kota California, Amerika Serikat.
Pintu terdengar diketuk. Julie segera menyuruh masuk. Sekretarisnya yang bernama Gavin muncul dari balik pintu.
"Terlambat lagi?" terka Julia sembari bangkit dari tempat duduk. Matanya memicing sambil melipat tangan ke depan dada.
Gavin tersenyum sambil memegang tengkuk. "Maaf, tapi aku berjanji ini tidak akan terulang lagi," ucapnya.
"Kau sudah mengatakan itu lebih dari tiga kali. Tapi tetap saja kau datang terlambat!" Julie berjalan ke hadapan Gavin.
"Maafkan aku, my beauty boss. Kali ini benar-benar yang terakhir!" Gavin mengangkat satu tangannya ke depan wajah.
"Baiklah. Aku akan membiarkanmu tetap bekerja," tanggap Julie seraya melihat kuku-kukunya yang berhiaskan kotex biru.
"Terima kasih, Julie!" Gavin kegirangan. Dia tersenyum lebar.
"Aku akan membiarkanmu tetap bekerja, sampai aku menemukan orang yang tepat untuk menggantimu!" Julie memperbaiki perkataannya.
Kesenangan Gavin langsung hangus seketika. Dia ingin kembali memohon. Tetapi Julie langsung membuka pintu dan menyuruhnya keluar.
Gavin mendengus kasar. Dia tahu betapa tegasnya seorang Julie.
Waktu menunjukkan jam empat sore. Julie mempercepat kinerjanya. Dia selalu berusaha pulang sebelum malam tiba. Karena saat malam tiba, makhluk gaib yang dilihatnya akan semakin banyak.
Semenjak mata batinnya terbuka, Julie tidak pernah lagi bekerja sampai malam. Jika memang ada yang mendesak, dia selalu menyuruh orang untuk menggantikan. Atau bisa saja menyelesaikan pekerjaan di rumah.
Merasa sudah menyelesaikan pekerjaan, Julie segera mengambil tas dan pulang. Dia tidak lupa menyapa para karyawannya yang masih bekerja.
Julie selalu menaiki kereta bawah tanah. Karena sejak kecelakaan, dia sudah tidak berani mengemudi mobil.
Kini Julie baru keluar dari gedung perusahaan. Dia harus berjalan kaki dahulu untuk pergi ke stasiun.
"Sebentar lagi musim dingin. Cokelat hangat sepertinya enak," gumam Julie seraya merapatkan mantelnya lebih erat. Dia berniat pergi ke cafe favoritnya untuk membeli minuman.
Langkah Julie terhenti saat menyaksikan sosok tidak asing dari kejauhan. Jantungnya berdegub sangat kencang saat melihat sosok tersebut. Yaitu sosok lelaki berkemeja garis-garis putih dan celana panjang hitam. Lelaki itu sangat tampan. Berkulit putih bersih, hidung mancung, badan tinggi semampai dan berambut hitam pekat. Tetapi sayang, lelaki tersebut bukan manusia. Melainkan hantu. Semuanya dapat terlihat jelas dari wajah pucat dan bercak darah yang ada di pakaian lelaki itu.
Julie segera memeriksa jam yang melingkar di pergelangan tangan. Dia melihat waktu sudah menunjukkan jam enam sore. Hantu tampan tersebut memang selalu muncul saat senja. Anehnya dia selalu muncul di tempat Julie sering menghabiskan waktu.
Hantu tampan itu selalu tersenyum ketika melihat Julie. Dia bahkan sering mengajak Julie bicara. Akan tetapi Julie selalu berpura-pura tidak mendengar dan melihat.
Julie membalikkan badan untuk membelakangi posisi hantu tampan yang dilihatnya. Dia memegangi dada kiri. Julie tidak tahu kenapa? Jantungnya selalu berdebar saat melihat hantu tampan yang menyebut namanya dengan sebutan June itu.
