Kehidupan Selanjutnya."Pertemuan Kembali"

Kehidupan Selanjutnya."Pertemuan Kembali"

1.

...°...

...☆...

...☆☆...

...☆☆☆...

"Langit ku kelam, awan ku menghilang.. Putih ku ternoda oleh tinta tinta hitam, yang menjadi warna sebuah kepolosan dalam diri..

Aku bertanya pada hati, mengapa harus harus merah? Jika biru lebih indah...

Mengapa bermacam macam warna? Jika satu warna saja mampu membuatnya lebih bermakna..

Banyak hal yang telah ku lalui, hanya mampu berpegang pada keteguhan diri..

Kini aku mengerti...

Putih adalah jiwamu,, dan hitam adalah dirimu...

Kini aku pahami...

Biru adalah pribadi mu,, dan merah adalah darah yang mengalir dalam tubuh mu...

Kini telah ku sadari...

Satu warna adalah aku,, dan begitu banyak warna lain yang telah kau hiaskan dalam hidup ku..

Menjadikan sebuah pelangi, menghiasi indah hari ku yang selalu sepi dengan kesendirian ku..

Dan tak kan aku pungkiri,.

'Hanya dirimu...'

Apa yang telah ku mengerti,. 'Adalah dirimu...'

Dan apa yang ku pahami,.

'Selalu dirimu...'

Hingga saat ini ku sadari,.

'Dirimu satu di dalam hatiku...'

Aku berpegang teguh pada hatiku, untuk selalu bersama mu..

Meski dunia menentang ku, tak kan mampu menyurutkan rasa cintaku untuk mu di hatiku..

Karna aku mencintai mu.."

...☆☆☆...

Itulah ungkapan hati seorang Wang Yue, seorang laki laki yang begitu setia pada kekasihnya. Atau lebih tepatnya di sebut istri, sang pemilik hatinya.

Meski telah pergi meninggalkannya untuk selamanya, Wang Yue akan tetap mempertahankan perasaannya, dan selalu menjaga apa yang telah menjadi miliknya.

Walau hanya sekedar ungkapan dari hati yang tak bisa ia utarakan pada sang pemilik hatinya, namun ia akan tetap mengungkapkan setiap perasaan rindu padanya.

Ia meyakini dirinya sendiri, bahwa setiap kata yang hatinya ungkapkan,, akan sampai pada pemiliknya, meski tanpa ia mengucapkan. Semua itu karna mereka satu, hati dan perasaan mereka berada pada titik yang sama.

Dimana tidak ada seorang pun, dan apapun yang bisa memisahkan mereka. Walau raga mereka tak lagi bisa bersama..

"Yi Paa..."

Seorang anak kecil berlarian mendekat dan memeluk lututnya.

"Yi Paa,,, temani a Yi tidur.." Katanya dengan nada sayup.

Wang Yue menunduk untuk menyamakan tingginya dengan anak kecil tersebut.

"Apa a Yi sudah mengantuk?" Tanyanya kemudian pada anak kecil tersebut yang tak lain ialah putranya.

Yang lebih kecil mengangguk mengiyakan pertanyaan sang ayah.

"Mn, a Yi sangat mengantuk.."

Wang Yue tersenyum sambil mengusap puncak kepala putranya.

"Maafkan Papa membuat jangoan kecil tampan ini menunggu,, apa a Yi lelah?" Di gendong nya tubuh kecil a Yi.

"Mn. A Yi lelah,," Sahutnya dengan menggosok kedua matanya yang terlihat memerah.

"Baiklah,, sekarang bersihkan badan a Yi terlebih dulu, gosok gigi, lalu cuci wajah, kaki dan tangan mu, setelah itu kita istirahat.." Titahnya menggendong putranya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur.

Selesai dengan acara membersihkan dirinya, Wang Yue membawa putranya untuk beristirahat. Seperti biasa, dia akan menceritakan dongeng pada putranya sebelum tidur.

Wang Yue selalu menceritakan kisah hidup mendiang istrinya sebagai dongeng pengantar tidur sang anak.

Dan tak pernah menceritakan kisah lain pada putranya, karena hanya itu yang bisa ia lakukan agar putranya dapat mengenali ibunya meski ia telah pergi terlebih dulu sebelum melihat putranya tumbuh menjadi anak yang sangat lucu dan begitu menggemaskan.

• ~

Sang surya telah menampakkan dirinya menghangatkan alam semesta, kini Wang Yue telah selesai membersihkan diri dan bersiap untuk bekerja. Tiba waktunya ia membangunkan si kecil yang masih nyaman terlelap dalam tidurnya.

"Jagoan kecil Papa, waktunya bangun.."

Wang Yue terus menciumi seluruh wajah putranya yang mulai terganggu dengan ulah sang ayah.

"Eumhh,, sebentar lagi Yi Paa,, a Yi masih mengantuk.."

Pria itu menggelengkan kepalanya gemas memandang buah hatinya. Selalu seperti itu setiap kali ia membangunkan si kecil.

"Tidak ada. Sekarang bangun, atau a Yi akan telat ke sekolah.."

Namun nampaknya putra kecilnya itu enggan untuk membuka matanya.

"Yi Paa,, 5 menit lagi,,," Rengeknya yang tak di pedulikan sang ayah.

"Baiklah,, jika begitu tidak ada lagi cerita untuk a Yi malam ini.!"

"TIDAK...!!! Jangan lakukan itu.! Lihatlah. Yi Paa,, a Yi sudah bangun dan sudah tak mengantuk lagi,, hoamhh..."

"Haahh,,,"

Terdengar jelas ia menghela nafas dengan senyum di bibirnya, melihat tingkah putra kecilnya.

"Kau sama seperti ibumu,, jika saja saat ini dia masih ada, mungkin akan lebih sulit bagi papa untuk membangunkan kalian."

"Heum???"

Si kecil memiringkan kepalanya disertai kerutan di keningnya mendengar gumaman sang ayah.

"Apa maksud Yi Paa,,? Siapa yang mirip??" Tanyanya dengan bingung, yang merasa mendengar tentang gumaman sang ayah, tetapi merasa tak yakin jika ia salah mendengar.

"Apa yang mirip?? A Yi bahkan harus menuruti semua yang Yi Paa katakan,, meskipun a Yi tak menyukainya.." Keluhnya dengan wajah memelas.

"Eh???"

Jelas Wang Yue merasa terkejut dengan pengakuan putranya.

Pasalnya, ia tak pernah mengetahui jika putra nya tak selalu menyukai apa yang ia ajarkan selama ini.

"Apa a Yi marah?"

Di pegangnya kedua pipi chuby milik a Yi, pandangnya tertuju pada kedua bola mata indah milik putranya yang begitu ia kagumi.

"Tidak." Ucap si kecil lirih.

"Jadi katakan pada Papa,, apa hal yang membuat a Yi tak suka atau tak nyaman,, agar papa tahu dan tak membiarkan a Yi melakukannya lagi,,"

Yang lebih kecil tersenyum, senyum yang begitu indah,, senyum milik sang ibu yang tak lagi ada bersamanya.

"Tidak. Apapun yang Yi paa katakan,, akan a Yi lakukan, karena itu adalah perintah yang harus a Yi turuti. Itu adalah kewajiban sebagai seorang anak. Bukankah a Yi harus menghormati yang lebih tua dari a Yi?"

Wang Yue terdiam mendengar putra kecilnya berbicara.

"Itu yang selalu Papa katakan tentang Yi Maa pada a Yi. Yi Maa yang selalu menghormati kedua orang tuanya, dan menuruti semua perkataannya. Jadi a Yi ingin seperti Yi Maa, agar Yi Maa bahagia di surga melihat a Yi menjadi anak yang selalu menghormati Papa, seperti Yi Maa menghormati kakek dan nenek."

"Mn."

Wang Yue hanya mengangguk dengan gumaman singkat. Ada setitik air mata di sudut matanya. Kemudian tersenyum membayangkan wajah mendiang istrinya.

"Terima kasih. Terimakasih karena kau telah memberiku seorang malaikat yang memiliki hatimu, senyummu, juga mata indahmu.

Apa kau tahu sayang? Aku yakin kau melihatnya di sana,, putra kita,, dia sama sepertimu, dia akan selalu membuatku mengingatmu dan semakin menambah rasa cintaku padamu."

"Yi Paa.! Yi Paa,, mengapa Yi paa menangis? Apa a Yi mengatakan hal yang salah?"

Wang Yue tersadar dari lamunannya saat merasakan tangan mungil mengusap sudut matanya yang telah mengalirkan genangan air.

Tersenyum dengan menggelengkan kepalanya, kemudian di peluknya si kecil.

"Terima kasih sayang,, terimakasih telah mengerti dan menghormati Papa.."

"Yi Paa jangan sedih,, Yi Maa akan ikut sedih jika melihat Yi Paa menangis,, sekarang lebih baik Yi Paa ceritakan pada a Yi lagi,, a Yi ingin mendengar tentang Yi Maa.."

Rengek si kecil a Yi, yang begitu malas saat di bangunkan, namun akan begitu bersemangat jika itu mengenai sang ibu.

"Mn, nanti Papa ceritakan. Karena sebaiknya, sekarang a Yi harus mandi, lalu kita sarapan,, setelah itu kita berangkat sekolah."

Wang Yue mengangkat tubuh mungil putranya dan segera memandikan nya.

Usai memandikan putranya dan memakaikan seragam putra kecilnya, keduanya lekas menyantap sarapannya.

"Yi Paa,,, tangan a Yi masih lemas..."

"Hemph.."

Yang lebih tua menggeleng dan tersenyum mendengar kalimat yang di ucapkan putranya, dengan wajah lesu yang begitu memelas.

"Sayang,, jika saja kau ada disini bersama ku dan putra kecil kita, percayalah,, kalian sangat mirip. Dan akan semakin lengkap kebahagiaan ku karna adanya kalian berdua disisiku.."

Kriiiiiinngg....! (Anggap saja bunyi bel)😅

Pagi ini adalah hari pertama a Yi masuk sekolah taman kanak kanak, jadi Wang Yue mengantarnya dan menunggunya hingga jam belajar a Yi selesai.

Ia begitu sabar menunggu a Yi, meski harus merasakan sakit di telinganya karna terus berdengung akibat ulah para orang tua murid lainnya, yang saat ini tengah mengerumuninya dan terus saja menjerit memuji ketampanan alami yang miliknya.

Namun Wang Yue tak memperdulikan hal itu, karna baginya,, a Yi adalah prioritas utama. Wang Yue dengan senang hati meluangkan waktunya, dan menunda semua pekerjaannya demi putra kecilnya yang begitu ia sayangi.

°

Menit demi menit berganti, cukup lama Wang Yue menunggu a Yi , tak terlihat ia merasa bosan telah menunggu sang putra. Justru ia terlihat begitu santai dan tenang meski telah berdiri di luar kelas cukup lama, hanya untuk memandangi putra kecilnya dari luar saja.

"Ekheem,,,! Permisi,,," Terdengar suara halus seseorang menyapanya.

"Ya.." Sahutnya singkat.

"Maaf tuan,, apa anda wali murid?" Tanya seseorang tersebut dengan sopan.

"Ya,, saya orang tua a Yi"

"A Yi??"

Melihat raut kebingungan di wajah orang tersebut, Wang Yue melanjutkan ucapannya.

"Wang XiaoYi. Saya adalah ayahnya.." Jelasnya.

"Ah,, rupanya anda adalah tuan Wang Yue. Maafkan saya baru mengetahuinya."

"Tidak apa."

Wang Yue berbicara dengan sangat tenang, tanpa senyum di wajahnya.

"Perkenalkan,, saya Guru Chen, wali kelas murid disini. Dan juga saya baru saja mulai mengajar disini hari ini."

Ya. Seseorang tersebut adalah seorang guru, ia sedikit membungkukkan badan memperkenalkan dirinya.

"Mn. Salam kenal," Jawab Wang Yue seperlunya.

"Ah,, begini tuan Wang,, perkenalan wali kelas dan murid baru telah selesai,, maka anda bisa menemani putra anda di dalam.

Hari ini adalah hari pertama untuk semua murid baru, jadi di mohon untuk semua wali murid bisa menemani putra putrinya. Karena akan ada beberapa hal yang akan di umumkan untuk para wali murid mengenai kegiatan murid kedepannya."

Wang Yue hanya menganggukkan kepalanya, tanpa menjawab. Dan mulai memasuki kelas menuju meja putra kecilnya, usai sang guru mempersilahkannya untuk masuk.

30 menit terlewati. Dengan terpaksa Wang Yue harus meninggalkan a Yi, karena urusan pekerjaan yang memang tak bisa lagi ia tunda.

Dengan berat hati ia menitipkan a Yi sementara pada sang guru. Beruntung a Yi adalah anak yang baik jadi tak sedikitpun ia mengeluh saat sang ayah pergi.

A Yi sangat mengerti dengan kesibukan sang ayah, yang memang tak pernah bisa memberi celah bagi ayahnya untuk beristirahat.

Bersyukur karna Wang Yue adalah orang yang bertanggung jawab, dan sangat menyayangi putranya,, jadi, selalu ada kesempatan untuk a Yi bersama sang ayah karena ayahnya selalu menyempatkan diri bersama putra kecilnya itu.

Tentu saja karena Wang Yue adalah orang tuanya, dan a Yi adalah putranya. Juga,, Wang Yue begitu mencintai nya, jadi tak mungkin baginya membiarkan si kecil kesepian dan tak merasakan kasih sayang orang tua.

Sebab itulah ia selalu menyempatkan diri untuk membagi sedikit waktu dari semua kegiatannya untuk a Yi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!