TITIPAN CINTA
Renda dan Rendi adalah anak kembar yang terpaut usia 5 menit.
Hari ini Renda akan melangsungkan pernikahan dengan gadis cantik pilihannya, bernama Khumaira. Ia merupakan gadis desa yang tak sengaja bertemu dengan Renda.
Tiba waktunya, hari ini Renda dan Khumaira akan resmi menjadi sepasang Suami Istri namun sebuah insiden terjadi yang harus merenggut nyawa Renda. Ia tak sengaja menabrak pembatas jalan, sesaat ia hampir saja sampai di rumah Khumaira.
Motor yang di kendarai oleh Renda terpental beberapa meter dari tempat kejadian. Rendi yang menyaksikan hal tersebut pun langsung syok, dan membulatkan matanya tak percaya.
"Renda!! " Teriaknya.
Namun sayang, malang tak bisa di tolak nasib tak bisa di ubah Renda benar-benar terjatuh bersamaan dengan motornya yang ikut terguling dan hancur.
"Ren!! " Teriak Rendi seraya berlari dan menghampiri saudaranya.
Rendi menidurkan Renda di pangkuannya, ia pun sedih dan meneteskan air matanya. " Ren, Kamu harus kuat. Biar aku hubungi ambulance! " Ucap Rendi seraya meraih ponselnya di saku.
Namun gerakan tangan Rendi terhenti, sebab Renda menahan tangannya, ia pun menggeleng lemah. "Jangan. Aku rasa waktuku tidak akan lama lagi! " Ucapnya lirih.
Rendi menggeleng. " Apa yang kau katakan? Kau harus selamat, dan pulih seperti dulu lagi! " Ujarnya.
Sungguh, Rendi tidak suka dengan cara bicara Renda yang kemana-mana, Rendi akan melakukan hal yang terbaik untuk Saudaranya tersebut.
Nafas Renda mulai tak teratur, dadanya terasa lemah namun sebelum pergi, ia pun berwasiat pada Rendi dan Rendi harus menjalankan wasiatnya. " Ren. Aku titip Khumaira padamu. Tolong jaga, dan Cintai dia sama seperti aku mencintainya. Aku mohon, nikahi Dia! " Ucapnya sebelum pergi.
Rendi menggeleng. " Tidak. Kau harus kuat, dan bertahan. Ayolah, Ren. Kau pasti bisa! " Ucap Rendi, tanpa mendengarkan wasiat dari Renda.
Renda menggeleng lemah, ia pun memegang tangan Rendi. " Berjanjilah padaku. Kau akan menikahi Khumaira untukku! " Pintanya, tak lama kemudian Renda pun menghembuskan nafas terakhirnya.
Rendi mengguncang tubuh Renda, berharap ini hanyalah sebuah mimpi. " Ren. Bangun! Bangunlah! " Teriaknya, tak terasa air matanya mengalir begitu saja. Ia tak percaya bahwa Saudaranya sudah tiada.
"Tidak. Renda, bangunlah! Bukankah ini adalah hari yang kau tunggu? " Ucapnya seraya mengguncang tubuh Saudaranya.
Sayangnya, Renda telah tiada ia tak bisa lagi mendengar ucapan Rendi.
Rendi tergulaj lemah, ia meratapi kepergian saudaranya. Apa yang harus ia lakukan selanjutnya? Haruskah, Rendi menuruti keinginan Renda yang terdengar tak masuk akal?
Rendi menghapus air matanya, ia pun menghubungi ambulance untuk membawa jenazah Renda ke rumahnya untuk kemudian di makamkan.
Namun Rendi tak ikut serta, ia pun menaiki mobilnya dan menuju rumah Khumaira. Mau tak mau Rendi harus menikahi Khumaira, sebab ini semua sudah tanggungjawabnya.
"Baiklah. Mungkin ini yang terbaik! Akan aku jaga Khumaira. " Gumamnya.
Di dalam perjalan, Rendi memikirkan bagaimana caranya ia berbicara yang sebenarnya pada keluarga Khumaira tentang Renda.