'Tenanglah, Julie. Ini hanya debaran ketakutan yang biasa kau rasakan saat melihat hantu,' batin Julie. Mencoba mencuci otaknya sendiri.
Julie menarik nafas dalam-dalam. Lalu mengeluarkannya dari mulut. Ia segera berjalan melewati June dan masuk ke cafe.
"Aku yakin kau ingin cokelat hangat kali ini," ujar June seraya mengekori Julie dari belakang. Hantu itu seolah seperti penguntit yang tahu segalanya tentang Julie.
Bola mata Julie mendelik ke belakang. Dia sudah biasa mendengar semua tebakan June. Julie segera memesan cokelat hangat yang sejak tadi di inginkan.
"Apa kau mau sekalian memesan kue. Kebetulan kuenya baru dikeluarkan dari oven. Jadi rasanya lebih enak," tawar pelayan cafe.
"Boleh juga," tanggap Julie seraya tersenyum ramah.
"Ya, kau sangat suka kue. Tapi dari semua kue, kau paling suka kue macaron," ucap June yang kini berdiri di sebelah Julie.
Tebakan June benar lagi. Julie memang ingin memilih kue macaroon. Tetapi dia kali ini ingin membuat tebakan June salah.
"Aku pesan kue cookies cokelat. Cukup serasi dengan pesanan yang kupesan," ujar Julie. Membuat June memicingkan mata.
"Kau yakin?" tanya June sembari mendekatkan wajahnya yang putih pucat. "Ah, sepertinya sekarang tebakanku salah," lanjutnya kecewa.
Julie merasa menang. Dia segera mendapatkan pesanannya dan pergi dari cafe.
"Apa kau akan pulang naik kereta lagi?" tanya June. Dia terus berceloteh walau tidak dihiraukan oleh Julie. Gadis tersebut tetap berlagak tidak melihat dan mendengar.
"Kau selalu terlihat luar biasa, Julie. Aku senang bisa terus melihatmu meski di waktu yang sangat singkat," ungkap June. Dia terus berjalan di samping Julie. "Ck, andai saja senja bisa berlangsung lebih lama," sambungnya sembari mendongak menatap langit yang sudah menjingga.
Julie menghembuskan nafas dari mulut. Dia telah berada di kereta bawah tanah. Duduk sambil sesekali menyesap cokelat hangat. Sementara June masih ada di sampingnya. Hantu itu duduk di sebelah Julie.
"Apa itu enak?" tanya June. Dia tidak berhenti memandangi Julie.
Saat itulah jantung Julie kembali berdebar-debar. Dia tidak tahu kenapa. Namun satu hal yang pasti. Debaran yang dirasakannya bukanlah rasa takut saat melihat hantu. Melainkan sesuatu yang lain.
Perjalanan menuju kediaman Julie membutuhkan waktu sekitar setengah jam. Dia menggunakan waktu dengan mendengarkan lagu.
June mendekatkan telinga ke headset Julie. Sepertinya dia berusaha mencari tahu lagu yang didengar Julie.
"Apa ini band The 1975? Apa ini lagu baru mereka?" June melebarkan kelopak matanya. Dia ikut mendengarkan musik bersama Julie.
Jantung Julie kembali tidak bisa terkendali. Entah kenapa dia selalu menikmati kebersamaannya bersama June.
Saat waktu hampir jam tujuh, maka senja akan berakhir. June lantas memudarkan raut wajah cerianya.
"Senja sudah usai. Sampai jumpa besok, Julie." Setiap June berkata begitu, sosoknya langsung menghilang.
Julie menghela nafas panjang. Dia memang merasa lega. Tetapi ada juga rasa sedih yang menyelimuti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Rara
wah gaya penceritanya sangad hebad aku suka 😍 karya kakak
2023-12-04
0
Anonymous
yaa....keliatan seru jugaa...baca dulu ya thorr. Byk karya barumu thorr...jadinya bingung...mau kasi poin , vote kemana.
2023-01-27
0
Afr
yo
2023-01-06
0