...༻◈༺...
Hari sudah sangat sore. Julie bergegas menyelesaikan pekerjaan. Kebetulan pekerjaannya hari itu lumayan banyak.
Julie selesai saat waktu hampir menunjukkan jam enam sore. Dia buru-buru menggandeng tas dan beranjak dari kantor.
Saat berjalan menuju pintu keluar, Julie melihat June menunggu di luar. Hantu tampan itu tampak berdiri sambil memasukkan dua tangan ke saku celana. Bersiul sambil sesekali mengamati orang yang lalu lalang. Dia bersikap seakan-akan seperti manusia pada umumnya.
Julie menghembuskan nafas berat. Tangannya perlahan memegangi dada. Dia berusaha menenangkan diri. Sebab kemunculan June lagi-lagi membuat jantung Julie berdebar.
'Ah... Aku benci debaran ini,' keluh Julie dalam hati. Ia mencoba menenangkan diri dengan memejamkan mata untuk sejenak. Selanjutnya, barulah Julie melangkah melewati pintu.
"Finally!" June langsung berseru. Dia segera menghampiri Julie. Berjalan senada dengan pergerakan kaki gadis itu.
"Kenapa kau pulang agak larut hari ini? Apa banyak pekerjaan yang harus kau selesaikan?" tanya June. Berjalan sambil menautkan tangan ke balik punggung. Dia menatap Julie dengan senyuman. Tatapan June begitu dalam. Seolah ada cinta yang bersarang di sana.
Julie berhenti melangkah saat lampu merah menyala. June lantas ikut berhenti.
"Aku harap kau bisa mendengarku. Aku tidak masalah meski itu hanya satu menit," ungkap June tulus. "Aku tidak tahu kenapa saat pertama kali melihatmu aku merasa berbeda. Jika kau ingin tahu, itulah alasanku terus menemuimu. Kau tidak bisa membayangkan bagaimana perjuanganku agar bisa berkeliaran begini bersamamu," sambungnya.
Julie mendengar semua pernyataan June. Namun seperti biasa, dia selalu berlagak tidak mendengar.
Lampu hijau menyala, Julie melangkah maju. Hal serupa tentu dilakukan June.
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba lelaki berperawakan gemuk menabrak Julie. Hingga membuat sepatu hak tinggi gadis tersebut terseok. Julie sontak terhuyung dan jatuh di tengah jalan.
"Aaa!" Julie memekik kesakitan. Pergelangan kakinya terasa begitu perih.
"Maaf, Miss. Tapi aku sedang terburu-buru!" ujar lelaki yang menabrak Julie. Dia hanya mengatakan kata maaf dan pergi.
"Hei! Dasar sialan!" June marah besar melihat sikap lelaki yang menabrak Julie. Usai melampiaskan kekesalan, dia buru-buru memeriksa keadaan Julie.
"Julie! Kau tidak apa-apa?" tanya June cemas. Dia berusaha membantu Julie berdiri. Tetapi tidak bisa. Karena ketika June mencoba menyentuh Julie, tangannya selalu menembus tubuh gadis itu.
"Sial!" umpat June yang merasa frustasi. Dia menatap orang-orang sekitar. June heran kenapa tidak ada orang yang membantu. "Hei kalian! Apa kalian sama sekali tidak punya empati?!" teriaknya. Mempelototi orang-orang sekitar.
Julie meringiskan wajah. Dia memaksakan diri untuk berdiri. Akan tetapi kakinya terasa begitu sakit. Saat Julie nyaris berdiri, dia selalu berakhir terduduk di aspal.
"Julie!" pekik June. Dia tampak sangat khawatir. Hal itu bisa terlihat dari getaran matanya yang terlihat seperti ingin menangis.
Tanpa diduga, seorang lelaki mendekati Julie. Dia tidak lain adalah Shane. Lelaki itu bergegas membantu Julie melangkah ke pinggir jalan. Tepat sebelum lampu merah pejalan kaki menyala.
"Terima kasih," ucap Julie. Shane segera mendudukkannya ke sebuah bangku depan toko.
"Boleh aku melihat kakimu?" tanya Shane.
"Ya, sepertinya aku hanya mengalami kram," sahut Julie seraya melepas sepatu hak dari kaki.
Shane tidak menjawab lagi. Dia fokus memeriksa kondisi kaki Julie. Shane menemukan ada memar di kaki gadis itu.
June yang sejak tadi duduk di sebelah Julie, menatap sinis ke arah Shane. Dia tidak suka lelaki tersebut menyentuh kaki Julie seenaknya.
"Siapa lelaki ini, Julie? Kalian sepertinya saling mengenal," imbuh June sembari memegangi dagu dengan satu tangan. "Tapi dilihat dari gayanya, dia jelas bukan tipemu. Kau tidak mungkin dekat dengan lelaki sepertinya," tambahnya.
"Aku akan membawamu ke klinik kakakku," ujar Shane. Dia berdiri. Mengharuskan Julie mendongak untuk menatapnya.
