Kebetulan hari ini adalah hari minggu hingga Rendi bisa tidur sampai siang, namun sayang rencananya harus tertunda sebab ada sebuah panggilan yang mengusik tidurnya hingga Rendi menutup telinganya dengan bantal, namun panggilan tersebut terus saja mengusiknya tanpa henti.
Rendi melempar ponselnya ke sembarang arah, namun panggilan tersebut masih saja terdengar dan mengusik telinganya.
"Ahh, siapa yang menelepon di pagi buta seperti ini? " Ujarnya marah.
Dengan terpaksa Rendi pun bangkit, dan melihat layar ponselnya, ternyata yang menelepon adalah Nuri. Rendi sedikit malas mengangkatnya, ia pun membiarkannya dan memilih mematikan ponselnya.
"Pengganggu saja! " Ucapnya seraya kembali tidur.
Tepat pukul 10: 00 Rendi pun terbangun dari tidurnya, ia pun bangkit dari sofa dan bergegas mandi.
Selesai mandi, Rendi pun menggunakan pakaiannya dan bersiap-siap turun ke bawah. Rendi mengaktifkan kembali ponselnya dan Rendi sempat melihat beberapa notifikasi masuk ke ponselnya salah satunya pesan dari Nuri.
[Rendi. Ayolah, temui aku sekali saja. Setelah inj aku berjanji tidak akan mengusik mu kembali! ] Pesannya 1 jam berlalu.
Setelah membaca pesan itu, Rendi pun menjadi bimbang sekaligus penasaran dengan apa yang akan Nuri katakan padanya.
"Apa yang sebenarnya ingin Wanita itu katakan? " Gumamnya.
Rendi mulai bimbang antara menemui Nuri atau tidak. Sejujurnya Rendi malas menemui Nuri, namun Rendi juga begitu penasaran hingga akhirnya ia pun memilih menemui Nuri.
Terlihat Rendi tengah membalas pesan dari Nuri. [ Oke. Aku akan menemui. Tunggu 30 menit! ] Tulisnya, dan kemudian kirim.
Rendi mulai menuruni tangga, ia pun tak sengaja berpapasan dengan Khumaira di ruang tamu.
"Mas. Apakah kau ingin kopi? " Tawarnya.
Rendi menggeleng. " Tidak. " Sahutnya dingin.
Nampaknya Rendi begitu terburu-buru, ia pun meraih kunci mobil yang tergelatak di meja, dan berlari ke arah mobilnya.
Ingin rasanya Khumaira bertanya kemana Rendi Pergi, namun ia teringat dengan ucapan Rendi bahwa ia tidak boleh ikut campur pada urusan Pribadi Rendi hingga Khumaira mengurungkan niatnya untuk bertanya.
"Sebenarnya aku ingin bertanya banyak hal padamu, Mas. " Gumamnya.
Rendi segera naik ke mobilnya dan melajukannya menuju tempat yang telah di tentukan oleh Nuri, yaitu caffe dimana biasanya mereka bertemu dulu.
Rendi turun dari mobilnya, mulai melangkah masuk ke dalam cafe tersebut. Terlihat Nuri sedang duduk, dan tengah menunggu Rendi akhirnya Rendi menghampiri Nuri.
"Cepat katakan apa yang ingin kau katakan! " Ujarnya langsung tanpa basa basi.
Nuri menatap Rendi. " Duduk dulu, Ren. Tenanglah, aku akan menceritakan segalanya padamu! " Sahut Nuri.
Dengan malas, dan terpaksa Rendi pun duduk di hadapan Nuri. Rendi melirik ke sembarang arah, ia tak mau memandang Nuri.
"Katakan! " Gertak Rendi.
Nuri menghela nafasnya, sepertinya ia sudah tak bisa lagi berbasa basi dengan Rendi sebab Rendi yang sekarang bukanlah Rendi yang dulu, yang sangat mencintainya.
Nuri menyesal telah meninggalkan Rendi, jika saja ia tahu bahwa Rendi akan menjadi orang sukses maka ia tidak akan meninggalkannya demi lelaki tua itu.
Sungguh, Nuri begitu terpesona dengan Rendi yang sekarang yang nampak tampan, gagah, dan penuh kemewahan ia ingin memiliki Rendi seutuhnya.
Tatapan mata Nuri tak lepas dari Rendi, ia terus memandang wajah tampan itu tanpa berkedip sedikitpun.
"Katakan, Atau aku pergi! " Kali ini Rendi membentak Nuri, ia lelah terus bernyata namun tak mendapatkan jawaban.