Sungguh, saat ini Rendi berada dalam dilema. Rendi terus melajukan mobilnya, ia terus berfikir keras namun sepertinya ia harus berkata dengan jujur.
Sesampainya Rendi di rumah Khumaira, ia di sambut hangat oleh keluarga, dan sanak saudara Khumaira namun nampaknya mereka clingkukan mencari seseorang.
"Kemana mempelai Prianya? " Tanya Burhan, Ayah dari Khumaira. Pasalnya ia tak mendapati Renda berada dalam mobil yang di tumpangi oleh Rendi.
Rendi menghela tak menjawab pertanyaan Burhan, ia pun mengajak Burhan untuk berbicara 4 mata dengannya.
"Bisa kita berbicara 4 mata? " Tanya Rendi.
Setelah pertimbangan cukup lama akhirnya Burhan mengangguk, dan mengajak Rendi ke suatu ruangan.
"Duduklah! " Titah Burhan.
Rendi duduk di hadapan Burhan, nampaknya Burhan penasaran dengan hal yang ingin Rendi sampaikan padanya. Tatapan Burhan tak lepas dari pandangan Rendi.
"Katakanlah! " Ujar Burhan.
Rendi nampak menghela nafasnya, ia pun menatap mata Burhan. " Sebelumnya saya minta maaf yang sebesar-besarnya, sebenarnya.. " Rendi tak kuasa melanjutkan ucapannya, dadanya terasa sesak.
Hal itu justru membuat Burhan penasaran. " Sebenernya apa? Katakan dengan jelas! " Ucapnya penasaran.
Rendi mengusap air matanya. " Sebenernya Renda... Dia telah meninggal dunia sesaat menuju kemari! " Sahut Rendi, ia pun menunduk dalam.
Sementara Burhan, ia nampak syok mendengar penuturan dari Rendi. " Lalu, bagaimana nasib Khumaira? " Gumamnya lemah.
Seorang Ayah mana yang takan sedih jika mendapati kenyataan pahit semacam ini, hal apa yang harus ia katakan pada Khumaira?
"Khumaira. Nasibmu sungguh malang, nak! " Ucapnya lirih.
Rendi mengadahkan wajahnya, ia pun menatap Pria paruh baya di hadapannya. Nampak sebuah penyesalan, dan raut kesedihan terpancar dari wajahnya.
"Tenanglah! " Ucap Rendi menenangkan.
Burhan menatap Rendi tajam. " Tenang katamu? Bagaimana aku bisa tenang? Sementara Putriku telah di tinggal oleh mempelai Prianya. Lalu, siapa yang akan menikahinya? " Ujarnya seraya menunduk, dan tak kuasa menahan kesedihannya atas nasib buruk yang menimpa Putrinya.
"Aku. Aku akan menikahi Khumaira! " Sahut Rendi.
Burhan mengadahkan wajahnya ke arah Rendi. " Benarkah? Tapi... "
"Tidak ada tapi-tapian, cepatlah beritahu Khumaira agar segera bersiap-siap! Aku lihat tahu undangan sudah ramai di luar. " Ucap Rendi seraya menengok ke luar.
Burhan melihat acara sudah mulai berlangsung, para tamu undangan pun sudah memenuhi acara tak mungkin ia membatalkan acara ini begitu saja ia bisa malu akhirnya Burhan mengangguk, dan menyetujui Rendi menikahi Khumaira.
Burhan menghela nafasnya sejenak. " Baiklah, dan kau bersiap! " Sahut Burhan, ia pun keluar ruangan untuk selanjutnya berbicara dengan Khumaira.
Burhan mengetuk pintu kamar Khumaira, ia melihat Putrinya yang begitu cantik dengan balutan kebaya khas pengantin. Nampak binar kebahagian terpancar jelas dari wajah Khumaira, Burhan sungguh tidak tega memberitahu ini semua.
Burhan mendekati Putrinya yang tengah duduk di depan cermin, Burhan menunduk lesu hal itu di sadari oleh Khumaira.
Khumaira melirik raut Ayahnya yang nampak lesu, seolah tak bertenaga. " Ada apa, Ayah? Kenapa wajahmu begitu masam? " Tanya Khumaira.
Burhan menatap Putrinya, ia tak tega jika harus mengatakan hal yang sebenarnya namun ia harus mengatakannya. " Khumaira. Sebenarnya, Renda... " Burhan menggantung ucapannya, ia takut jika Khumaira akan syok.
Khumaira berbalik menghadap Ayahny seraya menatapnya dengan tatapan penuh tanya. " Ya, ada apa dengan Mas Renda? Apa dia sudah datang? " Sahut Khumaira, ia pun beranjak dari kursi dan hendak melihat ke arah luar namun langkahnya terhenti oleh cekalan Burhan.
Khumaira menoleh ke arah Ayahnya. " Mengapa Ayah menghentikan ku? Mas Renda sudah datang, kan? " Tanyanya bingung.
Burhan menggeleng, ia pun meneteskan air matanya. Hal itu sungguh membuat Khumaira semakin bingung.
"Bukan, Khumaira. Renda... Dia telah tiada! " Ujarnya seraya menatap Putrinya yang begitu Syok.
Khumaira membulatkan matanya, ia pun menutup mulutnya tak percaya. " Apa! Tiada? Tidak, ini semua tidak mungkin. Ayah pasti berbohong, kan? " Ucap Khumaira tak percaya, ia pun beberapa kali menggelengkan kepalanya.
Burhan menggelengkan kepalanya, bahwa ini semua adalah kenyataannya dan bukan kebohongannya.
Dunia Khumaira begitu hancur mendapati fakta bahwa kekasihnya telah tiada menjelang hari pernikahannya. Lalu, bagaimana nasib dirinya selanjutnya?
Khumaira terduduk lemas, seolah-olah raganya tak bertulang. Khumaira menangis sejadi-jadinya, ia tak kuasa menahan air matanya hingga luruh ke lantai bersama air mata yang terus mengalir dari sudut matanya.
Burhan mencoba menenangkan Putrinya, ia pun merengkuh Khumaira dengan lembut, dan penuh kasih sayang. "Sudahlah, ikhlaskan Dia dan kau harus tetap menikah! " Ucap Burhan.
Khumaira menghentikan tangisnya, ia pun menatap Ayahnya. " Menikah? Bukankah, tadi Ayah bilang Mas Renda sudah tiada? Lalu, aku harus menikah dengan siapa, Yah? " Sahut Khumaira.
"Rendi. Saudara Renda! " Ujarnya.
Khumaira mengegeleng, tak mungkin ia akan menikahi Rendi secara ia adalah saudara Renda, lagi pula Khumaira tidak mengenal dekat dengan Rendi lalu sekarang, mereka harus menikah. Tidak, tidak mungkin ini semua pasti mimpi!
"Tapi, Yah... "
"Tidak ada tapi-tapian, cepatlah bersiap sebab tamu undangan sudah mulai berdatangan, dan acara sudah di mulai! Jangan buat kami malu, Khumaira. Ayah Mohon! " Ucap Burhan memotong ucapan Khumaira.
Mau tak mau akhirnya Khumaira bersiap, dan berjalan ke pelaminan di mana sudah ada Rendi yang duduk di depan penghulu.
Khumaira ingin menangis, namun ia tahan. Ia ingin terlihat baik-baik saja walau hatinya begitu rapuh, dan sakit atas kepergian Renda.
Khumaira duduk di samping Rendi, ia pun melirik calon Suaminya yang nampak kaku, dan dingin berbeda jauh dengan sifat Renda.
Rendi menjabat tangan penghulu, dan dengan lancar Rendi mengucapkan ijab qobul atas Khumaira.
"Saya terima Nikah dan Kawinnya Khumaira Putri Binti Burhan dengan mas kawin tersebut di bayar Tunai!! " Ucapnya lantang.
Terdengar suara riuh para tamu undangan yang mengatakn sah, akhirnya Khumaira dan Rendi telah sah menjadi sepasang Suami Istri.
Rendi, dan Khumaira berdiri menyambut para tamu yang memberi selamat pada keduanya. Khumaira maupun Rendi berusaha tersenyum demi menghargai tamu, walau sejujurnya mereka berdua tidak bahagia dengan pernikahan ini.
Setelah acara selesai akhirnya Rendi mengajak Khumaira menginap di sebuah hotel berbintang.
Hotel yang bernuasa malam pertama di penuhi dengan taburan mawar yang cantik, dan indah. Harum pengharum sangat mengguar dari ruangan sehingga menambah kesan Romantis.
Kamar ini yang harusnya menjadi saksi cinta antara Khumaira, dan Renda namun takdir tak berpihak pada keduanya.
Khumaira berjalan, dan duduk di tepi ranjang. Sementara Rendi, ia meraih handuk, kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
"Sedingin, dan sekaku itu kah dia? Apakah aku bisa hidup bersamanya dalam sisa hidupku? " Gumam Khumaira, kala melihat Rendi yang masuk ke dalam kamar mandi.
Khumaira melepaskan aksesoris yang menempel pada tubuhnya, dan membersihkan riasan pada wajahnya. Ia pun hendak melepas resleting bajunya namun ia tak bisa.
"Susah sekali! " Ucapnya yang masih berusaha.
Hingga akhirnya sebuah tangan kekar meraih handle resleting dan membukanya secara perlahan, siapa lagi kalau bukan Rendi.
"Terimakasih! " Ucap Khumaira, namun Rendi sama sekali tak menjawab ucapan terima kasih dari Khumaira.
Rendi yang masih berbalut handuk segera meraih bajunya dan memakainya.
Khumaira bergegas naik ke atas kasur, ia merasa cemas. Bagaimana jika Rendi meminta haknya sementara Khumaira belum siap sama sekali.
Tubuh Khumaira menjadi panas dingin, Keringat mulai membasahi keningnya padahal suhu ruangan sangat dingin kala melihat Rendi mulai mendekat ke arah dirinya.
"Tuhan. Tolong selamatkan aku! " Batinnya.
Rendi mulai mendekat, dan semakin dekat tubuh Khumaira semakin bergetar. Akankah Rendi melakukan hal itu? Namun sayang, tebakan Khumaira salah ternyata Rendi hanya mengambil bantai, dan berjalan ke arah Sofa.
Khumaira bisa bernafas dengan lega saat melihat Rendi yang mulai menjauh darinya. " Syukurlah! " Gumamnya.
Rendi bisa membaca fikiran Khumaira, ia tahu bahwa Khumaira mengira bahwa ia akan melakukan hal itu.
Rendi melirik Khumaira yang masih menutupi wajahnya dengan selimut. Ia tahu bahwa Khumaira belum tidur.
"Aku tahu Kau belum tidur! Kau hanya pura-pura tidur, kan? " Sindir Rendi dengan sedikit kekehan.
Khumaira yang berada dalam selimut pun mulai cemas, bagaimana jika Rendi mendekatinya karna tahu ia hanya pura-pura tidur.
"Tidurlah. Tenang, aku tidak akan melakukan apapun padamu! " Ucap Rendi.
Namun tetap saja Khumaira masih di landa cemas, ia tak berani keluar dari dalam selimut walau nafasnya sedikit pengap. Tak berapa lama kemudian terdengar dengkuran halus yang berasal dari Rendi. Khumaira baru keluar dari selimutnya, dan melihat keadaan sekitar.
"Syukurlah, dia sudah tidur! " Ucapnya lega.
Khumaira pun mulai memejamkan matanya, dan menyelam ke dunia mimpi yang entah akan indah ataukah buruk?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
💦Mak Phi-khun
tergulai? hmm enak yaa, gulai kambing apa sapi nih 🤤🤤🤤
2023-05-14
0
Maria_azis
takdir siapa yg tahu, Aaaah aku jadi ingin ceramah dan mengeluarkan hadist nya si AKMAL ke sini tentang jodoh dan maut 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-05-14
0
Maria_azis
Upin Ipin kah 🤭
2023-05-14
0