"Baiklah." Julie lantas bangkit dari tempat duduk. Dia melakukannya secara perlahan. Julie berupaya keras menahan sakit di kakinya.
Shane hanya diam dan mengamati. Membuat June merasa geram.
"Hei! Kutu buku! Apa kau akan diam dan memandanginya seperti orang bodoh?! Meskipun kliniknya dekat, tapi Julie tidak bisa memaksakan diri untuk berjalan!" omel June sembari berkacak pinggang. "Cepat pesankan taksi untuknya!" ucapnya mendesak.
"Aku akan menggendongmu," cetus Shane. Dia segera membungkukkan badan ke depan Julie. Dalam posisi membelakangi gadis itu. Jelas Shane bersungguh-sungguh ingin menggendong Julie.
Mata June langsung membulat sempurna. Dia tidak menduga Shane akan menawarkan Julie untuk digendong.
June jelas tidak menerima. Karena jika Julie digendong oleh Shane, maka otomatis tubuh keduanya akan saling bersentuhan.
"Jangan mau, Julie. Aku akan kecewa jika kau mau digendong olehnya," ungkap June. Menatap penuh harap kepada Julie.
"Kau tidak perlu repot begini, Shane. Aku akan naik taksi saja," kata Julie. June lantas tersenyum lebar.
Shane berdiri tegak dan berbalik menghadap Julie. Dia mengangguk dan segera memberhentikan taksi yang kebetulan lewat. Lalu membantu Julie masuk ke dalam taksi. Dia juga memutuskan ikut untuk menemani.
Hal yang sama juga dilakukan June. Dia duduk di tengah. Di antara Julie dan Shane. Kebetulan keduanya duduk di jarak yang jauh.
"Terima kasih, Shane. Kau memberi kesan yang baik di hari pertamamu bekerja," cetus Julie.
Shane hanya mengangguk sambil memegangi tengkuk. Dia tidak berani membalas tatapan Julie. Shane benar-benar kaku dan pendiam.
"Oh, ternyata dia karyawan barumu? Sudah kuduga dia tidak mungkin dekat denganmu," celetuk June. Melirik ke arah Shane. Kemudian barulah menatap Julie.
Dalam perjalanan, June hanya sibuk memandangi Julie dari samping. Hal itu tentu membuat perasaan Julie tidak karuan. Terlebih tatapan June begitu intim dan dalam.
Tanpa diduga, mata Julie tidak sengaja melirik ke arah June. Merasa keceplosan dengan tindakannya, dia langsung membuang muka.
June mengerutkan dahi. Entah kenapa dia merasa Julie tadi sempat melihat ke arahnya. June mulai curiga kalau Julie bisa melihat keberadaannya.
"Julie? Apa kau tadi melihatku?" tanya June memastikan.
Julie tentu hanya diam. Ia fokus menatap keluar jendela. Jujur saja, keringat panas dingin menyelimutinya. Julie sesekali mengelap peluh yang menetes di pelipis. Jantungnya berdetak kencang tak terkendali.
Selang sekian menit, Julie, June, dan Shane tiba di klinik. Langit jingga terlihat mulai menggelap.
"Ya ampun, sudah mau malam saja. Kenapa waktu berlalu sangat cepat saat aku menghabiskan waktu bersama Julie," keluh June. Tubuhnya ditembus oleh Shane yang membukakan pintu untuk Julie. Lelaki tersebut segera membawa Julie masuk ke klinik.
Kaki Julie mendapat perawatan. Rasa sakitnya perlahan menurun. Kini dia disuruh beristirahat sebentar di klinik. Ditemani oleh Shane yang duduk menunggunya.
"Kau bisa pulang sekarang, Shane. Terima kasih sekali lagi," ujar Julie.
"A-pa aku perlu menghubungi Axton untukmu?" tanggap Shane. Dia hanya menatap Julie sesekali. Kepalanya selalu tertunduk kikuk.
"Axton? Apa kau mengenal kakakku?" Julie merasa heran.
"Ya! Itu memang aneh, Julie. Jangan-jangan lelaki ini sudah sering menguntitmu!" June yang sejak awal duduk di tepi ranjang Julie, segera ikut bersuara.
"Dulu kita pernah bersekolah di SMA yang sama," jelas Shane.
"Benarkah?!" Julie dan June mengucapkannya secara bersamaan. Hal tersebut membuat Julie reflek menoleh ke arah June. Namun dia segera membuang muka karena takut June akan curiga lagi. Untung saja hantu tampan itu sedang tidak menoleh ke arahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Rara
june jadi cerewet gini eakh so sweet
2023-12-04
0
Rara
ekhem ada yg cemburu nih
2023-12-04
0
zeaulayya
Mank jodoh yah ngomong ajah bersamaan🤭 untungnya pas menoleh gak bersamaan ,hampir ajah julie senam jantung😁
2022-11-03
1