Suara bass Rendi membuyarkan lamunan Nuri, ia pun memandang Rendi yang menatapnya tajam seolah-olah ingin menerkamnya hidup-hidup.
"Apa kau tahu, Ren? Saat kejadian itu.. aku sebenernya tengah mengandung anakmu! " Ucap Nuri.
Rendi tersenyum miring mendengar pernyataan dari Nuri. " Apa kau fikir aku percaya dengan karanganmu? Tentu saja tidak, karna aku tahu kau adalah wanita ular yang bisa menjebak siapa saja termasuk aku! " Sindirnya.
"Tapi... Aku benar-benar hamil anak mu, Rendi! " Sahutnya tak mau kalah.
Rendi berdiri, dan menatap Nuri. " Jika kau menyuruhku datang kemari hanya untuk mengatakan hal itu, maka sebaiknya lupakan saja. Ingat, Nuri. Waktu ku terlalu berharga jika aku sia-siakan bertemu denganmu! " Ujar Rendi dingin, dan berlalu pergi.
"Rendi. Rendi, tunggu!! Aku belum selesai. " Teriaknya.
Namun Rendi tak menghiraukan teriakan Nuri, ia pun pergi memasuki mobilnya kemudian melajukannya.
Rendi tak habis fikir dengan Nuri, mengapa ia mengatakan bahwa Nuri hamil atas dirinya? Bisa saja Rendi bukan Ayah dari Anaknya tersebut. Jika memang saat itu Nuri hamil Anaknya, mengapa ia tak jujur dari awal? Sungguh, hal tersebut membuat Rendi pusing.
"Pasti ini adalah jebakan Nuri saja! " Gumamnya.
Ya, Rendi mengira bahwa Nuri sengaja menjebaknya untuk kedua kalinya. Kali ini Rendi tidak akan masuk ke dalam perangkap yang sama.
Kemana Nuri dulu saat dirinya tak memiliki segalanya, ia malah pergi bersama lelaki lain dan saat dirinya telah sukses kini Nuri kembali dan mengatakan telah memiliki Anak darinya. Persetan dengan semua ini!
"Dasar wanita gila! " Ucapnya seraya mengemudikan mobilnya.
Di dalam Cafe saat ini Nuri tengah marah besar, ia tak menyangka bahwa Rendi bukan Pria bodoh lagi. Nuri harus mencari cara agar bisa mendapatkan Rendi kembali.
"Sialan. Bagaimana caranya mendapatkan mu kembali, Rendi? " Batinnya.
Nuri segera keluar dari Cafe, ia akan tetap berusaha mendapatkan hati Rendi kembali walau pun Nuri tahu kini Rendi telah berpunya.
Saat Nuri hendak meninggalkan cafe, tiba-tiba ponselnya berdering.
"Hallo, siapa ini? " Tanya Nuri sesaat menerima panggilan.
"Hallo, sayang! Aku Dirgantara. Kau pasti kenal aku, kan? " Sahutnya di seberang telepon.
Nuri mengingat-ingat nama itu, dan akhirnya ia pun mengingat siapa Dirgantara. Ia adalah pengusaha sukses, dan kaya raya namun sayang umurnya tak lagi muda.
"Ya, aku mengenalmu, Pak. " Ucap Nuri.
"Jangan panggil, Pak. Panggil saja Om! " Sahutnya lagi.
"O, ya. Aku tertarik dengan service mu! " Lanjutnya.
Nuri tak heran dengan ucapan Dirgantara, dan Pria lainnya sebab ini adalah merupakan tugasnya melayani para Pria hidung belang, walau mereka sudah memiliki Istri bahkan Anak.
"Ok. Berapa tarif yang berani Om keluarkan? " Tanya Nuri.
"20 + iPhone. Yes our no? " Ucapnya.
Tampak berfikir panjang, Nuri menyiyakan tawaran dari Dirgantara. Nuri pun tersenyum senang, ia segera memesan taksi yang akan membawanya ke sebuah hotel yang telah Dirgantara tentukan.
Sesampainya Nuri di hotel, ia pun menelan salivanya kala melihat perawakan dari Dirgantara. Ternyata Dirgantara adalah Pria tua dengan banyaknya uban, perut buncit, dan pendek.
"Benarkah dia orangnya? " Batinnya.
Nuri memastikan Kembali kamar yang ia masuki tidak salah, dan benar ini adalah kamar yang telah Dirgantara pesan.
"Hallo, Nuri! Kau sudah datang? " Sapa Pria tersebut kala melihat kehadiran Nuri.
Nuri Tersenyum, mau tak mau ia harus melayani Pria di hadapannya walau wajahnya tak sesuai ekspektasinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments